Bill Gates Sebut Ada yang Lebih Parah dari Bencana COVID-19, Apa Itu?
loading...
A
A
A
REDMOND - Salah satu pendiri Microsoft , Bill Gates, memperingatkan, meskipun pandemik COVID-19 saat ini belum usai, masih ada satu isu lagi yang lebih parah yakni krisis perubahaan iklim. (Baca juga: Trump Minta Potongan, Akuisisi TikTok seperti Permainan Mafia )
Gates mengatakan, saat ini sulit untuk fokus pada hal lain selain pandemik virus Corona, namun harus ada upaya cepat untuk menangani perubahan iklim. Kalau tidak, akan sulit bagi manusia menghindari bencana iklim.
"Jika kalian ingin memahami jenis kerusakan yang akan ditimbulkan oleh perubahan iklim, lihat COVID-19 dan sebarkan rasa sakitnya dalam jangka waktu yang lebih panjang," tulis Gates dalam unggahan blog dikutip dari CNET, Jumat (7/8/2020).
"Hilangnya kehidupan dan kesengsaraan ekonomi yang disebabkan oleh pandemi ini setara dengan apa yang akan terjadi secara teratur jika kita tidak menghilangkan emisi karbon dunia," lanjut tulisan tersebut.
Berdasarkan jumlah kematian COVID-19 saat ini, Gates mengatakan sekitar 14 per 100.000 orang telah meninggal karena virus Corona. Namun dalam 40 tahun, katanya, kenaikan suhu diperkirakan akan meningkatkan angka kematian global dengan angka yang sama. Bahkan angkanya lebih banyak yaitu 73 kematian per 100.000 orang pada tahun 2100.
"Pada 2060, perubahan iklim bisa sama mematikannya dengan COVID-19, dan pada 2100 bisa lima kali lebih mematikan," kata Gates.
Di sisi lain, kerusakan ekonomi akibat perubahan iklim akan setara dengan pandemik COVID-19 setiap dekade. Pandemik COVID-19 memang telah mengurangi gas rumah kaca untuk tahun 2020 berkat lalu lintas mobil dan udara yang terhenti, tapi Gates menegaskan kemungkinan hanya akan mengurangi total 8% atau 47 miliar ton karbon. (Baca juga: Bukan Isapan Jempol, Karyawan Swasta Dipastikan Dapat Gaji Tambahan Rp600 Ribu )
Bahkan pengurangan kecil ini tidak berkelanjutan, karena lebih karena adanya lockdown daripada solusi untuk perubahan iklim. Inovasi yang melibatkan cara menghasilkan listrik, memproduksi produk, menumbuhkan makanan, menghangatkan dan mendinginkan bangunan, dan mengirimkan produk secara global dengan cara tanpa karbon diperlukan sebanyak tes perawatan dan vaksin COVID-19.
Gates mengatakan, saat ini sulit untuk fokus pada hal lain selain pandemik virus Corona, namun harus ada upaya cepat untuk menangani perubahan iklim. Kalau tidak, akan sulit bagi manusia menghindari bencana iklim.
"Jika kalian ingin memahami jenis kerusakan yang akan ditimbulkan oleh perubahan iklim, lihat COVID-19 dan sebarkan rasa sakitnya dalam jangka waktu yang lebih panjang," tulis Gates dalam unggahan blog dikutip dari CNET, Jumat (7/8/2020).
"Hilangnya kehidupan dan kesengsaraan ekonomi yang disebabkan oleh pandemi ini setara dengan apa yang akan terjadi secara teratur jika kita tidak menghilangkan emisi karbon dunia," lanjut tulisan tersebut.
Berdasarkan jumlah kematian COVID-19 saat ini, Gates mengatakan sekitar 14 per 100.000 orang telah meninggal karena virus Corona. Namun dalam 40 tahun, katanya, kenaikan suhu diperkirakan akan meningkatkan angka kematian global dengan angka yang sama. Bahkan angkanya lebih banyak yaitu 73 kematian per 100.000 orang pada tahun 2100.
"Pada 2060, perubahan iklim bisa sama mematikannya dengan COVID-19, dan pada 2100 bisa lima kali lebih mematikan," kata Gates.
Di sisi lain, kerusakan ekonomi akibat perubahan iklim akan setara dengan pandemik COVID-19 setiap dekade. Pandemik COVID-19 memang telah mengurangi gas rumah kaca untuk tahun 2020 berkat lalu lintas mobil dan udara yang terhenti, tapi Gates menegaskan kemungkinan hanya akan mengurangi total 8% atau 47 miliar ton karbon. (Baca juga: Bukan Isapan Jempol, Karyawan Swasta Dipastikan Dapat Gaji Tambahan Rp600 Ribu )
Bahkan pengurangan kecil ini tidak berkelanjutan, karena lebih karena adanya lockdown daripada solusi untuk perubahan iklim. Inovasi yang melibatkan cara menghasilkan listrik, memproduksi produk, menumbuhkan makanan, menghangatkan dan mendinginkan bangunan, dan mengirimkan produk secara global dengan cara tanpa karbon diperlukan sebanyak tes perawatan dan vaksin COVID-19.
(iqb)