Peneliti Heran, Populasi Macan Tutul di China Meningkat
loading...
A
A
A
Sebagian besar macan tutul di dunia terancam mengalami kepunahan karena jumlahnya yang terus menurun. Namun, penelitian terbaru dari Universitas Kopenhagen, Denmark, dan rekan dari Beijing, China, mengungkapkan bahwa populasi macan tutul di China bagian Utara sedang membaik.
Macan tutul adalah hewan yang menarik. Macam tutul dikenal sebagai pemburu makanan yang dapat bertahan di berbagai habitat, mulai dari hutan hingga gurun. Mereka mampu menahan suhu mulai dari minus 40°C di musim dingin hingga 40°C di musim panas.
Baca juga : Sempat Dirawat Kritis Dua Hari, Macan Tutul Ciwidey Mati
Terlepas dari kemampuannya yang bisa hidup di segala medan, macan tutul menjadi salah satu perburuan manusia utk dipelihara atau dijadikan hiasan rumah. Pembukaan lahan hutan untuk aktivitas manusia juga menjadi dasar hilangnya habitat yang menjadi tempat tinggalnya.
Meski begitu, ada hal menarik yang terjadi di China bagian Utara, khususnya di Loess Plateau. Disana, jumlah spesies macan tutul telah mengalami peningkatan.
"Kami cukup terkejut bahwa jumlah macan tutul (di China) meningkat, padahal populasinya di beberapa negara mengalami penurunan. Kami tahu ada macan tutul di area ini, tapi kami tidak tahu berapa jumlahnya secara pasti," kata Bing Xie, mahasiswa PhD di Departemen Biologi UCPH, dikutip dari Scitechdaily.
Xie bersama para peneliti lainnya di Universitas Beijing melakukan penelitian di Loess Plateau yang mencakup area 800 kilometer persegi pada tahun 2016 dan 2017. Mereka baru saja melaporkan bahwa jumlah macan tutul meningkat dari 88 ekor pada 2016 menjadi 110 ekor pada 2017. Peningkatan ini diprediksi akan meningkat di tahun-tahun berikutnya.
Baca juga : Hari Keanekaragaman Hayati Internasional, Ayo Kita Jaga Flora dan Fauna Terancam Punah Ini
Peningkatan populasi macan tutul kemungkinan besar didasari oleh program Pemerintah China dalam memuhlikan keanekaragaman hayati di daerah tersebut. Pemulihan ini dilakukan sejak 2015 saat pemerintah China melakukan konsultasi dengan berbagai peneliti ilmiah.
"Sekitar 20 tahun lalu, sebagian besar habitat hutan di Loess Plateau diubah menjadi lahan pertanian. Aktivitas manusia membuat takut babi hutan, kodok, katak, dan rusa sehingga macan tutul tidak mungkin menemukan makanan," tambah Xie.
Macan tutul adalah hewan yang menarik. Macam tutul dikenal sebagai pemburu makanan yang dapat bertahan di berbagai habitat, mulai dari hutan hingga gurun. Mereka mampu menahan suhu mulai dari minus 40°C di musim dingin hingga 40°C di musim panas.
Baca juga : Sempat Dirawat Kritis Dua Hari, Macan Tutul Ciwidey Mati
Terlepas dari kemampuannya yang bisa hidup di segala medan, macan tutul menjadi salah satu perburuan manusia utk dipelihara atau dijadikan hiasan rumah. Pembukaan lahan hutan untuk aktivitas manusia juga menjadi dasar hilangnya habitat yang menjadi tempat tinggalnya.
Meski begitu, ada hal menarik yang terjadi di China bagian Utara, khususnya di Loess Plateau. Disana, jumlah spesies macan tutul telah mengalami peningkatan.
"Kami cukup terkejut bahwa jumlah macan tutul (di China) meningkat, padahal populasinya di beberapa negara mengalami penurunan. Kami tahu ada macan tutul di area ini, tapi kami tidak tahu berapa jumlahnya secara pasti," kata Bing Xie, mahasiswa PhD di Departemen Biologi UCPH, dikutip dari Scitechdaily.
Xie bersama para peneliti lainnya di Universitas Beijing melakukan penelitian di Loess Plateau yang mencakup area 800 kilometer persegi pada tahun 2016 dan 2017. Mereka baru saja melaporkan bahwa jumlah macan tutul meningkat dari 88 ekor pada 2016 menjadi 110 ekor pada 2017. Peningkatan ini diprediksi akan meningkat di tahun-tahun berikutnya.
Baca juga : Hari Keanekaragaman Hayati Internasional, Ayo Kita Jaga Flora dan Fauna Terancam Punah Ini
Peningkatan populasi macan tutul kemungkinan besar didasari oleh program Pemerintah China dalam memuhlikan keanekaragaman hayati di daerah tersebut. Pemulihan ini dilakukan sejak 2015 saat pemerintah China melakukan konsultasi dengan berbagai peneliti ilmiah.
"Sekitar 20 tahun lalu, sebagian besar habitat hutan di Loess Plateau diubah menjadi lahan pertanian. Aktivitas manusia membuat takut babi hutan, kodok, katak, dan rusa sehingga macan tutul tidak mungkin menemukan makanan," tambah Xie.