Lolos dari Asteroid Pemusnah Dinosaurus, Ikan Purba Ini Hidup di Sulawesi
loading...
A
A
A
PARIS - Hasil penelitian ilmuwan menyebutkan, Coelacanth yang merupakan ikan purba ternyata dapat hidup sangat lama hingga 100 tahun. Ikan ini ditemukan di perairan Sulawesi (Indonesia) dan Afrika.
Sebelumnya ikan ini diperkirakan memiliki rentang usia sekitar 20 tahun. Ilmuwan percaya ikan purba itu hanya bereproduksi di usia paruh baya dan bisa hamil selama lima tahun.
Ikan yang tumbuh lambat yang menghasilkan sedikit anak sangat rentan terhadap tekanan kepunahan, seperti perubahan iklim dan penangkapan ikan yang berlebihan.
Peneliti dari University of Montpellier Prancis Dr Bruno Ernande mengatakan, mengetahui sejarah hidup coelacanth mungkin membantu menegakkan tindakan perlindungan dan konservasi yang lebih kuat.
"Salah satu kerangka kerja yang sangat penting untuk tindakan konservasi adalah untuk dapat menilai demografi spesies," katanya kepada BBC News, Sabtu (19/6/2021).
Coelacanth sudah lama dianggap punah sampai tertangkap jaring nelayan di Afrika Selatan pada tahun 1938. Dua populasi kemudian ditemukan hidup di lepas pantai timur Afrika dan satu lagi di lepas pantai Sulawesi, Indonesia.
Populasi Afrika digolongkan sebagai sangat terancam punah, dengan kemungkinan hanya beberapa ratus individu yang tersisa.
Sebelumnya ikan ini diperkirakan memiliki rentang usia sekitar 20 tahun. Ilmuwan percaya ikan purba itu hanya bereproduksi di usia paruh baya dan bisa hamil selama lima tahun.
Ikan yang tumbuh lambat yang menghasilkan sedikit anak sangat rentan terhadap tekanan kepunahan, seperti perubahan iklim dan penangkapan ikan yang berlebihan.
Peneliti dari University of Montpellier Prancis Dr Bruno Ernande mengatakan, mengetahui sejarah hidup coelacanth mungkin membantu menegakkan tindakan perlindungan dan konservasi yang lebih kuat.
"Salah satu kerangka kerja yang sangat penting untuk tindakan konservasi adalah untuk dapat menilai demografi spesies," katanya kepada BBC News, Sabtu (19/6/2021).
Coelacanth sudah lama dianggap punah sampai tertangkap jaring nelayan di Afrika Selatan pada tahun 1938. Dua populasi kemudian ditemukan hidup di lepas pantai timur Afrika dan satu lagi di lepas pantai Sulawesi, Indonesia.
Populasi Afrika digolongkan sebagai sangat terancam punah, dengan kemungkinan hanya beberapa ratus individu yang tersisa.