WHO Pastikan Kasus Baru COVID-19 Naik 80% Selama Bulan Juli 2021
loading...
A
A
A
GENEWA - Angka kasus COVID-19 terus melonjak di setiap negara, hal ini tentunnya menjadi perhatian Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/ WHO ).
WHO memperingatkan bahwa varian delta virus corona telah menyebar luas dan harus dianggap sebagai seruan untuk bertindak guna mempercepat vaksinasi di seluruh dunia sebelum "varian yang lebih banyak merebak."
Seperti dilansir dari kantor berita Associated Press, Jumat (30/7/2021), WHO mengatakan infeksi di seluruh dunia telah meningkat sebesar 80%, atau hampir dua kali lipat, selama empat minggu terakhir.
"Orang-orang terus mengharapkan debu mujarab, tapi tidak ada. Satu-satunya debu mujarab yang kita miliki adalah vaksinasi. Masalahnya kita tidak menaburkannya secara merata di seluruh dunia dan kita merugikan diri sendiri," kata Dr Mike Ryan dari Program Darurat Kesehatan WHO, yang berbicara dalam konferensi pers di Jenewa.
Meskipun negara-negara Uni Eropa berjanji untuk menyumbangkan vaksin ke negara-negara berkembang, namun negara-negara kaya tetap dikecam luas.
Para pemimpin negara-negara Afrika seperti Kenya telah mengklaim bahwa negara-negara maju tidak cukup bertindak.
"Semua wilayah berisiko, Afrika apalagi. Saat ini, hampir 70% negara Afrika tidak akan mencapai target 10% vaksinasi pada akhir September," kata Direktur Jenderal WHO Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus.
"Banyak negara Afrika telah mempersiapkan diri dengan baik untuk meluncurkan vaksin, tetapi vaksinnya belum tiba," tambahnya
WHO memperingatkan bahwa varian delta virus corona telah menyebar luas dan harus dianggap sebagai seruan untuk bertindak guna mempercepat vaksinasi di seluruh dunia sebelum "varian yang lebih banyak merebak."
Seperti dilansir dari kantor berita Associated Press, Jumat (30/7/2021), WHO mengatakan infeksi di seluruh dunia telah meningkat sebesar 80%, atau hampir dua kali lipat, selama empat minggu terakhir.
"Orang-orang terus mengharapkan debu mujarab, tapi tidak ada. Satu-satunya debu mujarab yang kita miliki adalah vaksinasi. Masalahnya kita tidak menaburkannya secara merata di seluruh dunia dan kita merugikan diri sendiri," kata Dr Mike Ryan dari Program Darurat Kesehatan WHO, yang berbicara dalam konferensi pers di Jenewa.
Meskipun negara-negara Uni Eropa berjanji untuk menyumbangkan vaksin ke negara-negara berkembang, namun negara-negara kaya tetap dikecam luas.
Para pemimpin negara-negara Afrika seperti Kenya telah mengklaim bahwa negara-negara maju tidak cukup bertindak.
"Semua wilayah berisiko, Afrika apalagi. Saat ini, hampir 70% negara Afrika tidak akan mencapai target 10% vaksinasi pada akhir September," kata Direktur Jenderal WHO Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus.
"Banyak negara Afrika telah mempersiapkan diri dengan baik untuk meluncurkan vaksin, tetapi vaksinnya belum tiba," tambahnya
(wbs)