Apa Hubungan Mumi dengan Negara Mesir? Begini Sejarahnya!
loading...
A
A
A
JAKARTA - Hubungan mumi dengan Mesir sering menjadi pertanyaan banyak orang. Pasalnya, proses pengawetan mayat atau mumifikasi dilakukan pada peradaban Mesir Kuno .
Mesir merupakan negara yang menyimpan banyak sejarah yang menarik dan mengagumkan. Mesir juga memiliki banyak situs-situs warisan dunia yang menjadi saksi bisu dari kejayaan masa lalu.
Selain itu, Mesir juga menjadi tempat lahirnya peradaban Mesir Kuno, peradaban tertua dan paling berpengaruh di dunia. Salah satu hasil peradaban kuno yang masih berpengaruh hingga sekarang yakni proses mumifikasi jenazah.
Mumifikasi merupakan suatu proses pengawetan jenazah yang ada pada zaman Mesir Kuno. Orang pada peradaban Mesir Kuno memercayai bahwa kehidupan di alam baka tergantung pada kelangsungan hidup tubuh di dunia.
Oleh karena itu, mereka berusaha untuk menjaga tubuh agar tidak rusak atau busuk dengan menggunakan berbagai bahan dan teknik. Mumifikasi menjadi teknik yang mampu mengawetkan jenazah selama ribuan tahun.
Mumifikasi memiliki kaitan erat dengan negara Mesir karena merupakan salah satu ciri khas dari peradaban Mesir Kuno. Peradaban Mesir Kuno merupakan salah satu peradaban tertua dan paling maju di dunia.
Proses Mumifikasi juga termasuk salah satu bukti dari kekayaan budaya dan pengetahuan ilmiah orang Mesir Kuno. Mereka memiliki pengetahuan kimia yang luar biasa untuk mencampurkan berbagai bahan alami yang dapat mengawetkan tubuh.
Dikutip dari laman BBC, proses mumifikasi dalam sejarah Mesir kuno memerlukan proses yang panjang. Proses ini biasanya dilakukan di tempat khusus yang berada dekat dengan makam atau di kuil.
Para pembalsem akan mulai dengan membasuh jenazah dengan air dari Sungai Nil. Sungai ini dianggap suci oleh orang Mesir, sehingga proses pencuciannya mungkin ada unsur keagamaan di dalamnya.
Selama proses mumifikasi di Mesir kuno, pembalsem mengeluarkan otak dari tengkorak orang yang meninggal. Otak dianggap tidak begitu penting di akhirat dan dibuang.
Setelah itu, pembalsem akan mengeringkan tubuh dengan menggunakan garam dan menutupinya dengan kain linen yang telah dicelupkan ke dalam resin. Dengan begitu, jenazah akan awet hingga ribuan tahun lamanya.
Di luar Mesir, beberapa negara lain juga melakukan praktik mumifikasi. Di Kepulauan Aleutian, orang-orang Aleut juga melakukan mumifikasi dengan mengeringkan jenazah dan membungkusnya dengan kulit binatang.
Tak hanya itu di Tiongkok, para biksu Buddha juga melakukan mumifikasi dengan cara mengeringkan jenazah dan membungkusnya dengan kain sutra. Peru dan Chili atau suku Inca juga melakukan mumifikasi pada raja-raja mereka.
Mesir merupakan negara yang menyimpan banyak sejarah yang menarik dan mengagumkan. Mesir juga memiliki banyak situs-situs warisan dunia yang menjadi saksi bisu dari kejayaan masa lalu.
Selain itu, Mesir juga menjadi tempat lahirnya peradaban Mesir Kuno, peradaban tertua dan paling berpengaruh di dunia. Salah satu hasil peradaban kuno yang masih berpengaruh hingga sekarang yakni proses mumifikasi jenazah.
Hubungan Mumi dengan Negara Mesir
Mumifikasi merupakan suatu proses pengawetan jenazah yang ada pada zaman Mesir Kuno. Orang pada peradaban Mesir Kuno memercayai bahwa kehidupan di alam baka tergantung pada kelangsungan hidup tubuh di dunia.
Oleh karena itu, mereka berusaha untuk menjaga tubuh agar tidak rusak atau busuk dengan menggunakan berbagai bahan dan teknik. Mumifikasi menjadi teknik yang mampu mengawetkan jenazah selama ribuan tahun.
Mumifikasi memiliki kaitan erat dengan negara Mesir karena merupakan salah satu ciri khas dari peradaban Mesir Kuno. Peradaban Mesir Kuno merupakan salah satu peradaban tertua dan paling maju di dunia.
Proses Mumifikasi juga termasuk salah satu bukti dari kekayaan budaya dan pengetahuan ilmiah orang Mesir Kuno. Mereka memiliki pengetahuan kimia yang luar biasa untuk mencampurkan berbagai bahan alami yang dapat mengawetkan tubuh.
Dikutip dari laman BBC, proses mumifikasi dalam sejarah Mesir kuno memerlukan proses yang panjang. Proses ini biasanya dilakukan di tempat khusus yang berada dekat dengan makam atau di kuil.
Para pembalsem akan mulai dengan membasuh jenazah dengan air dari Sungai Nil. Sungai ini dianggap suci oleh orang Mesir, sehingga proses pencuciannya mungkin ada unsur keagamaan di dalamnya.
Selama proses mumifikasi di Mesir kuno, pembalsem mengeluarkan otak dari tengkorak orang yang meninggal. Otak dianggap tidak begitu penting di akhirat dan dibuang.
Setelah itu, pembalsem akan mengeringkan tubuh dengan menggunakan garam dan menutupinya dengan kain linen yang telah dicelupkan ke dalam resin. Dengan begitu, jenazah akan awet hingga ribuan tahun lamanya.
Di luar Mesir, beberapa negara lain juga melakukan praktik mumifikasi. Di Kepulauan Aleutian, orang-orang Aleut juga melakukan mumifikasi dengan mengeringkan jenazah dan membungkusnya dengan kulit binatang.
Tak hanya itu di Tiongkok, para biksu Buddha juga melakukan mumifikasi dengan cara mengeringkan jenazah dan membungkusnya dengan kain sutra. Peru dan Chili atau suku Inca juga melakukan mumifikasi pada raja-raja mereka.
(okt)