Sinyal Misterius Planet Neraka Akhirnya Terungkap, Berjarak 40 Tahun Cahaya dari Bumi
loading...
A
A
A
FLORIDA - Planet 55 Cancri e yang berjarak sekitar 40 tahun cahaya dari Bumi, telah mengeluarkan sinyal-sinyal aneh selama hampir dua dekade. Planet ini dijuluki ‘Planet Neraka’ karena pada siang hari suhunya mencapai 2.427 derajat Celcius dan malam hari 1.127 derajat Celcius.
Planet, 55 Cancri e, adalah dunia berbatu yang berukuran delapan kali lebih besar dari Bumi dan ditemukan para astronom pada tahun 2004. Pengamatan cahaya inframerah dengan Teleskop Luar Angkasa Spitzer menunjukkan bahwa planet ini memiliki suhu yang sangat terik, di atas 1.000 derajat Celcius.
Dikutip dari laman Live Science, Jumat (20/10/2023), planet ini sangat dekat dengan bintang induknya, kurang dari 2% jarak antara Bumi dan Matahari. Jadi planet ini mampu menyelesaikan orbit penuh hanya dalam waktu 17 jam. Hal ini menimbulkan beberapa kondisi ekstrem di planet ini yang sulit dijelaskan.
Dalam Astrophysical Journal Letters yang terbit bulan September, aspek yang paling membingungkan dari planet ini, adalah sifat sinyal transitnya. Cahaya ini terlihat dari Bumi ketika planet 55 Cancri e melintasi permukaan bintang induknya, menyebabkan gerhana kecil, dan cahaya itu terlihat ketika planet lewat di belakang bintangnya.
Terkadang, ketika planet 55 Cancri e lewat di belakang bintangnya, tidak ada cahaya tampak yang datang dari planet itu. Sementara di lain waktu, planet tersebut memancarkan sinyal cahaya tampak yang kuat.
“Dalam cahaya inframerah, selalu ada sinyal, meskipun kekuatan sinyalnya bervariasi. Dalam studi baru tersebut, penulis berhipotesis bahwa kedekatan planet dengan bintangnya menyebabkan pelepasan gas, yang berarti gunung berapi raksasa dan ventilasi termal terbuka,” tulis laman Live Science.
Kondisi ini memuntahkan unsur-unsur panas kaya karbon ke atmosfer. Namun planet ini tidak dapat bertahan lama di atmosfer karena panas yang ekstrem, dan gas ini akhirnya terhempas, meninggalkan planet ini hingga pelepasan gas dimulai lagi.
Para peneliti percaya ketidakseimbangan atmosfer planet ini dapat menjelaskan sinyal transit yang aneh. Saat planet berada pada fase tanpa atmosfer, tidak ada cahaya tampak yang keluar dari atmosfer planet.
Namun, permukaan planet yang panas masih memancarkan cahaya infra merah. Ketika atmosfer menggembung, baik cahaya tampak maupun seluruh radiasi yang datang dari permukaan muncul dalam sinyal transit.
Meskipun ini hanya hipotesis, teleskop luar angkasa James Webb (JWST) menawarkan cara untuk mengujinya. Dengan mengukur tekanan dan suhu atmosfer planet, para ilmuwan dapat menentukan apakah atmosfer selalu ada. Berbeda dengan kebanyakan planet, atmosfer 55 Cancri e tidak stabil.
Proses pelepasan gas tersebut mencoba untuk menambah jumlah atmosfer, sementara radiasi ekstrem dan angin matahari dari bintang meledakkannya. Kedua proses ini tidak seimbang, sehingga menyebabkan planet terkadang memiliki atmosfer, terkadang tidak.
Planet, 55 Cancri e, adalah dunia berbatu yang berukuran delapan kali lebih besar dari Bumi dan ditemukan para astronom pada tahun 2004. Pengamatan cahaya inframerah dengan Teleskop Luar Angkasa Spitzer menunjukkan bahwa planet ini memiliki suhu yang sangat terik, di atas 1.000 derajat Celcius.
Dikutip dari laman Live Science, Jumat (20/10/2023), planet ini sangat dekat dengan bintang induknya, kurang dari 2% jarak antara Bumi dan Matahari. Jadi planet ini mampu menyelesaikan orbit penuh hanya dalam waktu 17 jam. Hal ini menimbulkan beberapa kondisi ekstrem di planet ini yang sulit dijelaskan.
Dalam Astrophysical Journal Letters yang terbit bulan September, aspek yang paling membingungkan dari planet ini, adalah sifat sinyal transitnya. Cahaya ini terlihat dari Bumi ketika planet 55 Cancri e melintasi permukaan bintang induknya, menyebabkan gerhana kecil, dan cahaya itu terlihat ketika planet lewat di belakang bintangnya.
Terkadang, ketika planet 55 Cancri e lewat di belakang bintangnya, tidak ada cahaya tampak yang datang dari planet itu. Sementara di lain waktu, planet tersebut memancarkan sinyal cahaya tampak yang kuat.
“Dalam cahaya inframerah, selalu ada sinyal, meskipun kekuatan sinyalnya bervariasi. Dalam studi baru tersebut, penulis berhipotesis bahwa kedekatan planet dengan bintangnya menyebabkan pelepasan gas, yang berarti gunung berapi raksasa dan ventilasi termal terbuka,” tulis laman Live Science.
Kondisi ini memuntahkan unsur-unsur panas kaya karbon ke atmosfer. Namun planet ini tidak dapat bertahan lama di atmosfer karena panas yang ekstrem, dan gas ini akhirnya terhempas, meninggalkan planet ini hingga pelepasan gas dimulai lagi.
Baca Juga
Para peneliti percaya ketidakseimbangan atmosfer planet ini dapat menjelaskan sinyal transit yang aneh. Saat planet berada pada fase tanpa atmosfer, tidak ada cahaya tampak yang keluar dari atmosfer planet.
Namun, permukaan planet yang panas masih memancarkan cahaya infra merah. Ketika atmosfer menggembung, baik cahaya tampak maupun seluruh radiasi yang datang dari permukaan muncul dalam sinyal transit.
Meskipun ini hanya hipotesis, teleskop luar angkasa James Webb (JWST) menawarkan cara untuk mengujinya. Dengan mengukur tekanan dan suhu atmosfer planet, para ilmuwan dapat menentukan apakah atmosfer selalu ada. Berbeda dengan kebanyakan planet, atmosfer 55 Cancri e tidak stabil.
Proses pelepasan gas tersebut mencoba untuk menambah jumlah atmosfer, sementara radiasi ekstrem dan angin matahari dari bintang meledakkannya. Kedua proses ini tidak seimbang, sehingga menyebabkan planet terkadang memiliki atmosfer, terkadang tidak.
(wib)