Indikasi Kapten Afwan Mencoba Kuasai Autothrottle Sriwijaya Air SJ182 Mencuat
loading...
A
A
A
JAKARTA - Jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ182 yang berjenis Boeing 737 - 524 kini mulai dikaitkan dengan pesawat Lion Air JT610 yang berjenis 737 Max Series yang jatuh di Perairan Kerawang 2018 lalu karena sensor otomatis atau Sistem autothrottle.
BACA JUGA- Pesawat Sriwijaya Air Jatuh, Sensor Otomatis Boeing 737 Series Terkenal Bermasalah
Sistem autothrottle, yang mengontrol tenaga mesin secara otomatis, diduga berkontribusi pada tragedi jatuhnya penerbangan Sriwijaya Air SJ182 pada 9 Januari yang menewaskan 62 orang di dalamnya. Pesawat itu jatuh di perairan Kepulauan Seribu.
Baca Juga: Warganet Tantang Kapolri Tangkap Abu Janda soal Kasus Rasisme
Sumber yang dekat dengan penyelidikan kecelakaan pesawat tersebut mengatakan kepada Wall Street Journal (WSJ) bahwa data FDR (flight data recorder) menunjukkan sistem autothrottle tidak beroperasi dengan baik di salah satu mesin pesawat saat naik ketika berangkat dari Jakarta.
Menurut WSJ, alih-alih mematikan sistem, FDR mengindikasikan pilot 'Kapten Afwan' mencoba untuk membuat throttle yang macet berfungsi. Itu bisa menciptakan perbedaan tenaga yang signifikan antarmesin, membuat jet lebih sulit dikendalikan.
Baca Juga: 153 WN China Masuk Indonesia, PDIP Minta Pemerintah Tegas Soal Pembatasan WNA
Meski demikian, penyelidik Indonesia sedang menyelidiki apakah masalah dengan sistem autothrottle benar-benar berkontribusi pada kecelakaan Sriwijaya Air.
Penyelidik dari Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), Nurcayho Utomo, mengatakan masalah dengan sistem autothrottle Boeing 737-500 dilaporkan setelah penerbangan beberapa hari sebelumnya.
Baca Juga: Diklaim Mudah Habisi Jet F-35, Ini 5 Fitur Canggih Su-57
"Ada laporan kerusakan pada autothrottle beberapa hari sebelumnya kepada teknisi di log perawatan, tapi kami tidak tahu apa masalahnya," katanya kepada Reuters yang dilansir Jumat (22/1/2021).
Masalah pada otomatis Boeing terkuak pasca kasus kecelakaan Lion Air JT610 2018 lalu yang diketahui sensor otonom pesawat tersebut bermasalah, bahkan saat itu Federal Aviation Administration (FAA) Amerika Serikat (AS) mengeluarkan arahan darurat setelah alat sensor yang tak berfungsi dianggap sebagai penyebab tragedi jatuhnya pesawat Lion Air JT610 di Indonesia.
Seperti dilansir The New York Time, tak lama setelah kecelakaan itu Boeing mengeluarkan Buletin tersebut akan berisi informasi mengenai prosedur untuk menangani kesalahan pembacaan di kokpit yang bisa menyebabkan pesawat terjun bebas, Reuters melaporkan, mengutip pernyataan sumber yang mendapat taklimat mengenai hal itu.
John Cox, mantan eksekutif kepala keselamatan udara dari Air Line Pilots Association di Amerika Serikat dan sekarang menjabat kepala eksekutif Safety Operating Systems mengatakan bahwa tidak seperti versi sebelumnya Boeing 737 Series memiliki sistem otomatis. yang dapat mengendalikan pesawat dan menyebabkan pesawat mengarah ke bawah tajam tanpa instruksi pilot.
Cox, yang pernah menerbangkan Boeing 737 generasi terdahulu selama 15 tahun, mengatakan bahwa sistem ini dirancang sebagai respons otomatis jika sensor pesawat mendeteksi bahaya seperti cuaca ekstrim
BACA JUGA- Pesawat Sriwijaya Air Jatuh, Sensor Otomatis Boeing 737 Series Terkenal Bermasalah
Sistem autothrottle, yang mengontrol tenaga mesin secara otomatis, diduga berkontribusi pada tragedi jatuhnya penerbangan Sriwijaya Air SJ182 pada 9 Januari yang menewaskan 62 orang di dalamnya. Pesawat itu jatuh di perairan Kepulauan Seribu.
Baca Juga: Warganet Tantang Kapolri Tangkap Abu Janda soal Kasus Rasisme
Sumber yang dekat dengan penyelidikan kecelakaan pesawat tersebut mengatakan kepada Wall Street Journal (WSJ) bahwa data FDR (flight data recorder) menunjukkan sistem autothrottle tidak beroperasi dengan baik di salah satu mesin pesawat saat naik ketika berangkat dari Jakarta.
Menurut WSJ, alih-alih mematikan sistem, FDR mengindikasikan pilot 'Kapten Afwan' mencoba untuk membuat throttle yang macet berfungsi. Itu bisa menciptakan perbedaan tenaga yang signifikan antarmesin, membuat jet lebih sulit dikendalikan.
Baca Juga: 153 WN China Masuk Indonesia, PDIP Minta Pemerintah Tegas Soal Pembatasan WNA
Meski demikian, penyelidik Indonesia sedang menyelidiki apakah masalah dengan sistem autothrottle benar-benar berkontribusi pada kecelakaan Sriwijaya Air.
Penyelidik dari Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), Nurcayho Utomo, mengatakan masalah dengan sistem autothrottle Boeing 737-500 dilaporkan setelah penerbangan beberapa hari sebelumnya.
Baca Juga: Diklaim Mudah Habisi Jet F-35, Ini 5 Fitur Canggih Su-57
"Ada laporan kerusakan pada autothrottle beberapa hari sebelumnya kepada teknisi di log perawatan, tapi kami tidak tahu apa masalahnya," katanya kepada Reuters yang dilansir Jumat (22/1/2021).
Masalah pada otomatis Boeing terkuak pasca kasus kecelakaan Lion Air JT610 2018 lalu yang diketahui sensor otonom pesawat tersebut bermasalah, bahkan saat itu Federal Aviation Administration (FAA) Amerika Serikat (AS) mengeluarkan arahan darurat setelah alat sensor yang tak berfungsi dianggap sebagai penyebab tragedi jatuhnya pesawat Lion Air JT610 di Indonesia.
Seperti dilansir The New York Time, tak lama setelah kecelakaan itu Boeing mengeluarkan Buletin tersebut akan berisi informasi mengenai prosedur untuk menangani kesalahan pembacaan di kokpit yang bisa menyebabkan pesawat terjun bebas, Reuters melaporkan, mengutip pernyataan sumber yang mendapat taklimat mengenai hal itu.
John Cox, mantan eksekutif kepala keselamatan udara dari Air Line Pilots Association di Amerika Serikat dan sekarang menjabat kepala eksekutif Safety Operating Systems mengatakan bahwa tidak seperti versi sebelumnya Boeing 737 Series memiliki sistem otomatis. yang dapat mengendalikan pesawat dan menyebabkan pesawat mengarah ke bawah tajam tanpa instruksi pilot.
Cox, yang pernah menerbangkan Boeing 737 generasi terdahulu selama 15 tahun, mengatakan bahwa sistem ini dirancang sebagai respons otomatis jika sensor pesawat mendeteksi bahaya seperti cuaca ekstrim
(wbs)