Space Force AS Luncurkan Satelit Pendeteksi Nuklir dan Komunikasi Laser
loading...
A
A
A
FLORIDA - Angkatan Luar Angkasa Amerika Serikat (United States Space Force/USSF) meluncurkan dua satelit eksperimental untuk mendeteksi ledakan nuklir dan komunikasi laser . Misi yang dijuluki Space Test Program-3 (STP-3) diluncurkan dengan roket United Launch Alliance (ULA) Atlas V 551 dari Stasiun Luar Angkasa Cape Canaveral, Florida, pada 7 Desember 2021 pukul 05.19 waktu setempat.
Misi STP-3 membawa dua satelit yang dibangun oleh Northrup Grumman, yaitu Space Test Program Satellite (STPSat)-6 dan Long Duration Propulsive Evolved Expendable Launch Vehicle (EELV) Secondary Payload Adapter (ESPA), yang dikenal sebagai LDPE-1 untuk jangka pendek. Kedua satelit itu akan beroperasi di Geosynchronous Orbit (GEO) atau di ketinggian sekitar 36.000 km selama delapan dan tiga tahun.
Kedua satelit membawa sejumlah muatan. Pada satelit STPSat-6 membawa dua muatan utama, yaitu detektor nuklir NNSA dan tautan komunikasi laser NASA, serta sejumlah eksperimen Departemen Pertahanan lainnya. Pada satelit LDPE-1 membawa adaptor muatan cincin ESPA dan sistem propulsi. (Baca juga; Ini Kehebatan Satelit Militer Rusia, Mampu Deteksi Penembakan Rudal Balistik )
“Misi STP-3 untuk memajukan tujuan eksperimen militer dan sipil dengan mendemonstrasikan teknologi ruang angkasa generasi terbaru. Tujuannya menyediakan data penting yang diperlukan untuk mengurangi risiko program luar angkasa di masa depan,” kata Kolonel Brian Denaro, pejabat eksekutif program untuk Pengembangan Luar Angkasa di Komando Sistem Luar Angkasa (SSC), dalam siaran pers dikutip SINDOnews dari laman breakingdefense .
Detektor nuklir NNSA merupakan sistem operasional untuk mendeteksi ledakan nuklir menggunakan perangkat Space and Atmospheric Burst Reporting System 3 (SABRS-3). Perangkat yang disebut NUDET seperti itu sangat penting bagi kemampuan pemerintah AS untuk memantau kepatuhan terhadap perjanjian pengendalian senjata nuklir. (Baca juga; China Meluncurkan Dua Satelit Militer Rahasia )
“Di antaranya Perjanjian Larangan Uji Terbatas 1963 yang melarang peledakan senjata nuklir di ruang angkasa, atmosfer atau di bawah laut,” kata situs web NNSA. SABR-3 selanjutnya akan mendukung misi perang nuklir Komando Strategis. (Baca juga; Rusia dan China Dituduh Serang Satelit AS Setiap Hari dengan Cara Ini )
Sedangkan tautan komunikasi laser NASA bermuatan Laser Communication Relay Demonstration (LCRD) yang dirancang untuk menguji teknologi satelit relai data generasi berikutnya. Selama misi dua tahun, para peneliti di Jet Propulsion Laboratory NASA pertama-tama akan menguji kemampuan LCRD untuk mengirim data antara stasiun bumi di California dan Hawaii ke satelit. Kemudian akan digunakan untuk berkomunikasi dengan Stasiun Luar Angkasa Internasional.
“Menggunakan laser untuk mengirimkan data dapat dilakukan dengan kecepatan 10 hingga 100 kali lebih baik daripada sistem radio saat ini. Sebagai contoh, mengurangi waktu transmisi ke Mars dari minggu ke hari,” kata NASA.
Komunikasi radio saat ini terlalu lambat untuk mengakomodasi komunikasi suara yang tepat waktu pada jarak tersebut, apalagi transmisi data berdensitas tinggi seperti peta 3D. Komunikasi optik akan menjadi elemen dasar untuk eksplorasi yang direncanakan NASA di Bulan dan Mars, termasuk Angkatan Luar Angkasa untuk memperluas operasinya dari GEO hingga orbit luar Bulan.
Misi STP-3 membawa dua satelit yang dibangun oleh Northrup Grumman, yaitu Space Test Program Satellite (STPSat)-6 dan Long Duration Propulsive Evolved Expendable Launch Vehicle (EELV) Secondary Payload Adapter (ESPA), yang dikenal sebagai LDPE-1 untuk jangka pendek. Kedua satelit itu akan beroperasi di Geosynchronous Orbit (GEO) atau di ketinggian sekitar 36.000 km selama delapan dan tiga tahun.
Kedua satelit membawa sejumlah muatan. Pada satelit STPSat-6 membawa dua muatan utama, yaitu detektor nuklir NNSA dan tautan komunikasi laser NASA, serta sejumlah eksperimen Departemen Pertahanan lainnya. Pada satelit LDPE-1 membawa adaptor muatan cincin ESPA dan sistem propulsi. (Baca juga; Ini Kehebatan Satelit Militer Rusia, Mampu Deteksi Penembakan Rudal Balistik )
“Misi STP-3 untuk memajukan tujuan eksperimen militer dan sipil dengan mendemonstrasikan teknologi ruang angkasa generasi terbaru. Tujuannya menyediakan data penting yang diperlukan untuk mengurangi risiko program luar angkasa di masa depan,” kata Kolonel Brian Denaro, pejabat eksekutif program untuk Pengembangan Luar Angkasa di Komando Sistem Luar Angkasa (SSC), dalam siaran pers dikutip SINDOnews dari laman breakingdefense .
Detektor nuklir NNSA merupakan sistem operasional untuk mendeteksi ledakan nuklir menggunakan perangkat Space and Atmospheric Burst Reporting System 3 (SABRS-3). Perangkat yang disebut NUDET seperti itu sangat penting bagi kemampuan pemerintah AS untuk memantau kepatuhan terhadap perjanjian pengendalian senjata nuklir. (Baca juga; China Meluncurkan Dua Satelit Militer Rahasia )
“Di antaranya Perjanjian Larangan Uji Terbatas 1963 yang melarang peledakan senjata nuklir di ruang angkasa, atmosfer atau di bawah laut,” kata situs web NNSA. SABR-3 selanjutnya akan mendukung misi perang nuklir Komando Strategis. (Baca juga; Rusia dan China Dituduh Serang Satelit AS Setiap Hari dengan Cara Ini )
Sedangkan tautan komunikasi laser NASA bermuatan Laser Communication Relay Demonstration (LCRD) yang dirancang untuk menguji teknologi satelit relai data generasi berikutnya. Selama misi dua tahun, para peneliti di Jet Propulsion Laboratory NASA pertama-tama akan menguji kemampuan LCRD untuk mengirim data antara stasiun bumi di California dan Hawaii ke satelit. Kemudian akan digunakan untuk berkomunikasi dengan Stasiun Luar Angkasa Internasional.
“Menggunakan laser untuk mengirimkan data dapat dilakukan dengan kecepatan 10 hingga 100 kali lebih baik daripada sistem radio saat ini. Sebagai contoh, mengurangi waktu transmisi ke Mars dari minggu ke hari,” kata NASA.
Komunikasi radio saat ini terlalu lambat untuk mengakomodasi komunikasi suara yang tepat waktu pada jarak tersebut, apalagi transmisi data berdensitas tinggi seperti peta 3D. Komunikasi optik akan menjadi elemen dasar untuk eksplorasi yang direncanakan NASA di Bulan dan Mars, termasuk Angkatan Luar Angkasa untuk memperluas operasinya dari GEO hingga orbit luar Bulan.
(wib)