Mahkluk Terakhir yang Hidup di Bumi, Ini Kandidatnya?

Jum'at, 12 Juli 2024 - 20:45 WIB
loading...
Mahkluk Terakhir yang...
Mahkluk Terakhir yang Hidup di Bumi. FOTO/ DAILY
A A A
BERLIN - Menentukan hewan terakhir yang hidup di Bum i adalah pertanyaan yang sulit dan spekulatif, karena tergantung pada banyak faktor yang tidak diketahui.



Namun, berdasarkan pemahaman kita saat ini tentang biologi dan peristiwa kepunahan massal, beberapa kandidat yang mungkin muncul.

Makhluk mikroskopis ini, yang juga dikenal sebagai "beruang air", terkenal dengan ketahanan luar biasa mereka terhadap kondisi ekstrem. Mereka dapat bertahan hidup dalam suhu yang sangat panas dan dingin, paparan radiasi yang tinggi, dan dehidrasi yang berkepanjangan.

Kemampuan mereka untuk memasuki keadaan kriptobiotik, di mana metabolisme mereka hampir berhenti, memungkinkan mereka untuk bertahan hidup selama bertahun-tahun bahkan tanpa makanan atau air.

Cacing nematoda: Hewan kecil ini juga sangat tangguh dan dapat ditemukan di berbagai habitat, termasuk tanah, air tawar, dan air laut. Mereka mampu bertahan hidup dalam kondisi yang keras seperti radiasi tinggi, suhu ekstrem, dan kekurangan makanan.

Kecoa: Serangga ini terkenal dengan kemampuannya untuk beradaptasi dan bertahan hidup di lingkungan yang buruk. Mereka pemakan segala dan dapat hidup dari berbagai macam makanan. Kecoa juga tahan terhadap radiasi dan telah diketahui hidup setelah peristiwa nuklir.

Penting untuk dicatat bahwa ini hanya beberapa contoh, dan banyak hewan lain mungkin juga memiliki peluang untuk bertahan hidup di masa depan yang jauh.

Pada akhirnya, hewan yang terakhir bertahan di Bumi kemungkinan besar adalah yang paling mampu beradaptasi dengan perubahan lingkungan dan yang paling tidak rentan terhadap ancaman seperti kepunahan massal.

Selain faktor-faktor biologis, peristiwa acak juga dapat memainkan peran dalam menentukan hewan mana yang terakhir bertahan.

Misalnya, asteroid yang menabrak Bumi dapat memusnahkan sebagian besar spesies, tetapi secara tidak sengaja meninggalkan satu spesies yang kebetulan berada di tempat yang tepat pada waktu yang tepat.

Oleh karena itu, tidak mungkin untuk memprediksi dengan pasti hewan apa yang akan menjadi yang terakhir di Bumi.

Namun, dengan mempelajari sejarah kehidupan di Bumi dan ancaman yang dihadapi saat ini, kita dapat membuat beberapa prediksi yang beralasan tentang siapa yang mungkin memiliki peluang terbaik untuk bertahan hidup di masa depan yang jauh.

===================
Kondisi Bumi 250 Juta Tahun Lagi Sangat Mencekam, Ini Faktanya

LONDON - Bumi telah melalui transformasi luar biasa selama 4,5 miliar tahun keberadaannya. Dari bola magma cair yang berputar, mendingin menjadi lempeng tektonik, hingga dihiasi benua super dan keanekaragaman hayati yang kaya.

Namun, meskipun masih muda dalam skala kosmik, dengan sepertiga usianya baru terlewati, Bumi tampaknya tidak akan memberikan masa depan yang cerah bagi manusia.

Penelitian terbaru yang menggunakan simulasi superkomputer untuk memprediksi iklim selama 250 juta tahun ke depan, menunjukkan skenario yang mencekam.

Bumi di masa depan akan kembali didominasi oleh benua super, dan sayangnya, kondisi ini diprediksi tidak dapat dihuni oleh mamalia, termasuk manusia.

"Masa depan tampak sangat suram," kata Alexander Farnsworth, Peneliti Senior di Cabot Institute for the Environment di Universitas Bristol dan penulis utama studi tersebut.

"Tingkat karbon dioksida bisa dua kali lipat dari saat ini," jelasnya.

Dia menambahkan, "Matahari juga diperkirakan akan memancarkan radiasi sekitar 2,5 persen lebih banyak. Ditambah dengan benua super yang akan terbentuk di daerah tropis yang panas dan lembap, sebagian besar planet ini kemungkinan akan mengalami suhu antara 40 hingga 70 °C (104 hingga 158 °F)."

Skenario ini menghadirkan gambaran yang mengerikan tentang Bumi di masa depan, di mana manusia dan mamalia lainnya kemungkinan besar tidak akan mampu bertahan hidup. Peningkatan drastis suhu global, dikombinasikan dengan kondisi ekstrem yang diciptakan oleh benua super, membuat kelangsungan hidup menjadi mustahil.

Penelitian ini menjadi pengingat keras tentang dampak aktivitas manusia terhadap planet ini. Emisi gas rumah kaca yang terus meningkat mendorong Bumi ke arah masa depan yang tidak ramah kehidupan.

Mengubah arah dan mengurangi emisi karbon secara drastis menjadi satu-satunya harapan untuk mencegah skenario bencana ini menjadi kenyataan.

Masa depan Bumi masih belum pasti, tetapi penelitian ini memberikan gambaran yang jelas tentang konsekuensi mengerikan yang dapat ditimbulkan oleh kelambanan kita dalam mengatasi perubahan iklim.
(wbs)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1752 seconds (0.1#10.140)