Sungai Eufrat Mengering, Tanda Akhir Zaman
loading...
A
A
A
JAKARTA - Fenomena Sungai Eufrat yang mengering disebutkan dalam semua kitab suci agama sebagai pertanda akhir zaman. Di balik peristiwa tadi ternyata bukan hanya kekuatan supranatural yang berperan, ada sebuah fenomena lainnya yang terjadi.
Sungai Eufrat yang memiliki panjang sekira 2.178 kilometer ini berada di sepanjang aliran Sungai Tigris. Sungai ini mengairi beberapa kawasan strategis, seperti Tukri, Suriah, Irak hingga berakhir di Teluk Persia .
Meski menjadi aliran sungai terbesar di Asia Barat, Sungai Eufrat tak luput dari kekeringan akibat perubahan iklim.
Meskipun dulunya merupakan tanah yang subur, Sungai Tigris-Eufrat sekarang mengalami kekeringan ekstrem.
Sebuah laporan pemerintah oleh Kementerian Sumber Daya Air Irak pada 2021 memperingatkan bahwa sungai-sungai mengering medio tahun 2040 karena mengalami penurunan permukaan air dan kekeringan.
Kondisi ini menyebabkan beragam konflik di antara para penduduk sepanjang sungai tersebut. Penguasaan atas wilayah subur ini pun berpengaruh terhadap isu geopolitik dan sosial.
Sebuah artikel yang diterbitkan oleh the British Medical Journal pada Maret 2023 menyelidiki bagaimana keadaan darurat kesehatan terjadi di Irak karena orang-orang berjuang untuk mendapatkan air bersih. Kondisi ini diperparah dengan temuan sejumlah penyakit menular yang terbawa air seperti kolera, cacar air, campak, dan tipus.
Seperti yang disebutkan dalam Alkitab, Sungai Efrat sedang mengering. Namun, tidak seperti penjelasan supranatural seperti Kebangkitan Yesus Kristus, ada fenomena lingkungan yang sangat nyata yang mendorong masalah ini.
Orang-orang mulai resah atas kondisi di sepanjang Sungai Tigris-Efrat yang mengering karena disebutkan dalam kitab suci maupun hadits. Ribuan tahun kemudian, mungkin ketakutan itu akan segera menjadi kenyataan.
Sungai Eufrat yang memiliki panjang sekira 2.178 kilometer ini berada di sepanjang aliran Sungai Tigris. Sungai ini mengairi beberapa kawasan strategis, seperti Tukri, Suriah, Irak hingga berakhir di Teluk Persia .
Meski menjadi aliran sungai terbesar di Asia Barat, Sungai Eufrat tak luput dari kekeringan akibat perubahan iklim.
Meskipun dulunya merupakan tanah yang subur, Sungai Tigris-Eufrat sekarang mengalami kekeringan ekstrem.
Sebuah laporan pemerintah oleh Kementerian Sumber Daya Air Irak pada 2021 memperingatkan bahwa sungai-sungai mengering medio tahun 2040 karena mengalami penurunan permukaan air dan kekeringan.
Kondisi ini menyebabkan beragam konflik di antara para penduduk sepanjang sungai tersebut. Penguasaan atas wilayah subur ini pun berpengaruh terhadap isu geopolitik dan sosial.
Sebuah artikel yang diterbitkan oleh the British Medical Journal pada Maret 2023 menyelidiki bagaimana keadaan darurat kesehatan terjadi di Irak karena orang-orang berjuang untuk mendapatkan air bersih. Kondisi ini diperparah dengan temuan sejumlah penyakit menular yang terbawa air seperti kolera, cacar air, campak, dan tipus.
Seperti yang disebutkan dalam Alkitab, Sungai Efrat sedang mengering. Namun, tidak seperti penjelasan supranatural seperti Kebangkitan Yesus Kristus, ada fenomena lingkungan yang sangat nyata yang mendorong masalah ini.
Orang-orang mulai resah atas kondisi di sepanjang Sungai Tigris-Efrat yang mengering karena disebutkan dalam kitab suci maupun hadits. Ribuan tahun kemudian, mungkin ketakutan itu akan segera menjadi kenyataan.