Picu Bencana Dahsyat di Bumi, DARD dan HERA Mulai Disiapkan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Terdeteksinya asteroid b esar oleh Pusat Studi Objek Dekat Bumi milik NASA yang diperkirakan berada di antara 310 dan 680 m ketika melintas pada 2-3 Maret 2021 sekitar pukul 7.52 waktu setempat. Tabrakan asteroid dengan bumi bisa picu bencana dahsyat. Karena itu, AS dan Eropa galang proyek bersama pertahanan planet bumi dari tubrukan dengan asteroid.
Skenario bencana dahsyat, tubrukan benda langit raksasa dengan bumi selalu menjadi tema menarik yang dibahas para pakar astronomi dan astrofisika. Musnahnya dinosaurus sekitar 65 juta tahun lalu misalnya, berdasarkan bukti yang ada, diduga keras dipicu oleh dampak jatuhnya sebuah meteorit raksasa ke bumi.
Kasus tubrukan benda langit berukuran relatif besar dengan bumi sangat jarang terjadi, demikian diungkapkan badan antariksa AS, NASA. Namun badan antariksa AS maupun badan antariksa Eropa, ESA tidak selalu berhasil meramalkan peristiwa jatuhnya meteorit ke bumi.
Sejatinya, bumi setiap hari selalu dihujani beberapa ton debu atau potongan kecil material antar planet. Namun kebanyakan ukurannya relatif kecil dan biasanya terbakar habis saat bergesekan memasuki atmosfer bumi. Juga bumi sangat sering dilintasi benda-benda langit berukuran besar baik asteroid, komet maupun meteorit dalam jarak relatif aman.
Menimbang ancaman bahaya tubrukan dengan benda langit besar semacam itu, ilmuwan NASA dan ESA menggelar proyek kolaborasi yang diberi nama asteroid Impact & Deflection Assessment (AIDA). Target utamanya adalah sistem asteroid biner, yakni dua asteroid yang bergerak dalam jarak dekat secara bersama.
NASA akan meluncurkan wahana pertama, DART pada bulan Juli 2021. DART adalah singkatan dari Double Asteroid Redirect Test, yang direncanakan memasuki orbit asteroid ganda itu sekitar September atau Oktober 2022.
Wahana ini akan melancarkan uji impak kinetis pada Didymoon. Atau istilah awamnya, wahana ini akan dijatuhkan atau ditabrakkan ke permukaan asteroid kecil itu dengan kecepatan 6,6 km per detik yang akan meninggalkan lubang berdiameter 20 meter.
Impak tabrakan, diharapkan akan mengerem kecepatan orbiter Didymoon dari 17 sentimeter per detik hingga setengah milimeter per detik. Para ilmuwan mengatakan, perubahan sekecil itu cukup untuk mengubah rotasi asteroid kecil itu sekitar 200 detik.
Ini sudah mencukupi bagi para ilmuwan, untuk memungkinkan mereka melakukan pengukuran perubahannya dengan teleskop dari bumi. Ini merupakan eksperimen penting, untuk melakukan asesmen apakah mungkin mengubah trayektori asteroid berbahaya, yang mengancam menabrak bumi.
Skenario bencana dahsyat, tubrukan benda langit raksasa dengan bumi selalu menjadi tema menarik yang dibahas para pakar astronomi dan astrofisika. Musnahnya dinosaurus sekitar 65 juta tahun lalu misalnya, berdasarkan bukti yang ada, diduga keras dipicu oleh dampak jatuhnya sebuah meteorit raksasa ke bumi.
Kasus tubrukan benda langit berukuran relatif besar dengan bumi sangat jarang terjadi, demikian diungkapkan badan antariksa AS, NASA. Namun badan antariksa AS maupun badan antariksa Eropa, ESA tidak selalu berhasil meramalkan peristiwa jatuhnya meteorit ke bumi.
Sejatinya, bumi setiap hari selalu dihujani beberapa ton debu atau potongan kecil material antar planet. Namun kebanyakan ukurannya relatif kecil dan biasanya terbakar habis saat bergesekan memasuki atmosfer bumi. Juga bumi sangat sering dilintasi benda-benda langit berukuran besar baik asteroid, komet maupun meteorit dalam jarak relatif aman.
Menimbang ancaman bahaya tubrukan dengan benda langit besar semacam itu, ilmuwan NASA dan ESA menggelar proyek kolaborasi yang diberi nama asteroid Impact & Deflection Assessment (AIDA). Target utamanya adalah sistem asteroid biner, yakni dua asteroid yang bergerak dalam jarak dekat secara bersama.
NASA akan meluncurkan wahana pertama, DART pada bulan Juli 2021. DART adalah singkatan dari Double Asteroid Redirect Test, yang direncanakan memasuki orbit asteroid ganda itu sekitar September atau Oktober 2022.
Wahana ini akan melancarkan uji impak kinetis pada Didymoon. Atau istilah awamnya, wahana ini akan dijatuhkan atau ditabrakkan ke permukaan asteroid kecil itu dengan kecepatan 6,6 km per detik yang akan meninggalkan lubang berdiameter 20 meter.
Impak tabrakan, diharapkan akan mengerem kecepatan orbiter Didymoon dari 17 sentimeter per detik hingga setengah milimeter per detik. Para ilmuwan mengatakan, perubahan sekecil itu cukup untuk mengubah rotasi asteroid kecil itu sekitar 200 detik.
Ini sudah mencukupi bagi para ilmuwan, untuk memungkinkan mereka melakukan pengukuran perubahannya dengan teleskop dari bumi. Ini merupakan eksperimen penting, untuk melakukan asesmen apakah mungkin mengubah trayektori asteroid berbahaya, yang mengancam menabrak bumi.