Bulu Dinosaurus Ternyata Mirip dengan Burung Modern, Kok Bisa?
loading...
A
A
A
JAKARTA - Hasil penelitian terbaru terhadap dinosaurus mengungkap fakta mencengangkan. Dinosaurus ternyata memiliki bulu mirip dengan burung modern. Tak hanya bentuknya, komposisi protein bulu dinosaurus juga ternyata sama dengan bulu burung modern.
Kesimpulan ini didapat setelah ahli paleontologi meneliti bulu dari tiga hewan purba. Yaitu, pertama, bulu dinosaurus nonavian berumur 125 juta tahun bernama Sinornithosaurus yang ditemukan di Tiongkok.
Kemudian, burung purba berusia 125 juta tahun, juga dari Tiongkok, yang dikenal sebagai Confuciusornis, dan yang ketiga, spesies tak dikenal yang hidup di Sungai Hijau di Wyoming 50 juta tahun lalu.
Bulu tiga hewan purba ini dianalisis menggunakan sinar-X dan sinar inframerah. Dari sini ditemukan bahwa ada jejak corneous beta-protein (CBPs), yang sebelumnya dikenal sebagai beta-keratin, yaitu protein yang diperlukan untuk memperkuat bulu agar dapat terbang.
Tim peneliti yang terdiri dari ilmuan dari berbagai negara itu kemudian memeriksa bulu burung masa kini, seperti kutilang zebra (Taeniopygia) dan menemukan bulunya mengandung struktur kimia serupa.
"Protein beta yang sama juga terdapat pada bulu burung modern,” kata penulis utama studi Tiffany Slater, peneliti paleobiologi pascadoktoral di University College Cork di Irlandia dikutip Live Science, Jumat (29/9/2023).
Sebelum penelitian ini, para ilmuwan mengira bulu hewan purba memiliki komposisi protein yang sangat berbeda dan sebagian besar terdiri dari protein alfa, yang tidak sekuat CBP.
Namun, penelitian baru ini menunjukkan bahwa bulu-bulu tua tidak hanya sebagian besar terdiri dari CBP tetapi juga protein-protein tersebut berubah menjadi protein alfa selama proses fosilisasi.
“Bulu dinosaurus yang kami analisis menunjukkan bahwa sebagian besar terdiri dari protein beta. Jadi, laporan asli bahwa bulu purba sebagian besar terdiri dari protein alfa kemungkinan besar merupakan artefak fosilisasi," kata Slater.
Pemikiran baru ini tidak hanya menunjukkan bahwa protein dapat tetap terawetkan dalam catatan fosil hingga 125 juta tahun namun juga memberikan pemikiran baru mengenai evolusi bulu purba dengan mendorong skala waktu lebih jauh dari apa yang kita duga.
Penelitian ini juga membantu menulis ulang narasi dan menunjukkan bahwa bahan dasar yang diperlukan untuk penerbangan bertenaga listrik sudah ada setidaknya 125 juta tahun lalu.
Kesimpulan ini didapat setelah ahli paleontologi meneliti bulu dari tiga hewan purba. Yaitu, pertama, bulu dinosaurus nonavian berumur 125 juta tahun bernama Sinornithosaurus yang ditemukan di Tiongkok.
Kemudian, burung purba berusia 125 juta tahun, juga dari Tiongkok, yang dikenal sebagai Confuciusornis, dan yang ketiga, spesies tak dikenal yang hidup di Sungai Hijau di Wyoming 50 juta tahun lalu.
Bulu tiga hewan purba ini dianalisis menggunakan sinar-X dan sinar inframerah. Dari sini ditemukan bahwa ada jejak corneous beta-protein (CBPs), yang sebelumnya dikenal sebagai beta-keratin, yaitu protein yang diperlukan untuk memperkuat bulu agar dapat terbang.
Tim peneliti yang terdiri dari ilmuan dari berbagai negara itu kemudian memeriksa bulu burung masa kini, seperti kutilang zebra (Taeniopygia) dan menemukan bulunya mengandung struktur kimia serupa.
"Protein beta yang sama juga terdapat pada bulu burung modern,” kata penulis utama studi Tiffany Slater, peneliti paleobiologi pascadoktoral di University College Cork di Irlandia dikutip Live Science, Jumat (29/9/2023).
Sebelum penelitian ini, para ilmuwan mengira bulu hewan purba memiliki komposisi protein yang sangat berbeda dan sebagian besar terdiri dari protein alfa, yang tidak sekuat CBP.
Namun, penelitian baru ini menunjukkan bahwa bulu-bulu tua tidak hanya sebagian besar terdiri dari CBP tetapi juga protein-protein tersebut berubah menjadi protein alfa selama proses fosilisasi.
“Bulu dinosaurus yang kami analisis menunjukkan bahwa sebagian besar terdiri dari protein beta. Jadi, laporan asli bahwa bulu purba sebagian besar terdiri dari protein alfa kemungkinan besar merupakan artefak fosilisasi," kata Slater.
Pemikiran baru ini tidak hanya menunjukkan bahwa protein dapat tetap terawetkan dalam catatan fosil hingga 125 juta tahun namun juga memberikan pemikiran baru mengenai evolusi bulu purba dengan mendorong skala waktu lebih jauh dari apa yang kita duga.
Penelitian ini juga membantu menulis ulang narasi dan menunjukkan bahwa bahan dasar yang diperlukan untuk penerbangan bertenaga listrik sudah ada setidaknya 125 juta tahun lalu.
(msf)