Israel Banjiri Terowongan Hamas dengan Air Laut, Ilmuwan Ingatkan Soal Bencana Ini

Selasa, 26 Desember 2023 - 22:07 WIB
loading...
Israel Banjiri Terowongan...
Israel Banjiri Terowongan Hamas dengan Air Laut. FOTO/ The Guardian
A A A
JAKARTA - Upaya Israel untuk menghentikan perlawanan pejuang Hamas dengan membanjiri terowongan menggunakan air laut mendapat kecaman dari berbagai pihak. Tak terkecuali dari para ilmuwan serta pakar lingkungan.



Menurut para ahli, rencana biadab tersebut dapat mengakibatkan bencana ekologis di Gaza. Mereka mengatakan bahwa upaya itu bisa merusak kebutuhan dasar warga Gaza, sehingga menjadikannya salah satu unsur kejahatan genosida.

Para ahli khawatir, masyarakat Gaza, siapa pun itu tidak bisa lagi memiliki air minum yang layak konsumsi. Rencana ini juga digadang-gadang dapat menghancurkan sektor pertanian, seperti dilansir dari Guardian, Selasa (26/12/2023).

Pedro Arrojo-Agudo selaku staff PBB untuk hak atas air menyebut, apa yang dilakukan Israel akan mengulang kembali kisah penggaraman Romawi di ladang Kartago yang membuat wilayah kuno itu tidak bisa lagi dihuni.

Hal senada juga diungkap oleh pelapor hak asasi manusia dan lingkungan hidup, David Boyd yang mengatakan kerusakan satu-satunya pasokan air di Gaza akan menjadi bencana besar bagi lingkungan dan hak asasi manusia di sana.

Laporan media, foto dan citra satelit sendiri berhasil menunjukan bahwa Pasukan Pertahanan Israel (IDF) telah memasang pompa di kamp pengungsi al-Shati di garis pantai timur Jalur Gaza untuk memompa jutaan galon air laut.

Tentara Israel dilaporkan sudah melakukan uji coba pemompaan air laut ke sejumlah terowongan Hamas sejak minggu lalu untuk mengusir para pejuang agar mereka keluar dari persembunyiannya.

Menurut sebuah studi dari akademi militer AS West Point, terdapat 1.300 terowongan yang membentang sepanjang 500 km di Gaza pada awal perang pada bulan Oktober. Diperkirakan dibutuhkan 1,5 juta meter kubik air untuk mengisi seluruhnya.

Mark Zeitoun, direktur Geneva Water Hub dan profesor di Geneva Graduate Institute, mengatakan air laut yang dipompa ke dalam terowongan sepanjang ratusan kilometer yang melintasi tanah berpasir dan berpori di Gaza pasti akan meresap ke dalam akuifer yang menjadi cadangan air bagi 2,3 juta penduduk.

Zeitoun, yang juga pernah bekerja sebagai insinyur air untuk PBB di wilayah pendudukan Palestina, mengatakan akuifer sudah terkontaminasi parah dari air limbah dan infiltrasi air laut yang disebabkan oleh abstraksi berlebihan selama bertahun-tahun.

“Jika Anda menambahkan lebih banyak air laut secara langsung melalui pasir ke akuifer, hal ini tidak akan mengubah sumber daya berkualitas tinggi menjadi sumber daya yang rentan, melainkan akan mengubah sumber daya yang rentan menjadi sumber daya yang membawa bencana,” kata Zeitoun.

Dia mengatakan kontaminasi tersebut memiliki risiko tinggi, sehingga metode desalinasi reverse osmosis tingkat lingkungan yang saat ini digunakan oleh warga Palestina di Gaza untuk mengolah air mereka tidak lagi dapat dilakukan.

“Ini akan merusak kondisi kehidupan semua orang di Gaza. Saya mengatakan kondisi kehidupan karena menurut saya itu adalah salah satu unsur genosida dalam konvensi PBB, penghancuran fisik sebagian atau seluruhnya terhadap kondisi yang diperlukan bagi kehidupan suatu bangsa," lanjut Zeitoun.

Wim Zwijnenburg, peneliti di LSM Belanda Pax for Peace, yang menyelidiki dampak perang terhadap lingkungan, memperingatkan adanya bahaya tambahan. Pasalnya tidak ada yang tahu apa yang tersimpan di dalam terowongan.

"Ada laporan yang beredar, yang tidak diverifikasi, namun dikutip oleh beberapa sumber [bahwa] sekitar 20.000 galon bahan bakar disimpan di terowongan. Jadi, terdapat semua jenis hidrokarbon yang berpotensi mempengaruhi tanah dan masuk ke akuifer dan air tanah," ujar Wim.

Membanjiri terowongan juga akan menimbulkan risiko bagi integritas lahan. Jika bangunan-bangunan tersebut runtuh di bawah area yang sudah dibangun, hal ini dapat menyebabkan bangunan-bangunan yang berada di atasnya juga ikut runtuh.
(wbs)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2460 seconds (0.1#10.140)