Rusia Kembangkan Torpedo Superkavitasi Shkval Berkecepatan 370 Km/Jam
loading...
A
A
A
MOSKOW - Rusia mengembangkan teknologi canggih torpedo superkavitasi yang sangat cepat dan punya jangkau lebih jauh. Torpedo yang diberi nama Shkval VA-111 dilaporkan bisa mencapai kecepatan 230 mil/jam atau 370 km/jam dengan daya jangkau maksimal 7.000 meter.
Ini berarti torpedo Shkval VA-111 buatan Rusia, empat kali lebih cepat dari kebanyakan torpedo konvensional yang memiliki kecepatan sekitar 28 hingga 48 mil/jam atau 45 hingga 77 km/jam. Tentu ini menjadi ancaman bagi kapal perang atau kapal selam musuh karena akan semakin sulit dihindari.
Torpedo superkavitasi mewakili kemajuan teknologi yang mencengangkan dengan kecepatan dan jangkauan yang lebih baik. Rahasia kemampuan ini berasal dari roket padat yang menyemburkan energi pendorong besar.
Selain itu, desain yang inovatif memungkinkan eksterior logam torpedo untuk menghindari kontak langsung dengan air. Kemampuan ini secara drastis meminimalkan tarikan dan gesekan dengan air ketika meluncur.
“Kedua faktor itu menghasilkan selubung gelembung kavitasi super dari hidung dan kulitnya, yang menyelimuti seluruh senjata dalam lapisan gas tipis,” keterangan Rusia tentang torpedo superkavitas dikutip SINDOnews dari laman Bulgarian Military, Senin (17/7/2023).
Menurut esai pihak Rusia, torpedo Shkval diluncurkan dari tabung torpedo standar 533 mm dan dapat menyelam hingga 100 meter. Setelah diluncurkan ketika mencapai kecepatan 50 knot (93 km/jam), motor roket torpedo kemudian menyala, mendorong senjata tersebut mencapai kecepatan empat hingga lima kali lebih cepat daripada torpedo konvensional.
“Rongga gas ditopang oleh roket yang berventilasi tepat di atas kavitasi. Stabilitas disediakan oleh empat silinder pop-out yang terletak di dekat bagian belakang bagian hidung, mencegah badan torpedo menyentuh dinding gelembung,” tulis militaryperiscope.
Di bagian belakang torpedo, ada permukaan kendali yang dibelokkan. Mengelilingi roket penopang utama adalah delapan roket yang lebih kecil. Mesin utama mulai bekerja setelah senjata mencapai kecepatan superkavitasi.
Teknologi torpedo superkavitasi menghadirkan ancaman serius, namun seorang mantan perwira Angkatan Laut AS yang anonim menyebutkan sejumlah kelemahan. Faktor-faktor seperti teknologi panduan yang rumit dan kebisingan mencolok yang dihasilkannya jelas menjadi titik lemah yang tidak dapat diabaikan.
“Torpedo superkavitasi berkomunikasi dengan platform peluncuran melalui kabel tipis yang mengarahkan torpedo ke kapal selam musuh. Namun, kabel ini bisa putus. Selain itu, suara keras torpedo dapat mengganggu kemampuan peluncuran kapal selam untuk mendeteksi target,” katanya.
Ini berarti torpedo Shkval VA-111 buatan Rusia, empat kali lebih cepat dari kebanyakan torpedo konvensional yang memiliki kecepatan sekitar 28 hingga 48 mil/jam atau 45 hingga 77 km/jam. Tentu ini menjadi ancaman bagi kapal perang atau kapal selam musuh karena akan semakin sulit dihindari.
Torpedo superkavitasi mewakili kemajuan teknologi yang mencengangkan dengan kecepatan dan jangkauan yang lebih baik. Rahasia kemampuan ini berasal dari roket padat yang menyemburkan energi pendorong besar.
Selain itu, desain yang inovatif memungkinkan eksterior logam torpedo untuk menghindari kontak langsung dengan air. Kemampuan ini secara drastis meminimalkan tarikan dan gesekan dengan air ketika meluncur.
“Kedua faktor itu menghasilkan selubung gelembung kavitasi super dari hidung dan kulitnya, yang menyelimuti seluruh senjata dalam lapisan gas tipis,” keterangan Rusia tentang torpedo superkavitas dikutip SINDOnews dari laman Bulgarian Military, Senin (17/7/2023).
Menurut esai pihak Rusia, torpedo Shkval diluncurkan dari tabung torpedo standar 533 mm dan dapat menyelam hingga 100 meter. Setelah diluncurkan ketika mencapai kecepatan 50 knot (93 km/jam), motor roket torpedo kemudian menyala, mendorong senjata tersebut mencapai kecepatan empat hingga lima kali lebih cepat daripada torpedo konvensional.
“Rongga gas ditopang oleh roket yang berventilasi tepat di atas kavitasi. Stabilitas disediakan oleh empat silinder pop-out yang terletak di dekat bagian belakang bagian hidung, mencegah badan torpedo menyentuh dinding gelembung,” tulis militaryperiscope.
Di bagian belakang torpedo, ada permukaan kendali yang dibelokkan. Mengelilingi roket penopang utama adalah delapan roket yang lebih kecil. Mesin utama mulai bekerja setelah senjata mencapai kecepatan superkavitasi.
Teknologi torpedo superkavitasi menghadirkan ancaman serius, namun seorang mantan perwira Angkatan Laut AS yang anonim menyebutkan sejumlah kelemahan. Faktor-faktor seperti teknologi panduan yang rumit dan kebisingan mencolok yang dihasilkannya jelas menjadi titik lemah yang tidak dapat diabaikan.
“Torpedo superkavitasi berkomunikasi dengan platform peluncuran melalui kabel tipis yang mengarahkan torpedo ke kapal selam musuh. Namun, kabel ini bisa putus. Selain itu, suara keras torpedo dapat mengganggu kemampuan peluncuran kapal selam untuk mendeteksi target,” katanya.
(wib)