Laut Kaspia Mengering, Akibat Perubahan Iklim Ekstrem dan Siklus Alam yang Normal

Rabu, 29 Desember 2021 - 12:58 WIB
loading...
Laut Kaspia Mengering,...
LAUT Kaspia sebenarnya adalah sebuah danau, bahkan merupakan danau terbesar di dunia. Danau seluas sekitar 390,000 km persegi atau seluas negara Norwegia ini disebut laut karena airnya asin. Foto/NASA/science.howstuffworks
A A A
LAUT Kaspia sebenarnya adalah sebuah danau, bahkan merupakan danau terbesar di dunia. Danau seluas sekitar 390,000 km persegi atau seluas negara Norwegia ini disebut laut karena airnya asin.

Sekitar 80 persen pasokan air utama Laut Kaspia berasal dari sungai terpanjang di Eropa, yaitu Sungai Volga yang bermuara di ujung utara. Ada sebanyak 130 sungai mengalir menuju Laut Kaspia, termasuk Sungai Ural (utara) dan Sungai Kura (barat).

Perairan ini membentang sepanjang 1.030 km dari utara ke selatan dan lebar 200 hingga 400 km dari barat ke timur. Garis pantai Laut Kaspia masuk ke dalam wilayah lima negara, yakni Azerbaijan dan Rusia di sebelah barat, Iran di selatan, Turkmenistan di timur, serta Kazakhstan di sebelah timur laut dan utara.

Laut Kaspia awalnya merupakan bagian dari Samudra Tethys, namun terkurung daratan akibat pergerakan lempeng Bumi. Tinggi muka air Laut Kaspia sangat fluktuatif dan bergantung pada tingkat curah hujan di daerah aliran sungai sekitarnya.

Presipitasi pada area ini dipengaruhi oleh siklus Osilasi Amerika Utara. Jadi, tinggi muka air di Laut Kaspia berhubungan dengan kondisi di Samudra Atlantik Utara yang berjarak ribuan kilometer di barat laut. (Baca juga; Bak Cinta yang Kering Ditelikung, Laut Aral Mengering Setelah 2 Sungai Sumber Mata Airnya Dialihkan )

Selama satu abad terakhir, kondisi perairan Laut Kaspia sangat berubah-ubah. Pada tahun 1930-an, pembendungan Sungai Volga untuk industrialisasi Uni Soviet, membuat permukaan Laut Kaspia turun 2 meter dalam 5 tahun. Namun, beberapa dekade kemudian , peningkatan curah hujan di sepanjang Volga membuat permukaan Laut Kaspia naik secara tak terduga, mencapai rekor tertinggi pada 1990-an.
Laut Kaspia Mengering, Akibat Perubahan Iklim Ekstrem dan Siklus Alam yang Normal


Bagi penduduk di sekitar garis pantai Dagestan, beradaptasi dengan pasang surut permukaan Laut Kaspia pada abad ke-20 menjadi bagian ritme kehidupan. “30 tahun lalu, ombak benar-benar mulai menghanyutkan bangunan,” kata Zaur Mullaev, seorang pensiunan berusia 65 tahun di pantai Derbent.

Namun, pada tahun 1996 kondisi berbalik, penurunan permukaan Laut Kaspia terus terjadi dan berkelanjutan secara cepat hingga hari ini. Di Derbent, ombak tinggi yang mengancam menelan daratan, mundur sejauh 100 meter dari garis pantai.

Seorang profesor geografi dari Dagestan State University Eldar Eldarov mengatakan fenomena ini akibat perubahan iklim. Sebab, dia menilai pasokan air untuk Laut Kaspia dari Sungai Volga volumenya tetap sama. (Baca juga; Danau Kelimutu Mengering, Begini Penjelasan Balai Taman Nasional )

“Suhu permukaan (Laut Kaspia) yang lebih tinggi berarti lebih banyak air yang menguap dari laut. Ini akibat suhu tinggi Asia bagian dalam yang terkurung wilayah daratan,” katanya dikutip SINDOnews dari laman moscowtime yang dimuat pada 7 September 2021.

Menurut sebuah studi ilmuwan dari Jerman pada tahun 2020, permukaan Laut Kaspia turun sekitar 7 centimeter setiap tahun sejak 1996. Ini terjadi seiring meningkatnya suhu di cekungan Laut Kaspia. Saat ini seperempat luas permukaan Laut Kaspia mengering dan meninggalkan 93.000 kilometer persegi daratan baru, seluas negara Portugal.

“Biasanya, ketika danau atau laut pedalaman menurun, itu akibat kombinasi dari aktivitas manusia seperti pertanian dan faktor iklim yang mendasarinya. Namun, dalam kasus Laut Kaspia, hampir seluruhnya tentang iklim. Penurunan laut sangat didorong oleh kenaikan suhu,” kata Matthias Prange, ahli iklim Universitas Bremen di Jerman.
Laut Kaspia Mengering, Akibat Perubahan Iklim Ekstrem dan Siklus Alam yang Normal


Bagi banyak penduduk sekitar Laut Kaspia, fluktuasi permukaan laut satu abad terakhir bukanlah hal yang luar biasa. Mereka menilai penurunan permukaan Laut Kaspia merupakan siklus ekspansi dan kontraksi yang teratur. (Baca juga; Waduk Al-Duwaysat di Idlib Suriah Mengering, Pertama Kali Sejak Dibangun Tahun 1994 )

“Siklus ini adalah ciri khas (Laut) Kaspia. (permukaan laut) Itu naik selama 25 tahun, lalu turun selama 25 tahun. Ada siklus lima puluh tahun,” kata pemilik resor di Dagestan, Amirkhanov, yang yakin air laut akan mulai naik lagi di tahun-tahun mendatang.

Bahkan ada keengganan komunitas ilmiah lokal, untuk menerima ramalan paling suram tentang Laut Kaspia yang menjadi sumber kehidupan Dagestan. “Kaspia adalah sistem yang kompleks. Masih ada kemungkinan laut akan kembali suatu hari nanti,” kata ahli geografi Eldar Eldarov.
(wib)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1976 seconds (0.1#10.140)