Ilmuwan Temukan Penyebab Kiamat dari Tumbukan Asteroid 66 Juta Tahun Lalu
loading...
A
A
A
JAKARTA - Tim dari California Academy of Sciences menemukan penyebab kiamat usai bumi ditabrak asteroid pemusnah dinosaurus dengan kecepatan 43.452 kilometer perjam. Saat itu seluruh kehidupan tidak langsung musnah, tapi butuh dua tahun setelah asteroid meledak sekitar 66 juta tahun yang lalu.
Dalam sebuah studi baru, tim AS menemukan pemicu utama kepunahan mungkin adalah awan abu dan partikel jelaga yang menyebar melalui atmosfer. Awan ini bertahan hingga dua tahun, menempatkan sebagian besar bumi dalam kegelapan dan menyulitkan apa pun untuk tumbuh atau bertahan hidup.
Dikutip dari Daily Mail, Jumat (24/12/2021), kehidupan di daerah sekitar tumbukan akan terbunuh seketika, tetapi ada lebih banyak kerusakan yang signifikan pada tahun-tahun setelah tabrakan.
Ini termasuk gelombang pasang, banjir dan perubahan lingkungan besar-besaran, termasuk sebaran partikel kecil ke atmosfer yang menyebar ke seluruh dunia. Sementara bumi diselimuti kegelapan, tanaman juga gagal tumbuh karena kekurangan sinar matahari untuk melakukan fotosintesis.
"Skenario musim dingin nuklir ini, seperti yang pertama kali diusulkan pada 1980-an, memainkan peran utama dalam kepunahan massal ," jelas Peter Roopnarine, penulis studi, kepada Live Science.
Roopnarine mengatakan, pemikiran umum sekarang adalah bahwa kebakaran hutan global akan menjadi sumber utama jelaga halus yang akan melayang ke atmosfer atas.
"Konsentrasi jelaga dalam beberapa hari sampai minggu pertama kebakaran cukup tinggi untuk menghalangi sinar matahari untuk mencegah fotosintesis," katanya.
Catatan fosil menunjukkan sekitar 73 persen spesies vertebrata punah setelah peristiwa tumbukan tersebut. Roopnarine mengatakan dampak dari kegelapan akan terjadi dengan cepat, mencapai maksimum dalam beberapa minggu.
Sebagian besar ekosistem dapat pulih jika kegelapan hanya berlangsung selama 150 hari, tetapi setelah 200 hari mereka mencapai 'titik kritis'. Ini adalah titik di mana beberapa spesies punah dan dominasi di antara spesies yang tersisa bergeser dengan cara yang merusak ekosistem.
Dalam sebuah studi baru, tim AS menemukan pemicu utama kepunahan mungkin adalah awan abu dan partikel jelaga yang menyebar melalui atmosfer. Awan ini bertahan hingga dua tahun, menempatkan sebagian besar bumi dalam kegelapan dan menyulitkan apa pun untuk tumbuh atau bertahan hidup.
Dikutip dari Daily Mail, Jumat (24/12/2021), kehidupan di daerah sekitar tumbukan akan terbunuh seketika, tetapi ada lebih banyak kerusakan yang signifikan pada tahun-tahun setelah tabrakan.
Ini termasuk gelombang pasang, banjir dan perubahan lingkungan besar-besaran, termasuk sebaran partikel kecil ke atmosfer yang menyebar ke seluruh dunia. Sementara bumi diselimuti kegelapan, tanaman juga gagal tumbuh karena kekurangan sinar matahari untuk melakukan fotosintesis.
"Skenario musim dingin nuklir ini, seperti yang pertama kali diusulkan pada 1980-an, memainkan peran utama dalam kepunahan massal ," jelas Peter Roopnarine, penulis studi, kepada Live Science.
Roopnarine mengatakan, pemikiran umum sekarang adalah bahwa kebakaran hutan global akan menjadi sumber utama jelaga halus yang akan melayang ke atmosfer atas.
"Konsentrasi jelaga dalam beberapa hari sampai minggu pertama kebakaran cukup tinggi untuk menghalangi sinar matahari untuk mencegah fotosintesis," katanya.
Catatan fosil menunjukkan sekitar 73 persen spesies vertebrata punah setelah peristiwa tumbukan tersebut. Roopnarine mengatakan dampak dari kegelapan akan terjadi dengan cepat, mencapai maksimum dalam beberapa minggu.
Sebagian besar ekosistem dapat pulih jika kegelapan hanya berlangsung selama 150 hari, tetapi setelah 200 hari mereka mencapai 'titik kritis'. Ini adalah titik di mana beberapa spesies punah dan dominasi di antara spesies yang tersisa bergeser dengan cara yang merusak ekosistem.