Arkeolog Tuding AS Pulangkan Artefak era Romawi Palsu ke Lebanon
loading...
A
A
A
LONDON - Seorang akademisi terkemuka di Inggris dan Prancis menuduh otoritas Amerika Serikat (AS) memulangkan artefak palsu era Romawi ke Lebanon.
BACA JUGA - Artefak Indonesia yang Dipamerkan di Luar Negeri
Seperti dilansir dari The Guardian Selasa (21/11/2023), Djamila Fellague dari Universitas Grenoble mengklaim delapan dari sembilan panel mosaik yang dikembalikan otoritas AS baru-baru ini ke negara Asia Barat tersebut tidak diketahui keberadaannya.
Bahkan, ia juga mengklaim telah menemukan bukti bahwa dalang sindikat meniru desain mosaik asli di situs arkeologi atau museum di Sisilia, Tunisia, Aljazair, dan Turkiye.
“Delapan dari sembilan panel mozaik yang dikembalikan merupakan palsu yang cukup mudah dideteksi karena model yang digunakan adalah mozaik terkenal,” ujarnya.
Fellague menunjukkan panel mosaik yang menggambarkan Raksasa Anguiped yang menurutnya didasarkan pada bagian dari mosaik terkenal di Villa Romana del Casale di Sisilia.
Selain itu, ia juga mengklaim pihaknya menemukan mosaik Neptunus dan Amphitrite yang diambil sebagai model utama mosaik yang ditemukan di Constantine, Aljazair yang telah berada di Louvre, Paris sejak pertengahan abad ke-19.
Berdasarkan mosaik lain yang dikembalikan ke Lebanon, Fellague mengklaim hanya ada satu contoh yang terinspirasi oleh mosaik asli dari Lebanon, yaitu penggambaran Bacchus yang terkenal di Museum Nasional di Beirut.
Sementara itu, pakar terkemuka dalam studi penjarahan barang antik dan jaringan penyelundupan, Christos Tsirogiannis yakin bukti tersebut tidak dapat disangkal.
Tsirogiannis mengatakan, jika pengungkapan tersebut terbukti benar maka akan sangat memalukan bagi kantor kejaksaan Manhattan yang sebelumnya mengumumkan repatriasi barang antik tersebut ke Lebanon.
BACA JUGA - Artefak Indonesia yang Dipamerkan di Luar Negeri
Seperti dilansir dari The Guardian Selasa (21/11/2023), Djamila Fellague dari Universitas Grenoble mengklaim delapan dari sembilan panel mosaik yang dikembalikan otoritas AS baru-baru ini ke negara Asia Barat tersebut tidak diketahui keberadaannya.
Bahkan, ia juga mengklaim telah menemukan bukti bahwa dalang sindikat meniru desain mosaik asli di situs arkeologi atau museum di Sisilia, Tunisia, Aljazair, dan Turkiye.
“Delapan dari sembilan panel mozaik yang dikembalikan merupakan palsu yang cukup mudah dideteksi karena model yang digunakan adalah mozaik terkenal,” ujarnya.
Fellague menunjukkan panel mosaik yang menggambarkan Raksasa Anguiped yang menurutnya didasarkan pada bagian dari mosaik terkenal di Villa Romana del Casale di Sisilia.
Selain itu, ia juga mengklaim pihaknya menemukan mosaik Neptunus dan Amphitrite yang diambil sebagai model utama mosaik yang ditemukan di Constantine, Aljazair yang telah berada di Louvre, Paris sejak pertengahan abad ke-19.
Berdasarkan mosaik lain yang dikembalikan ke Lebanon, Fellague mengklaim hanya ada satu contoh yang terinspirasi oleh mosaik asli dari Lebanon, yaitu penggambaran Bacchus yang terkenal di Museum Nasional di Beirut.
Sementara itu, pakar terkemuka dalam studi penjarahan barang antik dan jaringan penyelundupan, Christos Tsirogiannis yakin bukti tersebut tidak dapat disangkal.
Tsirogiannis mengatakan, jika pengungkapan tersebut terbukti benar maka akan sangat memalukan bagi kantor kejaksaan Manhattan yang sebelumnya mengumumkan repatriasi barang antik tersebut ke Lebanon.
(wbs)