Enam Vaksin yang Bakal Jadi Perisai Indonesia Menumpas COVID-19
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kementerian Kesehatan (Kesehatan) telah menetapkan enam vaksin virus Corona dari pihak berbeda yang masuk dalam program vaksinasi di Indonesia. Untuk diketahui, sejumlah produsen vaksin sudah menyatakan vaksinnya efektif menumpas COVID-19 dan sudah mengajukan izin penggunaan secara darurat di negara asalnya.
Enam vaksin yang ditetapkan Menteri Kesehatan (Menkes), Terawan Agus Putranto, untuk bisa digunakan di Indonesia itu adalah vaksin yang diproduksi oleh PT Bio Farma (Persero), AstraZeneca, China National Pharmaceutical Group Corporation (Sinopharm), Moderna, Pfizer Inc and BioNTech, dan Sinovac Biotech Ltd. (Baca juga: 1,2 Juta Vaksin Corona Sinovac Buatan China Tiba di Indonesia )
Vaksin COVID-19 tersebut baru bisa dipakai setelah mendapatkan izin edar atau persetujuan penggunaan pada masa darurat dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), sebagai otoritas perizinan dan pengawasan obat serta makanan di Indonesia.
Bio Farma
BUMN farmasi ini menjadi andalan pemerintah dalam pengadaan vaksin COVID-19 sejak awal. Bio Farma direstui pemerintah menjalin menjalin kerja sama dengan perusahaan vaksin asal China, Sinovac Biotech.
Vaksin telah melibatkan sebanyak 1.620 relawan uji klinis tahap tiga. Untuk saat ini, BPOM masih menanti hasil dari uji klinis tahap ketiga vaksin tersebut.
AstraZeneca
Dalam pernyataan yang dirilis pada Senin (23/11/2020), para peneliti mengumumkan bahwa vaksin Oxford terbukti 70% efektif dalam mencegah COVID-19. Bahkan bisa menjadi 90% efektif bila diberikan dengan dosis tertentu.
Meskipun menunjukkan kemanjuran yang relatif lebih rendah, vaksin Oxford lebih murah dan lebih mudah didistribusikan daripada dua kandidat vaksin.
Vaksin ini dikembangkan oleh Universitas Oxford dan AstraZeneca yang diberikan dalam dua dosis, dengan jarak 28 hari. Hasil awal didasarkan pada 131 peserta dalam uji coba tahap akhir yang mengembangkan COVID-19 setelah menerima vaksin Oxford atau plasebo.
Tidak ada masalah keamanan serius yang ditemukan dan tidak ada peserta yang mengalami infeksi setelah menerima vaksin dirawat di rumah sakit atau menderita penyakit serius. Uji coba dihentikan dua kali sebelumnya -ini hal umum dalam uji klinis- setelah dua peserta berbeda mengembangkan gejala neurologis. Tetapi uji coba dilanjutkan lagi ketika para peneliti tidak menemukan hubungan antara vaksin dan gejala.
Uji coba yang dilakukan AstraZeneca dan Universitas Oxford menunjukkan vaksin virus Corona produksinya memiliki keefektifan rata-rata 70 persen. Mengutip BBC, Rabu (2/12/2020), data menunjukkan vaksin AstraZeneca menunjukkan respons imun yang kuat pada orang tua.
Saat ini uji coba pada 20.000 sukarelawan masih berlanjut. Vaksin AstraZeneca dianggap mudah didistribusikan karena tidak perlu disimpan pada suhu yang sangat dingin. Vaksin dibuat dari versi lemah virus flu biasa dari simpanse yang telah dimodifikasi agar tidak tumbuh pada manusia.
Moderna
Vaksin virus Corona yang diproduksi Moderna diklaim memiliki efektivitas 94,5%. Pada Senin (31/11/2020), Moderna menyatakan telah mengajukan izin penggunaan darurat untuk vaksin kepada regulator Amerika Serikat dan Eropa.
Perusahaan itu mengklaim efektivitas suntikan dan catatan keamanan vaksin virus Corona buatannya baik. Sehingga, Moderna meyakini vaksin buatannya telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan BPOM AS (FDA) untuk penggunaan darurat.
Sinopharm
Di negeri asalnya, China, ada hampir satu juta orang yang divaksin COVID-19 buatan Sinopharm dengan izin penggunaan darurat. Vaksin saat ini masih dalam tahap pengujian yang belum sepenuhnya selesai. Sebelum vaksin Sinopharm terbukti berhasil seluruhnya, vaksin hanya digunakan pada pejabat China, pelajar, dan pekerja yang bepergian.
Sinopharm menyatakan pihak individu yang melakukan vaksin telah melakukan perjalanan ke lebih dari 150 negara dan saat ini belum ada kasus temuan infeksi. Sekadar catatan, vaksin ini masuk dalam jajaran lima dari vaksin China yang melakukan uji klinis di luar negeri.
Uni Emirat Arab adalah negara pertama di luar China yang menyetujui penggunaan vaksin ini secara darurat.
Sinovac
Kandidat vaksin virus Corona dari Sinovac dinamakan CoronaVac. Vaksin menggunakan versi noninfeksi dari virus untuk memicu respon imun.
CoronaVac saat ini memasuki uji coba fase 3. Sinovac melakukan uji coba terhadap vaksin buatannya di Brasil, Indonesia, hingga Bangladesh. Hasil awal, sebagaimana yang terbit di Live Science, pada monyet menunjukkan vaksin menghasilkan antibodi yang menetralkan 10 galur Sars-coV-2.
Pfizer and BioNTech
Kedua raksasa farmasi dunia ini sama-sama telah mengajukan penggunaan darurat vaksin virus corona yang diproduksinya ke BPOM AS dan Eropa. Kandidat vaksinnya diklaim 95% efektif pada virus dan tidak menimbulkan risiko masalah keamanan.
Pfizer dan BioNTech menegaskan vaksinnya dapat dipakai segara di Eropa. Mereka telah mengajukan persetujuan penggunaan darurat Uni Eropa dan disetujui oleh European Medicines Agency (EMA).
Enam vaksin yang ditetapkan Menteri Kesehatan (Menkes), Terawan Agus Putranto, untuk bisa digunakan di Indonesia itu adalah vaksin yang diproduksi oleh PT Bio Farma (Persero), AstraZeneca, China National Pharmaceutical Group Corporation (Sinopharm), Moderna, Pfizer Inc and BioNTech, dan Sinovac Biotech Ltd. (Baca juga: 1,2 Juta Vaksin Corona Sinovac Buatan China Tiba di Indonesia )
Vaksin COVID-19 tersebut baru bisa dipakai setelah mendapatkan izin edar atau persetujuan penggunaan pada masa darurat dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), sebagai otoritas perizinan dan pengawasan obat serta makanan di Indonesia.
Bio Farma
BUMN farmasi ini menjadi andalan pemerintah dalam pengadaan vaksin COVID-19 sejak awal. Bio Farma direstui pemerintah menjalin menjalin kerja sama dengan perusahaan vaksin asal China, Sinovac Biotech.
Vaksin telah melibatkan sebanyak 1.620 relawan uji klinis tahap tiga. Untuk saat ini, BPOM masih menanti hasil dari uji klinis tahap ketiga vaksin tersebut.
AstraZeneca
Dalam pernyataan yang dirilis pada Senin (23/11/2020), para peneliti mengumumkan bahwa vaksin Oxford terbukti 70% efektif dalam mencegah COVID-19. Bahkan bisa menjadi 90% efektif bila diberikan dengan dosis tertentu.
Meskipun menunjukkan kemanjuran yang relatif lebih rendah, vaksin Oxford lebih murah dan lebih mudah didistribusikan daripada dua kandidat vaksin.
Vaksin ini dikembangkan oleh Universitas Oxford dan AstraZeneca yang diberikan dalam dua dosis, dengan jarak 28 hari. Hasil awal didasarkan pada 131 peserta dalam uji coba tahap akhir yang mengembangkan COVID-19 setelah menerima vaksin Oxford atau plasebo.
Tidak ada masalah keamanan serius yang ditemukan dan tidak ada peserta yang mengalami infeksi setelah menerima vaksin dirawat di rumah sakit atau menderita penyakit serius. Uji coba dihentikan dua kali sebelumnya -ini hal umum dalam uji klinis- setelah dua peserta berbeda mengembangkan gejala neurologis. Tetapi uji coba dilanjutkan lagi ketika para peneliti tidak menemukan hubungan antara vaksin dan gejala.
Uji coba yang dilakukan AstraZeneca dan Universitas Oxford menunjukkan vaksin virus Corona produksinya memiliki keefektifan rata-rata 70 persen. Mengutip BBC, Rabu (2/12/2020), data menunjukkan vaksin AstraZeneca menunjukkan respons imun yang kuat pada orang tua.
Saat ini uji coba pada 20.000 sukarelawan masih berlanjut. Vaksin AstraZeneca dianggap mudah didistribusikan karena tidak perlu disimpan pada suhu yang sangat dingin. Vaksin dibuat dari versi lemah virus flu biasa dari simpanse yang telah dimodifikasi agar tidak tumbuh pada manusia.
Moderna
Vaksin virus Corona yang diproduksi Moderna diklaim memiliki efektivitas 94,5%. Pada Senin (31/11/2020), Moderna menyatakan telah mengajukan izin penggunaan darurat untuk vaksin kepada regulator Amerika Serikat dan Eropa.
Perusahaan itu mengklaim efektivitas suntikan dan catatan keamanan vaksin virus Corona buatannya baik. Sehingga, Moderna meyakini vaksin buatannya telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan BPOM AS (FDA) untuk penggunaan darurat.
Sinopharm
Di negeri asalnya, China, ada hampir satu juta orang yang divaksin COVID-19 buatan Sinopharm dengan izin penggunaan darurat. Vaksin saat ini masih dalam tahap pengujian yang belum sepenuhnya selesai. Sebelum vaksin Sinopharm terbukti berhasil seluruhnya, vaksin hanya digunakan pada pejabat China, pelajar, dan pekerja yang bepergian.
Sinopharm menyatakan pihak individu yang melakukan vaksin telah melakukan perjalanan ke lebih dari 150 negara dan saat ini belum ada kasus temuan infeksi. Sekadar catatan, vaksin ini masuk dalam jajaran lima dari vaksin China yang melakukan uji klinis di luar negeri.
Uni Emirat Arab adalah negara pertama di luar China yang menyetujui penggunaan vaksin ini secara darurat.
Sinovac
Kandidat vaksin virus Corona dari Sinovac dinamakan CoronaVac. Vaksin menggunakan versi noninfeksi dari virus untuk memicu respon imun.
CoronaVac saat ini memasuki uji coba fase 3. Sinovac melakukan uji coba terhadap vaksin buatannya di Brasil, Indonesia, hingga Bangladesh. Hasil awal, sebagaimana yang terbit di Live Science, pada monyet menunjukkan vaksin menghasilkan antibodi yang menetralkan 10 galur Sars-coV-2.
Pfizer and BioNTech
Kedua raksasa farmasi dunia ini sama-sama telah mengajukan penggunaan darurat vaksin virus corona yang diproduksinya ke BPOM AS dan Eropa. Kandidat vaksinnya diklaim 95% efektif pada virus dan tidak menimbulkan risiko masalah keamanan.
Pfizer dan BioNTech menegaskan vaksinnya dapat dipakai segara di Eropa. Mereka telah mengajukan persetujuan penggunaan darurat Uni Eropa dan disetujui oleh European Medicines Agency (EMA).
(iqb)