Cahaya Aneh Gempa Maroko Ternyata Fenomena Lama yang Berulang

Senin, 18 September 2023 - 08:48 WIB
loading...
Cahaya Aneh Gempa Maroko...
Cahaya aneh sebelum gempa Maroko berkekuatan M 6,8 pada Jumat 8 September 2023. (Foto: Capture CCTV)
A A A
JAKARTA - Munculnya cahaya aneh sebelum gempa Maroko berkekuatan M 6,8 pada Jumat 8 September 2023, menyisakan banyak pertanyaan. Gempa dahsyat tersebut menelan 2.862 nyawa.

Para ilmuwan mencatat cahaya serupa pernah muncul pada era Yunani kuno berabad-abad silam, sebelum terjadi bencana serta saat gempa tahun 2007 di Pisco, Peru.

Namun, hingga kini belum ada penjelasan lengkap mengenai misteri cahaya ini dan penyebabnya. “Namun ledakan tersebut pasti nyata,” kata John Derr, pensiunan ahli geofisika yang pernah bekerja di Survei Geologi AS. Dia telah ikut menulis beberapa makalah ilmiah tentang lampu gempa atau EQL.

Video kilatan cahaya misterius tertangkap CCTV pada Jumat (8/9) pukul 23.08 waktu setempat, sebelum terjadinya gempa Maroko. Fenomena yang nyaris sama seperti di Peru.



Profesor fisika di Universidad Nacional Mayor de San Marcos di Peru dan Universitas Katolik Kepausan Peru, Juan Antonio Lira Cacho, mengatakan kamera video dan CCTV mempermudah mempelajari fenomena cahaya gempa.

“40 tahun lalu hal itu mustahil. Jika melihatnya, tidak ada yang akan percaya,” katanya dikutip dari CNN.

Bentuk Berbeda

Fenomena cahaya gempa terjadi secara berbeda. John Derr dalam Encyclopedia of Solid Earth Geophysics edisi 2019, menulis terkadang cahayanya mirip dengan petir biasa atau mungkin seperti pita bercahaya di atmosfer yang mirip dengan aurora kutub.

Di lain waktu, menyerupai bola bercahaya yang melayang di udara. Cahaya gempa mungkin juga terlihat seperti nyala api kecil yang berkedip-kedip atau merambat di sepanjang atau dekat tanah, atau nyala api yang lebih besar yang muncul dari dalam tanah.

Sebuah video yang diambil di Tiongkok sesaat sebelum gempa bumi Sichuan pada 2008 menunjukkan awan bercahaya mengambang di langit.

Untuk lebih memahami cahaya gempa, Derr dan rekan-rekannya mengumpulkan informasi tentang 65 gempa bumi di Amerika dan Eropa yang terkait dengan laporan terpercaya tentang cahaya gempa yang berasal dari tahun 1600. Mereka membagikan hasil penelitiannya dalam makalah tahun 2014 yang diterbitkan di jurnal Seismological Research Letters.

Para peneliti menemukan sekitar 80 persen kejadian yang diteliti teramati pada gempa bumi dengan magnitudo lebih besar dari 5,0. Dalam kebanyakan kasus, fenomena tersebut diamati sesaat sebelum atau selama peristiwa seismik, dan terlihat hingga jarak 600 kilometer (372,8 mil) dari pusat gempa.



Gempa bumi, terutama yang berkekuatan besar, kemungkinan besar terjadi di sepanjang atau di sekitar daerah pertemuan lempeng tektonik. Namun, studi tahun 2014 menemukan bahwa sebagian besar gempa bumi yang terkait dengan fenomena cahaya terjadi di dalam lempeng tektonik, bukan di perbatasan lempeng tektonik.

Selain itu, cahaya gempa lebih mungkin terjadi di atau dekat lembah keretakan, tempat di mana – pada suatu saat di masa lalu – kerak bumi telah terkoyak, sehingga menciptakan wilayah dataran rendah memanjang yang terletak di antara dua blok daratan yang lebih tinggi.

Penyebab Cahaya Gempa

Friedemann Freund, kolaborator Derr dan asisten profesor di Universitas San Jose dan mantan peneliti di Pusat Penelitian Ames NASA, telah mengemukakan satu teori tentang cahaya gempa.

Freund menjelaskan ketika cacat atau kotoran tertentu pada kristal batuan terkena tekanan mekanis, misalnya selama penumpukan tekanan tektonik sebelum atau selama gempa bumi besar, maka cacat tersebut akan langsung pecah dan menghasilkan listrik.

Batuan adalah isolator yang jika diberi tekanan mekanis akan menjadi semikonduktor.

“Sebelum gempa bumi, sejumlah besar batuan, ratusan ribu kilometer kubik batuan di kerak bumi, mengalami tekanan dan tekanan tersebut menyebabkan pergeseran butiran, butiran mineral relatif (terhadap) satu sama lain,” katanya.

“Ini seperti menyalakan baterai, menghasilkan muatan listrik yang dapat mengalir keluar dari batuan yang mengalami tekanan ke dalam dan melalui batuan yang tidak mengalami tekanan. Muatannya bergerak cepat, hingga sekitar 200 meter per detik.”

Teori lain tentang penyebab cahaya gempa bumi antara lain listrik statis yang dihasilkan oleh rekahan batuan dan pancaran radon. Saat ini belum ada konsensus di kalangan seismolog mengenai mekanisme penyebab gempa bumi. Para ilmuwan juga masih berusaha mengungkap misteri ledakan tersebut.

Freund berharap suatu hari nanti ada kemungkinan untuk menggunakan lampu gempa, atau muatan listrik yang menyebabkannya, dan dikombinasikan dengan faktor-faktor lain, untuk membantu memperkirakan datangnya gempa besar.
(msf)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1309 seconds (0.1#10.140)