Mahasiswa UNS Kembangkan Teknologi Mempercepat Produksi Garam

Sabtu, 12 September 2020 - 12:15 WIB
loading...
Mahasiswa UNS Kembangkan...
Foto: dok/SINDOnews
A A A
DUNIA internasional telah mengakui bahwa Indonesia merupakan sebuah negara maritim, negara yang berada dalam kawasan laut luas. Meski begitu, terdapat suatu fakta bahwa Indonesia masih mengimpor garam. Hal ini menjadi indikasi bahwa produksi garam dalam negeri masih belum bisa memenuhi kebutuhan garam di Indonesia.

Melihat kondisi ini, beberapa mahasiswa Universitas Sebelas Maret (UNS) memiliki ide brilian untuk membantu para petani garam yang selama ini menggunakan metode manual. Mereka adalah Dji Hanafit dan Muhammad Khoirul Huda dari Program Studi (Prodi) Pendidikan Teknik Mesin (PTM) serta Arini Nurfadilah dari Prodi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP). (Baca: Kisah Mengharukan Ayah dan Anak Berebut Jihad di Perang Badar)

“Ide ini tercetus sejak maraknya permasalahan garam di Indonesia dan kami tertarik untuk membantu para petani garam. Dari situlah kami bertiga mulai mencari inovasi bagaimana supaya petani garam bisa meningkatkan produksi garam dan bisa membantu perekonomian para petani,” kata Dji, selaku ketua tim, saat dihubungi tim KORAN SINDO.

Dji mengungkapkan bahwa pencetusan ide tersebut bersamaan dengan waktu pembukaan kegiatan Proposal Kegiatan Mahasiswa (PKM) yang diselenggarakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Dari situ, Dji dan kawan-kawan mencoba merancang teknologi yang mampu meningkatkan produksi petani garam.

Para mahasiswa UNS mengembangkan teknologi bernama Parabolic Salt Machine. Penciptaan teknologi tersebut berada di bawah bimbingan Dr. Eng. Nugroho Agung Pambudi selaku dosen PTM dan Kepala Energy Society Laboratory (ESL) PTM. (Baca juga: Mahfud MD Kembali Tegaskan Pemerintah Tak Akan Menunda Pilkada 2020)

“Berdasarkan diskusi yang telah kami lakukan dan atas bimbingan Dosen Pendidikan Teknik Mesin UNS Bapak Dr. Eng, Nugroho Agung Pambudi, M.Eng, maka tercetuslah ide untuk mengisiasi Parabolic Salt Machine,” katanya.

Inovasi teknologi penghasil garam buatan mahasiswa UNS menggunakan metode Pengabutan Misty Fan Berbasis Solar Concentrator dan Cakram. Metode ini diklaim dapat mempercepat proses pembuatan garam.

“Metode tersebut (Pengabutan Misty Fan Berbasis Solar Concentrator dan Cakram) adalah proses yang kami rancang dengan menggabungkan beberapa komponen pada Parabolic Salt Machine untuk mempercepat proses pengkristalan dari air laut menjadi garam,” kata Dji.

Mereka menargetkan alat yang sedang dikembangkan tersebut akan diaplikasikan di Kabupaten Rembang. Sebagaimana yang telah diketahui bersama bahwa Kabupaten Rembang memiliki potensi penghasil garam terbesar di Indonesia.

Dji memiliki pandangan terhadap potensi penghasil garam yang belum dapat dimanfaatkan secara optimal. Sebagian besar petani garam di Indonesia masih menggunakan cara tradisional.

“Kami ingin membantu perekonomian petani garam karena harga garam itu naik turun dan kami ingin menghasilkan garam yang lebih dan bisa diekspor. Kualitas garam kita kalah dengan garam impor, padahal kalau bisa dimaksimalkan kualitas garam kita lebih bagus,” tutur Dji. (Baca juga: Virus Corona Intai Pembalap Tour de France 2020)

Penelitian tentang teknologi untuk proses produksi garam sebenarnya sudah pernah dilakukan seperti penggunaan teknologi filter ullir, plastik geomembran, dan rumah prisma. Namun, hal itu masih belum mampu mengatasi permasalahan produksi garam di Indonesia. Inilah yang membuat Dji dan kawan-kawan tertarik untuk membuat teknologi yang mampu memproduksi garam dengan cepat dan tentu kualitasnya baik.

Teknologi buatan mahasiswa UNS ini terdiri atas proses filtrasi dan melewati proses pemanasan air laut menggunakan solar concentrator. Kemudian akan dipecah partikel airnya menjadi bagian yang kecil-kecil dan bantu embusan angin dari misty fan.

“Proses pembuatan garam terdiri atas proses filtrasi, proses pemanasan air menggunakan parabolic concentrator. Ketika air garam panas, akan mempercepat proses pengkristalan garam dengan menggunakan bantuan embusan angin blower,” tuturnya.

Hingga saat ini, penelitian Dji dan kawan-kawan masih terkendala karena pandemi Covid-19. Padahal, penelitian mereka masih perlu ditindaklanjuti tentang kandungan NaCl dari garam yang dihasilkan oleh alat tersebut.

“Karena berdasarkan adendum (pasal tambahan) dari pedoman PKM 2020 menghendaki untuk pelaksanaan pkm dikondisikan secara daring, kami tidak melakukan pembuatan prototipe. Artinya, dana yang diberikan tidak untuk melakukannya,” kata Dji.

Dji berharap teknologi buatannya dapat segera direalisasikan untuk pemenuhan kebutuhan garam di Indonesia. Apabila telah tercukupi, bisa dikembangkan lagi untuk dapat diimpor. (Lihat videonya: Razia Masker, Banyak Pengendara Motor Nekat Kabur)

“Harapan kami adalah rancangan teknologi ini dapat segera direalisasikan sehingga secara khusus akan membantu para petani garam dalam proses produksi, juga masyarakat secara umum karena melalui produksi garam yang meningkat secara kualitas dan kuantitas maka kebutuhan garam nasional akan terpenuhi,” tuturnya. (Fandy)
(ysw)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1976 seconds (0.1#10.140)