Ciptakan Obat Awet Muda, Ilmuwan Libatkan Kecerdasan Buatan
loading...
A
A
A
NEW YORK - Perkembangan artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan semakin hari kian meluas. Terbaru dikabarkan bahwa teknologi tersebut sedang digunakan para peneliti di University of Edinburgh untuk membuat obat anti penuaan.
Seperti dilansir dari Science Focus, Senin (7/8/2023), mereka bertekad untuk menemukan molekul yang dapat mengatasi sel-sel yang menua hanya dalam hitungan menit. Itu artinya molekul akan melawan masalah terbesar umat manusia.
Untuk diketahui, AI sebenarnya memang telah digunakan dalam dunia penemuan obat. Namun baru kali ini digunakan untuk menciptakan obat senolitik yang dapat memperlambat penuaan, serta mencegah penyakit yang berkaitan dengan usia.
Dengan menggunakan AI, pengembangan obat senolik yang mahal dan memakan waktu bisa ditekan. Vanessa Smer-Barreto, seorang peneliti di Institut Genetika dan Kedokteran Molekuler mengatakan AI menjadi solusi masalah yang sedang dihadapi.
“Menghasilkan data biologis Anda sendiri bisa sangat mahal, dan bisa memakan banyak waktu, bahkan hanya untuk mengumpulkan data pelatihan. Apa yang membuat pendekatan kami berbeda adalah kami mencoba melakukannya dengan dana terbatas," kata Vanessa.
"Kami mengambil data pelatihan dari literatur yang ada dan melihat bagaimana memanfaatkannya dengan pembelajaran mesin untuk mempercepat pekerjaan," lanjutnya.
Dengan menggunakan algoritma AI, dia dapat menemukan tiga opsi yang menjanjikan untuk jenis obat ini. Untuk melakukannya Vanessa memberi contoh model AI dari senolitik dan non-senolitik, mengajarkan model AI untuk membedakan keduanya.
Sebanyak 4.340 molekul dimasukkan ke dalam model AI, mengembalikan daftar hasil hanya dalam lima menit. Model tersebut telah mengidentifikasi 21 molekul dengan skor tertinggi yang dianggap sebagai senolitik.
Dari 21 molekul dengan skor tertinggi, ada tiga yang mampu menghilangkan sel-sel yang menua, sambil tetap menjaga sel-sel normal tetap hidup. Senolitik baru ini kemudian diuji lebih lanjut untuk memahami cara mereka berinteraksi dengan tubuh.
Tanpa model pembelajaran mesin, proses ini bisa memakan waktu berminggu-minggu dan dana dalam jumlah besar. Meskipun penelitian ini berhasil, itu hanyalah awal dari penelitian karena masih banyak yang harus dilakukan untuk hasil yang lebih matang.
“Langkah selanjutnya adalah bekerja sama dengan dokter di universitas saya untuk mencoba menguji obat yang kami temukan pada sampel jaringan paru-paru manusia yang kuat,” jelas Vanessa.
"Obat-obatan itu harus melalui banyak tahapan terlebih dahulu, dan bahkan jika mereka berhasil lolos ke pasar, itu akan melalui serangkaian tes masalah keamanan terlebih dahulu," pungkasnya.
Seperti dilansir dari Science Focus, Senin (7/8/2023), mereka bertekad untuk menemukan molekul yang dapat mengatasi sel-sel yang menua hanya dalam hitungan menit. Itu artinya molekul akan melawan masalah terbesar umat manusia.
Untuk diketahui, AI sebenarnya memang telah digunakan dalam dunia penemuan obat. Namun baru kali ini digunakan untuk menciptakan obat senolitik yang dapat memperlambat penuaan, serta mencegah penyakit yang berkaitan dengan usia.
Dengan menggunakan AI, pengembangan obat senolik yang mahal dan memakan waktu bisa ditekan. Vanessa Smer-Barreto, seorang peneliti di Institut Genetika dan Kedokteran Molekuler mengatakan AI menjadi solusi masalah yang sedang dihadapi.
“Menghasilkan data biologis Anda sendiri bisa sangat mahal, dan bisa memakan banyak waktu, bahkan hanya untuk mengumpulkan data pelatihan. Apa yang membuat pendekatan kami berbeda adalah kami mencoba melakukannya dengan dana terbatas," kata Vanessa.
"Kami mengambil data pelatihan dari literatur yang ada dan melihat bagaimana memanfaatkannya dengan pembelajaran mesin untuk mempercepat pekerjaan," lanjutnya.
Dengan menggunakan algoritma AI, dia dapat menemukan tiga opsi yang menjanjikan untuk jenis obat ini. Untuk melakukannya Vanessa memberi contoh model AI dari senolitik dan non-senolitik, mengajarkan model AI untuk membedakan keduanya.
Sebanyak 4.340 molekul dimasukkan ke dalam model AI, mengembalikan daftar hasil hanya dalam lima menit. Model tersebut telah mengidentifikasi 21 molekul dengan skor tertinggi yang dianggap sebagai senolitik.
Dari 21 molekul dengan skor tertinggi, ada tiga yang mampu menghilangkan sel-sel yang menua, sambil tetap menjaga sel-sel normal tetap hidup. Senolitik baru ini kemudian diuji lebih lanjut untuk memahami cara mereka berinteraksi dengan tubuh.
Tanpa model pembelajaran mesin, proses ini bisa memakan waktu berminggu-minggu dan dana dalam jumlah besar. Meskipun penelitian ini berhasil, itu hanyalah awal dari penelitian karena masih banyak yang harus dilakukan untuk hasil yang lebih matang.
“Langkah selanjutnya adalah bekerja sama dengan dokter di universitas saya untuk mencoba menguji obat yang kami temukan pada sampel jaringan paru-paru manusia yang kuat,” jelas Vanessa.
"Obat-obatan itu harus melalui banyak tahapan terlebih dahulu, dan bahkan jika mereka berhasil lolos ke pasar, itu akan melalui serangkaian tes masalah keamanan terlebih dahulu," pungkasnya.
(wbs)