Sistem Sensor Fotonik Baru Mampu Mendeteksi Virus COVID-19
loading...
A
A
A
Mendeteksi adanya virus Covid-19 dan antibodi tekait sangat penting untuk mengendalikan pandemi Covid-19. Seluruh ilmuwan di dunia sedang mencari jalan keluar untuk mengendalikan virus ini agar penyebarannya dapat diminimalisir bahkan dihilangkan.
Saat ini, tim peneliti dari Universitas Malaga sedang mengembangkan sistem deteksi virus Covid-19 menggunakan sensor fotonik. Penelitian ini dipimpin oleh Robert Halir, seorang peneliti dari Departemen Teknik Komunikasi yang menyadari keterbatasan teknologi kesehatan untuk Covid-19.
"Teknik PCR saat ini sudah dapat diandalkan untuk mendeteksi virus namun hasil yang diperoleh sering terlambat dan harganya pun cukup mahal. Sedangkan pengujian sederhana seperti pengujian serologis tidak dapat memberikan hasil kualitatif," kata Halir, dikutip dari Scitechdaily.
Baca juga : Harga Tes PCR Ditetapkan, Pemerintah Antisipasi Lonjakan Kebutuhan
Halir menjelaskan bahwa sistem mereka akan menambah fungsionalitas yang mampu digunakan dengan tepat. Mereka juga menawarkan hasil cepat dan berbiaya murah di masa depan.
Penelitian ini mendapat dukungan dana dari Pemerintah Andalusia sebesar EUR 95.000. Dana ini akan digunakan selama setahun untuk menujukkan kelangsungan sistem mereka.
Pengusul proyek, Andalusian Center for Nanomedicine and Biotechnology (BIONAND), telah berkolaborasi dengan R & D dan I UMA. Mereka akan bekerja di Laboratorium Biomimetic Dendrimers and Photonics dan Laboratorium Photonics and Radiofrequency yang dipimpin oleh profesor Ezequiel Perez-Inestrosa dan Inigo Molina-Fernandez.
Sekarang, tim peneliti sudah memiliki prototipe nyata dari sistem penginderaan berdasarkan chip fotonik dan alat pengukur. Keduanya mampu mendeteksi protein dalam konsentrasi yang sangat rendah, termasuk peradangan dan biomarker antibodi pada pasien yang alergi terhadap antibiotik.
Prototipe ini telah dikembangkan selama empat tahun terakhir dan menawarkan hasil kuantitatif dalam hitungan menit. Kepekaan sistem semacam ini mampu mendeteksi perubahan indeks refraksi seperseratus juta.
Proyek ini memiliki tujuan untuk mengadaptasi sistem deteksi Covid-19 dan antibodinya. Keuntungan lainnya adalah mengoptimalkan dan menurunkan harga alat pengukur tersebut.
Para peneliti terus meningkatkan kepekaan optik sensor dan mengembangkan protokol kimia hanya untuk protein spesifik yang mengekspresikan terhadap Covid-19. Protein itu akan bekerja sesuai dengan panduan gelombang yang ada.
Baca juga : Kemenkes Serahkan Sanksi Pelanggar Tarif Batas Tes PCR kepada Dinkes Daerah
"Jika hasilnya memuaskan, kami akan mengembangkan peralatan kesehatan yang dapat digunakan di pusat kesehatan primer di masa depan," tambah Halir.
Di sisi lain, tentang uji serologis, keuntungannya adalah dapat mendeteksi konsentrasi antibodi yang lebih rendah dan menentukan jumlah pasti antibodi yang dimiliki orang yang diuji. "Jika kami berhasil, kami yakin prototipe komersial dapat dikembangkan dalam waktu dekat," kata Halir.
Saat ini, tim peneliti dari Universitas Malaga sedang mengembangkan sistem deteksi virus Covid-19 menggunakan sensor fotonik. Penelitian ini dipimpin oleh Robert Halir, seorang peneliti dari Departemen Teknik Komunikasi yang menyadari keterbatasan teknologi kesehatan untuk Covid-19.
"Teknik PCR saat ini sudah dapat diandalkan untuk mendeteksi virus namun hasil yang diperoleh sering terlambat dan harganya pun cukup mahal. Sedangkan pengujian sederhana seperti pengujian serologis tidak dapat memberikan hasil kualitatif," kata Halir, dikutip dari Scitechdaily.
Baca juga : Harga Tes PCR Ditetapkan, Pemerintah Antisipasi Lonjakan Kebutuhan
Halir menjelaskan bahwa sistem mereka akan menambah fungsionalitas yang mampu digunakan dengan tepat. Mereka juga menawarkan hasil cepat dan berbiaya murah di masa depan.
Penelitian ini mendapat dukungan dana dari Pemerintah Andalusia sebesar EUR 95.000. Dana ini akan digunakan selama setahun untuk menujukkan kelangsungan sistem mereka.
Pengusul proyek, Andalusian Center for Nanomedicine and Biotechnology (BIONAND), telah berkolaborasi dengan R & D dan I UMA. Mereka akan bekerja di Laboratorium Biomimetic Dendrimers and Photonics dan Laboratorium Photonics and Radiofrequency yang dipimpin oleh profesor Ezequiel Perez-Inestrosa dan Inigo Molina-Fernandez.
Sekarang, tim peneliti sudah memiliki prototipe nyata dari sistem penginderaan berdasarkan chip fotonik dan alat pengukur. Keduanya mampu mendeteksi protein dalam konsentrasi yang sangat rendah, termasuk peradangan dan biomarker antibodi pada pasien yang alergi terhadap antibiotik.
Prototipe ini telah dikembangkan selama empat tahun terakhir dan menawarkan hasil kuantitatif dalam hitungan menit. Kepekaan sistem semacam ini mampu mendeteksi perubahan indeks refraksi seperseratus juta.
Proyek ini memiliki tujuan untuk mengadaptasi sistem deteksi Covid-19 dan antibodinya. Keuntungan lainnya adalah mengoptimalkan dan menurunkan harga alat pengukur tersebut.
Para peneliti terus meningkatkan kepekaan optik sensor dan mengembangkan protokol kimia hanya untuk protein spesifik yang mengekspresikan terhadap Covid-19. Protein itu akan bekerja sesuai dengan panduan gelombang yang ada.
Baca juga : Kemenkes Serahkan Sanksi Pelanggar Tarif Batas Tes PCR kepada Dinkes Daerah
"Jika hasilnya memuaskan, kami akan mengembangkan peralatan kesehatan yang dapat digunakan di pusat kesehatan primer di masa depan," tambah Halir.
Di sisi lain, tentang uji serologis, keuntungannya adalah dapat mendeteksi konsentrasi antibodi yang lebih rendah dan menentukan jumlah pasti antibodi yang dimiliki orang yang diuji. "Jika kami berhasil, kami yakin prototipe komersial dapat dikembangkan dalam waktu dekat," kata Halir.
(fan)