LAPAN Keluhkan Kondisi di Area Observatorium di Kupang
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kepala Lembaga Penerbangan Antariksa Nasional (LAPAN ) Thomas Djamaluddin, mengatakan, sampai saat ini pembangunan untuk observatorium nasional (obnas) di Gunung Timau, Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), masih terus berlangsung.
Kendati demikian, untuk material kubahnya, Thomas mengaku memang belum terpasang karena masih tertahan di Kupang akibat kondisi jalanan yang tidak memadai.
"Pemprov NTT sudah memperbaiki sebagian ruas jalan. KemPUPR saat ini sedang menyelesaikan ruas jalan selebihnya sampai lokasi. Diharapkan sebentar lagi jalan beres," ujar Thomas dalam pesan singkat kepada MNC Portal Indonesia, Rabu (19/5/2021).
Setelah masalah jalan beres, material kubah akan segera dikirim ke lokasi untuk kemudian dipasang. Selanjutnya teleskop akan dikirim dari Jepang dan dipasang di dalam kubah.
"Semoga semuanya sesuai target," ucapnya.
Sementara, Koordinator Bidang Humas LAPAN, Jasyanto,menyatakan gedung fasilitas teleskop utama tempat observatorium kini sudah hampir jadi, sekitar 90%.
Hingga saat ini, pihaknya sedang mengejar pembangunan teleskop serta gedung fasilitas pendukung lainnya. LAPAN, kata Jasyanto, akan berfokus pada pembangunan fasilitas penelitian observaturium nasional, seperti teleskop.
"LAPAN khususnya terkait dengan fasilitas penelitian obnasnya teleskop dan lain lain. Tapi nanti kedepannya tentu juga ada pembangunan untuk fasilitas umum ya," tuturnya ketika dihubungi terpisah.
Diketahui, LAPAN menargetkan pembangunan obsnas terbesar se Asia Tenggara itu akan rampung pada 2021.
Wilayah Gunung Timau dipilih menjadi lokasi pembangunan observatorium karena diperlukan area bebas polusi cahaya dan udara.
Dengan keberadaan observatorium nasional di Kupang, diharapkan wilayah itu menjadi tempat wisata langit yang tentunya akan meningkatkan ekonomi di daerah sekitar.
Observatorium itu akan dilengkapi teleskop 380 cm yang relatif besar untuk wilayah Asia-Pasifik dan sangat bermanfaat untuk penelitian keantariksaan.
Observatorium di Gunung Timau menjadi Taman Nasional Langit Gelap pertama di Indonesia, sekaligus observatorium terbesar di Asia Tenggara. Saat rampung, observatorium di Gunung Timau juga bakal memajang teleskop terbesar di Asia Tenggara.
Kalau sekarang Observatorium Bosscha di Lembang, Bandung, sudah "dikepung" oleh permukiman, maka tidak dengan Observatorium ini. Karena lokasinya berada di tengah hutan lindung, tak boleh ada bangunan lain di sekitar observatorium yang bisa menimbulkan polusi cahaya dan polusi udara.
Kendati demikian, untuk material kubahnya, Thomas mengaku memang belum terpasang karena masih tertahan di Kupang akibat kondisi jalanan yang tidak memadai.
"Pemprov NTT sudah memperbaiki sebagian ruas jalan. KemPUPR saat ini sedang menyelesaikan ruas jalan selebihnya sampai lokasi. Diharapkan sebentar lagi jalan beres," ujar Thomas dalam pesan singkat kepada MNC Portal Indonesia, Rabu (19/5/2021).
Setelah masalah jalan beres, material kubah akan segera dikirim ke lokasi untuk kemudian dipasang. Selanjutnya teleskop akan dikirim dari Jepang dan dipasang di dalam kubah.
"Semoga semuanya sesuai target," ucapnya.
Sementara, Koordinator Bidang Humas LAPAN, Jasyanto,menyatakan gedung fasilitas teleskop utama tempat observatorium kini sudah hampir jadi, sekitar 90%.
Hingga saat ini, pihaknya sedang mengejar pembangunan teleskop serta gedung fasilitas pendukung lainnya. LAPAN, kata Jasyanto, akan berfokus pada pembangunan fasilitas penelitian observaturium nasional, seperti teleskop.
"LAPAN khususnya terkait dengan fasilitas penelitian obnasnya teleskop dan lain lain. Tapi nanti kedepannya tentu juga ada pembangunan untuk fasilitas umum ya," tuturnya ketika dihubungi terpisah.
Diketahui, LAPAN menargetkan pembangunan obsnas terbesar se Asia Tenggara itu akan rampung pada 2021.
Wilayah Gunung Timau dipilih menjadi lokasi pembangunan observatorium karena diperlukan area bebas polusi cahaya dan udara.
Dengan keberadaan observatorium nasional di Kupang, diharapkan wilayah itu menjadi tempat wisata langit yang tentunya akan meningkatkan ekonomi di daerah sekitar.
Observatorium itu akan dilengkapi teleskop 380 cm yang relatif besar untuk wilayah Asia-Pasifik dan sangat bermanfaat untuk penelitian keantariksaan.
Observatorium di Gunung Timau menjadi Taman Nasional Langit Gelap pertama di Indonesia, sekaligus observatorium terbesar di Asia Tenggara. Saat rampung, observatorium di Gunung Timau juga bakal memajang teleskop terbesar di Asia Tenggara.
Kalau sekarang Observatorium Bosscha di Lembang, Bandung, sudah "dikepung" oleh permukiman, maka tidak dengan Observatorium ini. Karena lokasinya berada di tengah hutan lindung, tak boleh ada bangunan lain di sekitar observatorium yang bisa menimbulkan polusi cahaya dan polusi udara.
(wbs)