Badai Matahari Hantam Bumi dengan Kecepatan 1,8 Juta Kilometer Per Jam
loading...
A
A
A
JAKARTA - Peristiwa antariksa berupa badai matahari baru saja menghantam bumi dengan kecepatan lebih dari 500 kilometer per detik atau 1,8 juta kilometer perjam.
Dilansir Expres.co.uk, Selasa (4/5/2021), Astronom Tony Phillips mengatakan, badai geomagnetik kelas G1 kecil terjadi pada 2 Mei 2021 ketika aliran angin matahari diperkirakan menghantam medan magnet bumi.
"Bahan gas tersebut mengalir lebih cepat dari 500 km / s dari lubang ekuator di atmosfer matahari," katanya.
Phillips mengatakan, badai ini dikategorikan sebagai badai kelas G1 yang dapat menyebabkan "fluktuasi jaringan listrik yang lemah" dan dapat memiliki "dampak kecil pada operasi satelit".
Seperti diketahui, Matahari sering melepaskan suar matahari yang pada gilirannya meledakkan energi ke luar angkasa. Beberapa dari semburan matahari ini dapat menghantam Bumi dan sebagian besar tidak berbahaya bagi planet kita.
Namun, Matahari juga dapat melepaskan semburan api matahari yang sangat kuat sehingga dapat melumpuhkan teknologi Bumi.
Penelitian sebelumnya telah mengungkapkan Matahari melepaskan semburan matahari yang ekstrim rata-rata setiap 25 tahun sekali.
Terakhir, badai matahari menghantam Bumi pada tahun 1989. Badai ini menyebabkan pemadaman listrik di Quebec, Kanada, karena batuan konduksi di Bumi dapat membawa energi berlebih dari perisai magnet.
Selain itu, badai matahari yang hebat dapat merusak sistem satelit karena ledakan partikel matahari dapat memperluas magnetosfer bumi, mempersulit sinyal satelit untuk menembus.
Meskipun tidak mungkin untuk memprediksi kapan dan di mana badai matahari besar akan melanda, tidak dapat dihindari bahwa badai matahari akan menghantam planet ini di masa depan.
Dilansir Expres.co.uk, Selasa (4/5/2021), Astronom Tony Phillips mengatakan, badai geomagnetik kelas G1 kecil terjadi pada 2 Mei 2021 ketika aliran angin matahari diperkirakan menghantam medan magnet bumi.
"Bahan gas tersebut mengalir lebih cepat dari 500 km / s dari lubang ekuator di atmosfer matahari," katanya.
Phillips mengatakan, badai ini dikategorikan sebagai badai kelas G1 yang dapat menyebabkan "fluktuasi jaringan listrik yang lemah" dan dapat memiliki "dampak kecil pada operasi satelit".
Seperti diketahui, Matahari sering melepaskan suar matahari yang pada gilirannya meledakkan energi ke luar angkasa. Beberapa dari semburan matahari ini dapat menghantam Bumi dan sebagian besar tidak berbahaya bagi planet kita.
Namun, Matahari juga dapat melepaskan semburan api matahari yang sangat kuat sehingga dapat melumpuhkan teknologi Bumi.
Penelitian sebelumnya telah mengungkapkan Matahari melepaskan semburan matahari yang ekstrim rata-rata setiap 25 tahun sekali.
Terakhir, badai matahari menghantam Bumi pada tahun 1989. Badai ini menyebabkan pemadaman listrik di Quebec, Kanada, karena batuan konduksi di Bumi dapat membawa energi berlebih dari perisai magnet.
Selain itu, badai matahari yang hebat dapat merusak sistem satelit karena ledakan partikel matahari dapat memperluas magnetosfer bumi, mempersulit sinyal satelit untuk menembus.
Meskipun tidak mungkin untuk memprediksi kapan dan di mana badai matahari besar akan melanda, tidak dapat dihindari bahwa badai matahari akan menghantam planet ini di masa depan.
(ysw)