Misteri Monster Laut Kuno Mosasaurus Maroko: Fosil Asli atau Hanya Rekayasa?
loading...
A
A
A
MAROKO - Para ilmuwan tengah berdebat tentang monster laut kuno yang sedang viral. Apakah monster tersebut benar-benar ada, atau sebaliknya hanya rekayasa?
Sebuah spesies mosasaurus yang pertama kali ditemukan pada 2021 memicu perdebatan di kalangan ilmuwan. Fosil rahang dan gigi dari spesies yang dinamai Xenodens calminechari ini dicurigai sebagai hasil pemalsuan. Dalam studi terbaru yang diterbitkan pada 16 Desember 2024 di jurnal The Anatomical Record, para peneliti menyerukan penggunaan teknologi Computed Tomography (CT) Scan untuk memastikan keaslian fosil tersebut.
Henry Sharpe, peneliti utama dari University of Alberta, mengungkapkan sejumlah kejanggalan pada fosil yang ditemukan di tambang fosfat di Provinsi Khouribga, Maroko. "Jika fosil ini memang palsu, maka harus diakui dalam literatur ilmiah bahwa ini adalah hasil pemalsuan," ujar Sharpe kepada Live Science.
Menurut Michael Caldwell, profesor ilmu biologi dari University of Alberta, soket gigi mosasaurus terbentuk dari jaringan yang berkembang dari gigi itu sendiri. "Setiap mahkota gigi membuat 'rumahnya' sendiri. Tidak seharusnya ada dua gigi dalam satu soket," jelas Caldwell.
Selain itu, ditemukan adanya tumpang tindih material pada sisi salah satu gigi, yang seharusnya tidak terjadi pada mosasaurus. "Tumpang tindih ini merupakan indikator kuat adanya pemalsuan," tambah Mark Powers, kandidat doktor di University of Alberta.
Peneliti ingin melakukan CT scan untuk melihat struktur internal fosil dan membedakan bahan berdasarkan densitasnya. Namun, akses ke fosil menjadi kendala karena komunikasi dengan Nick Longrich, paleontolog dari University of Bath yang memimpin penelitian tahun 2021, terbatas.
Wahiba Bel Haouz, peneliti dari University of Hassan II Casablanca, Maroko, menyoroti kurangnya regulasi untuk melindungi dan melestarikan warisan fosil di negaranya. "Ilmuwan asing harus selalu berkolaborasi dengan peneliti lokal untuk menghindari bekerja dengan fosil palsu," ujarnya.
Sebuah spesies mosasaurus yang pertama kali ditemukan pada 2021 memicu perdebatan di kalangan ilmuwan. Fosil rahang dan gigi dari spesies yang dinamai Xenodens calminechari ini dicurigai sebagai hasil pemalsuan. Dalam studi terbaru yang diterbitkan pada 16 Desember 2024 di jurnal The Anatomical Record, para peneliti menyerukan penggunaan teknologi Computed Tomography (CT) Scan untuk memastikan keaslian fosil tersebut.
Mosasaurus dan Penemuan yang Meragukan
Mosasaurus adalah reptil laut predator yang mendominasi lautan selama periode Kapur (145 juta hingga 66 juta tahun lalu). Mereka memiliki keragaman bentuk gigi yang disesuaikan dengan jenis makanannya. Namun, klaim bahwa Xenodens calminechari memiliki gigi pendek seperti bilah yang membentuk tepi pemotong menyerupai gergaji menjadi pusat perhatian dalam penelitian terbaru.Henry Sharpe, peneliti utama dari University of Alberta, mengungkapkan sejumlah kejanggalan pada fosil yang ditemukan di tambang fosfat di Provinsi Khouribga, Maroko. "Jika fosil ini memang palsu, maka harus diakui dalam literatur ilmiah bahwa ini adalah hasil pemalsuan," ujar Sharpe kepada Live Science.
Kejanggalan dalam Struktur Gigi dan Rahang
Studi terbaru menunjukkan bahwa dua gigi fosil tersebut ditemukan dalam satu soket gigi, yang bertentangan dengan semua spesies mosasaurus yang dikenal. Biasanya, setiap gigi mosasaurus memiliki soket sendiri-sendiri.Menurut Michael Caldwell, profesor ilmu biologi dari University of Alberta, soket gigi mosasaurus terbentuk dari jaringan yang berkembang dari gigi itu sendiri. "Setiap mahkota gigi membuat 'rumahnya' sendiri. Tidak seharusnya ada dua gigi dalam satu soket," jelas Caldwell.
Selain itu, ditemukan adanya tumpang tindih material pada sisi salah satu gigi, yang seharusnya tidak terjadi pada mosasaurus. "Tumpang tindih ini merupakan indikator kuat adanya pemalsuan," tambah Mark Powers, kandidat doktor di University of Alberta.
Asal-usul Fosil yang Diragukan
Fosil ini tidak diekskavasi langsung oleh para paleontolog, melainkan ditemukan di tambang fosfat yang diketahui sering menghasilkan fosil dengan fitur yang dipalsukan. Hal ini semakin memperkuat dugaan bahwa fosil tersebut mungkin telah dimanipulasi untuk menciptakan karakteristik unik.Peneliti ingin melakukan CT scan untuk melihat struktur internal fosil dan membedakan bahan berdasarkan densitasnya. Namun, akses ke fosil menjadi kendala karena komunikasi dengan Nick Longrich, paleontolog dari University of Bath yang memimpin penelitian tahun 2021, terbatas.
Pandangan Ahli Lain
Paulina Jiménez-Huidobro, paleontolog dari University of Bonn yang tidak terlibat dalam penelitian, sepakat dengan temuan studi terbaru. Ia mencatat bahwa struktur gigi fosil ini tampak tidak biasa dalam hal morfologi dan implantasi. "Adanya beberapa gigi dalam satu soket menunjukkan bahwa gigi tersebut mungkin bukan bagian dari rahang itu," ujarnya kepada Live Science.Wahiba Bel Haouz, peneliti dari University of Hassan II Casablanca, Maroko, menyoroti kurangnya regulasi untuk melindungi dan melestarikan warisan fosil di negaranya. "Ilmuwan asing harus selalu berkolaborasi dengan peneliti lokal untuk menghindari bekerja dengan fosil palsu," ujarnya.
Implikasi Pemalsuan Fosil
Pemalsuan fosil bukan hanya menyesatkan komunitas ilmiah, tetapi juga merusak reputasi kawasan asal fosil, seperti Maroko, yang dikenal sebagai salah satu lokasi penemuan fosil penting dunia. Tanpa regulasi yang ketat, risiko beredarnya fosil palsu akan tetap tinggi. Hal ini menggarisbawahi perlunya kolaborasi internasional yang lebih kuat dan transparansi dalam penelitianfosil.(dan)