Bisa Berdampak ke Bumi, NASA Tangkap Ledakan Besar di Matahari
loading...
A
A
A
JAKARTA - Satelit Solar and Heliospheric Observatory (SOHO) milik NASA menangkap ledakan besar yang dilepaskan dari matahari pada 20 Februari 2021 lalu. Ledakan ini melontarkan material yang bisa bertabrakan dengan bumi dan bisa membuat sinyal di Bumi melemah.
Dilansir Express UK , ledakan besar dari barat Matahari ini merupakan pelesapan massa dari pelepasan koronal (CME) dalam jumlah besar. CME sendiri merupakan pelepasan plasma dan medan magnet dari permukaan Matahari. (Baca: Jelang Mendarat di Mars, perseverance Akan Menghadapi 'Tujuh Menit Teror')
Menurut pengamatan NASA, CME berasal dari ngarai api yang membentang lebih dari 400.000 kilometer melintasi Matahari. Setelah letusan filamen magnetik, awan puing terlontar ke luar angkasa. Letusan ini melepaskan sejumlah besar partikel matahari yang dapat bertabrakan dengan Bumi.
Sedangkan situs Weather Space menulis, dampak ledakan dari Matahari ini bisa memengaruhi medan magnet di Bumi yang berujung pada tak berfungsinya semua sinyal radio. "Pada gilirannya dapat menyebabkan masalah teknologi yang dapat menyebabkan pemadaman seperti radio, sistem GPS, televisi satelit dan sinyal ponsel," tulis Wether Space. (Baca juga: Fosil Ikan Purba Berusia 66 Juta Tahun Ditemukan di Maroko)
Weather menulis, akibat ledakan itu badai bisa melanda pada 23 atau 24 Februari 2021. Untungnya, partikel-partikel tersebut kemungkinan hanya melintas ke sisi planet Bumi namun tetapi masih dapat menyebabkan badai G1.
"Badai matahari kelas G1 dapat menyebabkan fluktuasi jaringan listrik yang lemah dan dapat "berdampak kecil pada operasi satelit," tulis Weather.
Hantaman partikel matahari itu dapat menyebabkan badai geomagnetik kelas-G1 dan aurora lintang tinggi beberapa jam setelah benturan. Aurora, yang meliputi cahaya utara - aurora borealis - dan cahaya selatan - aurora australis - disebabkan ketika partikel matahari menghantam atmosfer. (Baca juga: Mahkluk Bersisik Besi Penghuni Gunung Berapi Terungkap)
Saat magnetosfer planet dibombardir oleh angin matahari, cahaya menakjubkan dengan berbagai warna dapat muncul di wilayah paling utara dan selatan.
Dilansir Express UK , ledakan besar dari barat Matahari ini merupakan pelesapan massa dari pelepasan koronal (CME) dalam jumlah besar. CME sendiri merupakan pelepasan plasma dan medan magnet dari permukaan Matahari. (Baca: Jelang Mendarat di Mars, perseverance Akan Menghadapi 'Tujuh Menit Teror')
Menurut pengamatan NASA, CME berasal dari ngarai api yang membentang lebih dari 400.000 kilometer melintasi Matahari. Setelah letusan filamen magnetik, awan puing terlontar ke luar angkasa. Letusan ini melepaskan sejumlah besar partikel matahari yang dapat bertabrakan dengan Bumi.
Sedangkan situs Weather Space menulis, dampak ledakan dari Matahari ini bisa memengaruhi medan magnet di Bumi yang berujung pada tak berfungsinya semua sinyal radio. "Pada gilirannya dapat menyebabkan masalah teknologi yang dapat menyebabkan pemadaman seperti radio, sistem GPS, televisi satelit dan sinyal ponsel," tulis Wether Space. (Baca juga: Fosil Ikan Purba Berusia 66 Juta Tahun Ditemukan di Maroko)
Weather menulis, akibat ledakan itu badai bisa melanda pada 23 atau 24 Februari 2021. Untungnya, partikel-partikel tersebut kemungkinan hanya melintas ke sisi planet Bumi namun tetapi masih dapat menyebabkan badai G1.
"Badai matahari kelas G1 dapat menyebabkan fluktuasi jaringan listrik yang lemah dan dapat "berdampak kecil pada operasi satelit," tulis Weather.
Hantaman partikel matahari itu dapat menyebabkan badai geomagnetik kelas-G1 dan aurora lintang tinggi beberapa jam setelah benturan. Aurora, yang meliputi cahaya utara - aurora borealis - dan cahaya selatan - aurora australis - disebabkan ketika partikel matahari menghantam atmosfer. (Baca juga: Mahkluk Bersisik Besi Penghuni Gunung Berapi Terungkap)
Saat magnetosfer planet dibombardir oleh angin matahari, cahaya menakjubkan dengan berbagai warna dapat muncul di wilayah paling utara dan selatan.
(ysw)