Mengapa Jenazah Raja-Raja Mesir Kuno Selalu Diawetkan Menjadi Mumi? Simak Alasannya
loading...
A
A
A
JAKARTA - Mumi atau proses mumifikasi merupakan metode perawatan jenazah dengan pembalseman yang identik dengan Mesir Kuno. Hal itu karena proses pengawetan mayat ini dianggap penting di agama mereka.
Dengan suksesnya proses mumifikasi yang dilakukan oleh bangsa Mesir kuno, hingga saat ini semua orang dapat melihat tubuh mumi seseorang penguasa Mesir meskipun telah berusia ribuan tahun.
Mumi Raja Mesir sampai saat ini berasal dari Dinasti Kedelapan Belas hingga Dinasti Kedua Puluh Kerajaan Baru (sekitar 1570–1075 SM). Sebut saja seperti mumi Tutankhamun dan firaun terkenal lainnya.
Lantas, mengapa raja-raja Mesir Kuno begitu gemar mengawetkan tubuhnya setelah meninggal?
Alasan jenazah raja-raja Mesir Kuno selalu diawetkan menjadi mumi berkaitan dengan kepercayaan yang mereka anut. Menurut laman The Guardian, proses mumifikasi adalah cara untuk mengubah orang mati menjadi bentuk yang diterima oleh para dewa.
Dalam laman Smithsonian disebutkan bahwa orang Mesir percaya bahwa tubuh mumi adalah rumah bagi jiwa atau roh. Jika tubuh hancur, ruh bisa hilang.
Ada tiga roh yang sangat penting bagi orang Mesir Kuno. Tiga roh tersebut adalah ka, ba, dan akh. Ka, adalah "kembaran" dari orang tersebut, akan tetap berada di dalam makam dan membutuhkan persembahan dan benda-benda di sana.
Kemudian ada Ba, atau "jiwa" yang bebas terbang keluar dari kubur dan kembali ke sana. Terakhir adalah akh, yang diterjemahkan sebagai "roh" yang harus melakukan perjalanan melalui Dunia Bawah menuju Penghakiman Terakhir dan masuk ke Akhirat.
Proses mumifikasi memakan waktu puluhan hari, mulai dari proses pembungkusan mayat, pembalseman, hingga dilakukannya berbagai ritual dan doa yang ,mengiringi prosesi tersebut.
Dalam proses mumifikasi, mereka akan mengeluarkan seluruh organ tubuh orang mati dan hanya menyisakan hatinya saja. Karena pada masa itu hati dipercaya sebagai organ yang membawa kecerdasan dan keberadaan seseorang.
Selanjutnya mereka akan mulai menghilangkan kelembaban di tubuh orang yang sudah mati supaya tidak hancur nantinya. Dalam hal ini mereka menggunakan natron, sejenis garam yang memiliki sifat mengeringkan.
Hasilnya adalah wujud manusia yang sangat kering namun dapat dikenali. Untuk membuat mumi tampak lebih hidup, area tubuh yang cekung diisi dengan linen dan bahan lainnya serta ditambahkan mata palsu.
Dengan suksesnya proses mumifikasi yang dilakukan oleh bangsa Mesir kuno, hingga saat ini semua orang dapat melihat tubuh mumi seseorang penguasa Mesir meskipun telah berusia ribuan tahun.
Mumi Raja Mesir sampai saat ini berasal dari Dinasti Kedelapan Belas hingga Dinasti Kedua Puluh Kerajaan Baru (sekitar 1570–1075 SM). Sebut saja seperti mumi Tutankhamun dan firaun terkenal lainnya.
Lantas, mengapa raja-raja Mesir Kuno begitu gemar mengawetkan tubuhnya setelah meninggal?
Penyebab Raja-Raja Mesir Kuno Diawetkan Menjadi Mumi
Alasan jenazah raja-raja Mesir Kuno selalu diawetkan menjadi mumi berkaitan dengan kepercayaan yang mereka anut. Menurut laman The Guardian, proses mumifikasi adalah cara untuk mengubah orang mati menjadi bentuk yang diterima oleh para dewa.
Dalam laman Smithsonian disebutkan bahwa orang Mesir percaya bahwa tubuh mumi adalah rumah bagi jiwa atau roh. Jika tubuh hancur, ruh bisa hilang.
Ada tiga roh yang sangat penting bagi orang Mesir Kuno. Tiga roh tersebut adalah ka, ba, dan akh. Ka, adalah "kembaran" dari orang tersebut, akan tetap berada di dalam makam dan membutuhkan persembahan dan benda-benda di sana.
Kemudian ada Ba, atau "jiwa" yang bebas terbang keluar dari kubur dan kembali ke sana. Terakhir adalah akh, yang diterjemahkan sebagai "roh" yang harus melakukan perjalanan melalui Dunia Bawah menuju Penghakiman Terakhir dan masuk ke Akhirat.
Proses mumifikasi memakan waktu puluhan hari, mulai dari proses pembungkusan mayat, pembalseman, hingga dilakukannya berbagai ritual dan doa yang ,mengiringi prosesi tersebut.
Dalam proses mumifikasi, mereka akan mengeluarkan seluruh organ tubuh orang mati dan hanya menyisakan hatinya saja. Karena pada masa itu hati dipercaya sebagai organ yang membawa kecerdasan dan keberadaan seseorang.
Selanjutnya mereka akan mulai menghilangkan kelembaban di tubuh orang yang sudah mati supaya tidak hancur nantinya. Dalam hal ini mereka menggunakan natron, sejenis garam yang memiliki sifat mengeringkan.
Hasilnya adalah wujud manusia yang sangat kering namun dapat dikenali. Untuk membuat mumi tampak lebih hidup, area tubuh yang cekung diisi dengan linen dan bahan lainnya serta ditambahkan mata palsu.
(okt)