China Temukan Cara Jatuhkan Pengebom Siluman B-21 Raider dengan Rudal Hipersonik
loading...
A
A
A
BEIJING - Peneliti China mengungkapkan telah menemukan cara menembak jatuh pesawat pengebom siluman B-21 Raider milik Amerika Serikat. Dalam simulasi menggunakan komputer, pengebom B-21 Raider senilai USD700 juta (Rp10,8 triliun) jadi sasaran empuk rudal hipersonik China.
Para ilmuwan Universitas Politeknik Northwestern di Xian mengklaim telah menguji taktik dan teknologi baru yang mengeksploitasi kelemahan pertahanan B-21 Raider dengan menyerang dari atas. Meskipun hal ini sepertinya sudah diantisipasi, para ilmuwan mengklaim bahwa ada sesuatu yang tidak diperhitungkan oleh Northrop Grumman dan Angkatan Udara AS.
Menghadapi rudal hipersonik China yang diperkirakan dapat diluncurkan dari luar angkasa, pesawat pengebom B-21 Raider yang mutakhir masih memiliki kerentanan yang besar. Sebab, kemampuan rudal hipersonik berbeda dengan rudal dan radar konvensional berbasis darat dan udara lainnya yang dapat diacak menggunakan electronic warfare (EW).
Dalam simulasi yang dilakukan peneliti China, pengebom B-21 melakukan manuver mengelak namun tidak mempertimbangkan ancaman rudal kedua yang menyerang drone yang menyertainya. Drone tersebut kemudian dikunci oleh rudal yang awalnya ditujukan ke pengebom B-21 Raider.
Sedangkan rudal yang menuju drone mengubah arah dan menghancurkan B-21 Raider. “Dalam satu latihan perang, platform siluman mirip B-21 dan drone pendampingnya ditembak jatuh oleh rudal udara-ke-udara China, yang dapat mencapai kecepatan tertinggi Mach 6,” kata laporan itu ditulis South China Morning Post, Selasa (28/11/2023).
Meskipun terdengar sederhana, mungkin ada terobosan di sana. Rudal hipersonik yang meluncur menuju sasaran dengan kecepatan Mach 6 biasanya tidak dapat diakses oleh komunikasi eksternal karena panasnya gesekan dengan udara.
China mengatakan, data simulasi yang dilakukan telah menemukan cara untuk menjaga komunikasi berkelanjutan dengan rudal hipersonik. Kemudian mampu mengoreksi arah rudal hipersonik dan menjatuhkan pesawat siluman musuh.
“Hebatnya, rudal hipersonik ini juga mampu berkomunikasi satu sama lain dan dengan drone lain. Ini bisa dilakukan dengan sebuah fitur melalui penerapan Artificial Intelligence (AI),” tulis Bulgarian Military.
Para ilmuwan Universitas Politeknik Northwestern di Xian mengklaim telah menguji taktik dan teknologi baru yang mengeksploitasi kelemahan pertahanan B-21 Raider dengan menyerang dari atas. Meskipun hal ini sepertinya sudah diantisipasi, para ilmuwan mengklaim bahwa ada sesuatu yang tidak diperhitungkan oleh Northrop Grumman dan Angkatan Udara AS.
Menghadapi rudal hipersonik China yang diperkirakan dapat diluncurkan dari luar angkasa, pesawat pengebom B-21 Raider yang mutakhir masih memiliki kerentanan yang besar. Sebab, kemampuan rudal hipersonik berbeda dengan rudal dan radar konvensional berbasis darat dan udara lainnya yang dapat diacak menggunakan electronic warfare (EW).
Dalam simulasi yang dilakukan peneliti China, pengebom B-21 melakukan manuver mengelak namun tidak mempertimbangkan ancaman rudal kedua yang menyerang drone yang menyertainya. Drone tersebut kemudian dikunci oleh rudal yang awalnya ditujukan ke pengebom B-21 Raider.
Sedangkan rudal yang menuju drone mengubah arah dan menghancurkan B-21 Raider. “Dalam satu latihan perang, platform siluman mirip B-21 dan drone pendampingnya ditembak jatuh oleh rudal udara-ke-udara China, yang dapat mencapai kecepatan tertinggi Mach 6,” kata laporan itu ditulis South China Morning Post, Selasa (28/11/2023).
Meskipun terdengar sederhana, mungkin ada terobosan di sana. Rudal hipersonik yang meluncur menuju sasaran dengan kecepatan Mach 6 biasanya tidak dapat diakses oleh komunikasi eksternal karena panasnya gesekan dengan udara.
China mengatakan, data simulasi yang dilakukan telah menemukan cara untuk menjaga komunikasi berkelanjutan dengan rudal hipersonik. Kemudian mampu mengoreksi arah rudal hipersonik dan menjatuhkan pesawat siluman musuh.
“Hebatnya, rudal hipersonik ini juga mampu berkomunikasi satu sama lain dan dengan drone lain. Ini bisa dilakukan dengan sebuah fitur melalui penerapan Artificial Intelligence (AI),” tulis Bulgarian Military.