Peneliti Jepang Saksikan Proses Kelahiran Pulau Baru dari Letusan Gunung Berapi Bawah Laut
loading...
A
A
A
TOKYO - Peneliti dari Universitas Tokyo menyaksikan proses terbentuknya pulau baru selebar 330 kaki atau 100 meter setelah letusan gunung berapi bawah laut di lepas pantai Iwo Jima. Peristiwa letusan gunung di Samudra Pasifik pada 30 Oktober 2023 menembus permukaan laut setidaknya di dua lokasi.
Sebuah pesawat milik surat kabar Jepang Mainichi Shimbun melihat tanda-tanda pertama letusan di bagian selatan busur Izu-Ogasawara, sekitar 1.200 kilometer selatan Tokyo, sekitar tengah hari waktu setempat. Ledakan terjadi setiap beberapa menit ketika magma merah panas menghantam air di bawah permukaan, melemparkan balok-balok batu besar setinggi lebih dari 50 meter ke udara.
Letusan tersebut menembus permukaan laut setidaknya di dua lokasi dan ledakan hanya terjadi di ujung paling selatan Iwo Jima. Namun, bebatuan menumpuk di utara lokasi ledakan, membentuk pulau bulat dan terjal dengan lebar sekitar 330 kaki atau 100 meter.
Perairan di sekitar pulau baru ini berubah warna dan dipenuhi batu apung, sejenis batu yang sangat berpori yang terbentuk selama letusan gunung berapi yang eksplosif. Batuan di pulau itu membentuk pola konsentris, namun tidak ada tanda-tanda kawah di permukaannya.
“Batu apung naik ke permukaan dan air berubah warna di seluruh pinggiran pulau, menunjukkan bahwa magma sedang meletus dari lokasi ini,” tulis peneliti dalam pernyataan resmi dikutip SINDOnews dari laman Live Science, Kamis (9/11/2023).
Beberapa letusan bawah air telah tercatat di wilayah ini dalam beberapa tahun terakhir. Dikenal sebagai letusan freatik, peristiwa ini ditandai dengan ledakan uap dan material vulkanik di permukaan.
Hal ini dipicu ketika air bersentuhan dengan magma, lava, batu, atau endapan panas lainnya yang mendesis. Di bawah air, material vulkanik yang keluar dari dasar laut langsung membeku.
Letusan rutin telah menyebabkan Iwo Jima naik lebih dari 3,3 kaki atau 1 meter setiap tahun, menjadikannya salah satu gunung berapi dengan kaldera yang paling cepat naiknya di dunia.
Sebuah pesawat milik surat kabar Jepang Mainichi Shimbun melihat tanda-tanda pertama letusan di bagian selatan busur Izu-Ogasawara, sekitar 1.200 kilometer selatan Tokyo, sekitar tengah hari waktu setempat. Ledakan terjadi setiap beberapa menit ketika magma merah panas menghantam air di bawah permukaan, melemparkan balok-balok batu besar setinggi lebih dari 50 meter ke udara.
Letusan tersebut menembus permukaan laut setidaknya di dua lokasi dan ledakan hanya terjadi di ujung paling selatan Iwo Jima. Namun, bebatuan menumpuk di utara lokasi ledakan, membentuk pulau bulat dan terjal dengan lebar sekitar 330 kaki atau 100 meter.
Perairan di sekitar pulau baru ini berubah warna dan dipenuhi batu apung, sejenis batu yang sangat berpori yang terbentuk selama letusan gunung berapi yang eksplosif. Batuan di pulau itu membentuk pola konsentris, namun tidak ada tanda-tanda kawah di permukaannya.
“Batu apung naik ke permukaan dan air berubah warna di seluruh pinggiran pulau, menunjukkan bahwa magma sedang meletus dari lokasi ini,” tulis peneliti dalam pernyataan resmi dikutip SINDOnews dari laman Live Science, Kamis (9/11/2023).
Beberapa letusan bawah air telah tercatat di wilayah ini dalam beberapa tahun terakhir. Dikenal sebagai letusan freatik, peristiwa ini ditandai dengan ledakan uap dan material vulkanik di permukaan.
Hal ini dipicu ketika air bersentuhan dengan magma, lava, batu, atau endapan panas lainnya yang mendesis. Di bawah air, material vulkanik yang keluar dari dasar laut langsung membeku.
Letusan rutin telah menyebabkan Iwo Jima naik lebih dari 3,3 kaki atau 1 meter setiap tahun, menjadikannya salah satu gunung berapi dengan kaldera yang paling cepat naiknya di dunia.