Ilmuwan Yakin Gajah Purba Mammoth Punah karena Hidung Tersumbat
loading...
A
A
A
LONDON - Gajah purba atau mammoth berbulu, sebelum punah, kemungkinan besar berjuang melawan alergi yang menyebabkan kepunahan mereka dari Bumi.
Sebuah studi yang dilakukan oleh tim ahli kimia dan zoologi menunjukkan bahwa makhluk-makhluk ini juga memiliki indra penciuman yang berkurang sehingga membuat perkawinan menjadi lebih sulit.
Seperti dilansir dari Wion News, [ara peneliti menganalisis jaringan mammoth beku dan menemukan antibodi serta alergen di dalamnya. Hal ini membuat mereka menyimpulkan bahwa mammoth menghadapi alergi yang memengaruhi mereka dalam banyak hal.
"Ini adalah studi pertama yang menemukan fragmen imunoglobulin pada sisa-sisa yang berusia puluhan ribu tahun," kata penulis pertama studi tersebut, Gleb Zilberstein, kepada The Telegraph.
Menurut beberapa penelitian, mammoth berbulu hidup di Amerika Utara, Asia, dan Eropa Utara. Mereka punah sekitar 4.000 tahun yang lalu, tetapi alasan di balik kepunahan ini masih bersifat spekulatif. Perubahan iklim dan perburuan oleh manusia selalu dianggap sebagai alasan utama kepunahan ini.
Namun, penemuan terakhir menunjukkan bahwa alergi mungkin menjadi salah satu alasan kepunahan mereka.
Mamut adalah kerabat purba gajah modern yang mengandalkan indra penciumannya untuk menemukan makanan, air, dan pasangan seksual.
Akan tetapi, para peneliti mengatakan bahwa hidung tersumbat akibat serbuk sari mungkin telah menghambat indra penciuman mamut berbulu, sehingga menyulitkan mereka untuk melanjutkan cara hidup mereka.
"Perkembangan alergi dari serbuk sari tanaman, perubahan toksisitas alergi serbuk sari, peningkatan periode pelepasan serbuk sari, atau munculnya sejumlah besar tanaman berbunga selama perubahan iklim, dapat menyebabkan penurunan kepekaan terhadap bau pada hewan selama musim kawin," kata penelitian tersebut.
Karena hewan tersebut tidak dapat menemukan pasangan karena penyumbatan hidung yang menghambat indra penciuman mereka, hubungan seksual di antara spesies tersebut mengalami penurunan, menurut penelitian.
Jejak antibodi yang berkembang sebagai respons imun terhadap infeksi ditemukan pada mamut beku yang ditemukan di Siberia. Senyawa organik yang terkait dengan serbuk sari juga ditemukan, yang menunjukkan bahwa mamut kemungkinan menghirup udara yang mengandung serbuk sari.
Para peneliti mengatakan bahwa kondisi ini seperti demam serbuk sari kuno dan memengaruhi kemampuan mereka untuk tumbuh subur.
Spesies tanaman baru bermunculan selama masa kepunahan mamut, yaitu periode pemanasan global. Serbuk sari yang dilepaskan oleh tanaman ini mungkin telah menyebabkan masalah pernapasan dan penciuman bagi hewan tersebut.
Sebuah studi yang dilakukan oleh tim ahli kimia dan zoologi menunjukkan bahwa makhluk-makhluk ini juga memiliki indra penciuman yang berkurang sehingga membuat perkawinan menjadi lebih sulit.
Seperti dilansir dari Wion News, [ara peneliti menganalisis jaringan mammoth beku dan menemukan antibodi serta alergen di dalamnya. Hal ini membuat mereka menyimpulkan bahwa mammoth menghadapi alergi yang memengaruhi mereka dalam banyak hal.
"Ini adalah studi pertama yang menemukan fragmen imunoglobulin pada sisa-sisa yang berusia puluhan ribu tahun," kata penulis pertama studi tersebut, Gleb Zilberstein, kepada The Telegraph.
Menurut beberapa penelitian, mammoth berbulu hidup di Amerika Utara, Asia, dan Eropa Utara. Mereka punah sekitar 4.000 tahun yang lalu, tetapi alasan di balik kepunahan ini masih bersifat spekulatif. Perubahan iklim dan perburuan oleh manusia selalu dianggap sebagai alasan utama kepunahan ini.
Namun, penemuan terakhir menunjukkan bahwa alergi mungkin menjadi salah satu alasan kepunahan mereka.
Mamut adalah kerabat purba gajah modern yang mengandalkan indra penciumannya untuk menemukan makanan, air, dan pasangan seksual.
Akan tetapi, para peneliti mengatakan bahwa hidung tersumbat akibat serbuk sari mungkin telah menghambat indra penciuman mamut berbulu, sehingga menyulitkan mereka untuk melanjutkan cara hidup mereka.
"Perkembangan alergi dari serbuk sari tanaman, perubahan toksisitas alergi serbuk sari, peningkatan periode pelepasan serbuk sari, atau munculnya sejumlah besar tanaman berbunga selama perubahan iklim, dapat menyebabkan penurunan kepekaan terhadap bau pada hewan selama musim kawin," kata penelitian tersebut.
Karena hewan tersebut tidak dapat menemukan pasangan karena penyumbatan hidung yang menghambat indra penciuman mereka, hubungan seksual di antara spesies tersebut mengalami penurunan, menurut penelitian.
Jejak antibodi yang berkembang sebagai respons imun terhadap infeksi ditemukan pada mamut beku yang ditemukan di Siberia. Senyawa organik yang terkait dengan serbuk sari juga ditemukan, yang menunjukkan bahwa mamut kemungkinan menghirup udara yang mengandung serbuk sari.
Para peneliti mengatakan bahwa kondisi ini seperti demam serbuk sari kuno dan memengaruhi kemampuan mereka untuk tumbuh subur.
Spesies tanaman baru bermunculan selama masa kepunahan mamut, yaitu periode pemanasan global. Serbuk sari yang dilepaskan oleh tanaman ini mungkin telah menyebabkan masalah pernapasan dan penciuman bagi hewan tersebut.
(wbs)