Arus Teluk Melambat ke 'Titik Kritis', Iklim Bumi Bisa Kacau Balau

Kamis, 04 Maret 2021 - 23:48 WIB
loading...
Arus Teluk Melambat...
Arus Arus Teluk (merah) mempercepat air hangat di pantai timur Amerika Serikat, yang berbenturan dengan air dingin di Atlantik Utara. Foto/Observatorium Bumi NASA
A A A
JAKARTA - Sebuah studi baru menunjukkan Arus Teluk (Gulf stream)-salah satu arus laut pengatur iklim utama Bumi - bergerak lebih lambat daripada yang terjadi dalam ribuan tahun sebelumnya. Perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia dituding jadi penyebabnya. Baca juga: BLACKPINK Ajak Penggemar Perangi Perubahan Iklim

Para peneliti mengkhawatirkan, perlambatan yang "belum pernah terjadi sebelumnya" ini dapat memengaruhi pola cuaca dan permukaan laut di kedua sisi Atlantik. Dan tampaknya akan memburuk selama beberapa dekade mendatang jika perubahan iklim terus berlanjut.

"Memang, jika pemanasan global terus berlanjut pada kecepatannya saat ini, Arus Teluk dapat melewati 'titik kritis' pada tahun 2100. Ini berpotensi menyebabkan arus bergerak untuk berhenti, terlepas dari iklimnya," kata penulis utama studi Levke Caesar, ahli iklim di Universitas Maynooth di Irlandia, seperti dilaporkan Live Science.

Gangguan ini dapat menyebabkan naiknya permukaan laut di sepanjang pantai Amerika Utara dan barat laut Eropa. Kemudian menyebabkan cuaca yang lebih ekstrim seperti gelombang panas dan siklon.

"Jika Arus Teluk melewati titik kritisnya, ia akan terus melemah bahkan jika kita telah berhasil menghentikan pemanasan global," ungkap Caesar. "Kemudian, arus akan melambat banyak, mendekati penutupan total dari sirkulasi."

Sabuk Konveyor
Rekan penulis studi, Stefan Rahmstorf, peneliti di Potsdam Institute for Climate Impact Research (PIK) di Jerman, menjelaskan, The Gulf Stream -juga dikenal sebagai Atlantic Meridional Overturning Circulation, atau AMOC- pada dasarnya adalah "sabuk konveyor raksasa" di sepanjang pantai Timur Amerika Serikat.

Arus dimulai di dekat Semenanjung Florida, membawa air permukaan yang hangat ke utara menuju Newfoundland sebelum berkelok-kelok ke timur melintasi Atlantik. Pada saat mencapai Atlantik Utara, air permukaan yang hangat itu menjadi lebih dingin, lebih asin dan lebih padat, tenggelam ke laut dalam sebelum dibawa ke selatan lagi, di mana siklus tersebut berulang.

Menurut Rahmstorf, arus bergerak lebih dari 5,2 miliar galon (20 juta meter kubik) air per detik, atau hampir 100 kali aliran Sungai Amazon.

Arus Teluk Melambat ke 'Titik Kritis', Iklim Bumi Bisa Kacau Balau

Arus Teluk (garis merah di tengah) mempengaruhi cuaca di kedua sisi Atlantik. Foto/RedAndr/NOAA/CC 4.0

Sabuk konveyor basah ini memiliki banyak sekali dampak iklim di kedua sisi Atlantik, menjaga suhu di Florida dan Inggris tetap ringan, memengaruhi jalur dan kekuatan siklon, serta membantu mengatur permukaan laut. Namun, sejak pengukuran langsung dimulai pada 2004, para ilmuwan telah mendeteksi pola yang mengganggu: Arus AMOC semakin lambat dan semakin lemah.

Untuk mengontekstualisasikan perlambatan ini dengan lebih baik dalam studi baru mereka -diterbitkan 25 Februari di jurnal Nature Geoscience- para peneliti berusaha untuk memperpanjang sejarah aliran AMOC hampir 2.000 tahun. Karena tidak ada pengukuran langsung aliran yang tersedia sebelum dua dekade terakhir, tim beralih ke data proxy: informasi dari arsip lingkungan, seperti lingkaran pohon dan inti es, yang dapat membantu menempatkan AMOC dalam perspektif jangka panjang.

Tim menggunakan 11 proxy berbeda, termasuk catatan suhu, data endapan Atlantik, inti sedimen bawah air, dan catatan populasi karang laut dalam, untuk membuat gambaran komprehensif tentang seberapa hangat AMOC dan seberapa cepat pergerakannya selama 1.600 tahun terakhir.

"Kami melihat misalnya pada ukuran butiran di inti sedimen lautan, karena arus yang lebih cepat dapat mengangkut butiran yang lebih besar," jelas Caesar. "Kami juga melihat komposisi spesies karang, karena jenis karang yang berbeda menyukai suhu air yang berbeda, dan sistem Arus Teluk mempengaruhi suhu air di Atlantik Utara."

Bersama-sama, proksi ini menceritakan kisah terpadu tentang penurunan tiba-tiba arus. Hal itu dimulai dengan perlambatan kecil pada sekitar tahun 1850, di akhir Zaman Es Kecil (periode pendinginan global yang berlangsung dari sekitar 1300 hingga 1850). Perlambatan kedua yang lebih dramatis dimulai pada pertengahan abad ke-20. Sejak saat itu, arus melemah dengan tambahan 15%.

"Kami menemukan bukti yang konsisten bahwa sistem selama beberapa dekade terakhir lebih lemah daripada sebelumnya dalam 1.600 tahun terakhir," ungkap Caesar.

Lewati Titik Kritis
Perlambatan ini adalah efek perubahan iklim yang dapat diprediksi, tulis para peneliti. Pemanasan global meningkatkan curah hujan tahunan dan mempercepat pencairan lapisan es, termasuk Lapisan Es Greenland di Atlantik Utara. Kedua faktor ini membuang lebih banyak air tawar ke laut, mengurangi kepadatan dan salinitas air permukaan di ujung utara sabuk konveyor Arus Teluk.

Menurut para peneliti, air tawar ini menghambat seberapa cepat air dapat tenggelam dan memulai perjalanannya kembali ke selatan, melemahkan aliran AMOC secara keseluruhan.

Tim menyimpulkan, pada tingkat perubahan iklim saat ini, aliran Arus Teluk dapat melemah sebesar 45% tambahan pada 2100, membuat arus mendekati titik kritis. Jika aliran terus melemah (atau runtuh seluruhnya), efeknya bisa parah.

"Beberapa penelitian telah menunjukkan perlambatan (AMOC) memperburuk kenaikan permukaan laut di pantai AS untuk kota-kota seperti New York dan Boston," sebut Caesar.

Penelitian lain mengaitkan gelombang panas yang parah dan pola badai di Eropa utara dan Amerika Serikat bagian timur dengan arus yang melemah. "Dampak tepatnya bisa jadi lebih parah," kata Caesar mengingatkan.
(iqb)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1752 seconds (0.1#10.140)