Rahasia Kematian di Luar Angkasa: Apa yang Terjadi pada Tubuh Manusia?
loading...
A
A
A
JAKARTA - Luar angkasa menjadi tempat dengan suhu dan lingkungan yang sangat berbeda dengan Bumi. Karena itu, tidak sedikit yang bertanya-tanya apa yang akan terjadi pada mayat di angkasa sana.
Jimmy Wu, Kepala Insinyur di Translational Research Institute for Space Health di Baylor College Kedokteran di Texas menjelaskan bahwa dalam ruang hampa bertekanan rendah, cairan apa pun dari tubuh akan berubah menjadi gas dan pembuluh darah pecah.
Lebih lanjut ia menyebut, sisa air di dalam tubuh kemungkinan akan membeku karena suhu dasar ruang angkasa yang rendah, yang bisa mencapai minus 270,45 C hingga akhirnya membuat tubuh menjadi dehidrasi.
Melansir Live Science, Rabu (21/2/2024), penelitian di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) menunjukkan bahwa bakteri dapat bertahan hidup di luar angkasa setidaknya selama tiga tahun. Jika bakteri masih hidup di tubuh, mereka akan mulai mencernanya.
Meskipun sebagian besar ruang angkasa sangat dingin, ruang angkasa juga bisa menjadi panas, suhu di permukaan ISS dapat berkisar minus hingga 200 C. Dalam lingkungan yang lebih panas lagi dekomposisi akan mencemari permukaan planet.
Sebagai solusi dari masalah ini, NASA mengembangkan kantong jenazah yang dapat mengawetkan sisa-sisa pesawat ruang angkasa selama 48 hingga 72 jam, waktu yang cukup untuk kembali ke Bumi dari Stasiun Luar Angkasa Internasional.
Saat penerbangan luar angkasa menjelajah lebih jauh dari Bumi, NASA sedang mempersiapkan prosedur kematian misi. Industri penerbangan luar angkasa komersial juga harus merencanakan cara menangani kematian di luar angkasa,kataWu.
Jimmy Wu, Kepala Insinyur di Translational Research Institute for Space Health di Baylor College Kedokteran di Texas menjelaskan bahwa dalam ruang hampa bertekanan rendah, cairan apa pun dari tubuh akan berubah menjadi gas dan pembuluh darah pecah.
Lebih lanjut ia menyebut, sisa air di dalam tubuh kemungkinan akan membeku karena suhu dasar ruang angkasa yang rendah, yang bisa mencapai minus 270,45 C hingga akhirnya membuat tubuh menjadi dehidrasi.
Melansir Live Science, Rabu (21/2/2024), penelitian di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) menunjukkan bahwa bakteri dapat bertahan hidup di luar angkasa setidaknya selama tiga tahun. Jika bakteri masih hidup di tubuh, mereka akan mulai mencernanya.
Meskipun sebagian besar ruang angkasa sangat dingin, ruang angkasa juga bisa menjadi panas, suhu di permukaan ISS dapat berkisar minus hingga 200 C. Dalam lingkungan yang lebih panas lagi dekomposisi akan mencemari permukaan planet.
Sebagai solusi dari masalah ini, NASA mengembangkan kantong jenazah yang dapat mengawetkan sisa-sisa pesawat ruang angkasa selama 48 hingga 72 jam, waktu yang cukup untuk kembali ke Bumi dari Stasiun Luar Angkasa Internasional.
Saat penerbangan luar angkasa menjelajah lebih jauh dari Bumi, NASA sedang mempersiapkan prosedur kematian misi. Industri penerbangan luar angkasa komersial juga harus merencanakan cara menangani kematian di luar angkasa,kataWu.
(dan)