Bisnis Melancong ke Luar Angkasa
loading...
A
A
A
PERJALANAN luar angkasa telah menjadi mimpi banyak orang selama beberapa dekade. Jika selama ini menjelajah ke angkasa luar hanya untuk penelitian dan dilakukan atas nama negara, saat ini bepergian ke jagat raya juga bisa difasilitasi pihak swasta.
Bagi pelaku industri, luar angkasa tengah menjadi ladang menggiurkan mengeruk pundi-pundi dengan menjadikannya sebagai destinasi wisata . Lalu perusahaan apa saja yang kini merambah bisnis perjalanan ke antariksa? Berikut di antaranya.
1. Space Exploration Technologies (SpaceX)
SpaceX adalah perusahaan swasta yang dibangun oleh Elon Musk pada 2002. SpaceX dibangun dengan tujuan ambisius, yaitu membawa manusia tinggal di Mars. Pada 28 September 2008, Falcon 1 menjadi roket berbahan bakar cair pertama yang didanai dan dikembangkan oleh pihak swasta dan berhasil mengorbit mengelilingi Bumi. (Baca juga: Elon Musk Fokus Garap Roket yang Bisa Angkut Banyak Orang )
Baru-baru ini SpaceX kembali menjadi bahan berita. Pada dini hari 31 Mei 2020 roket SpaceX Falcon 9 yang membawa pesawat Crew Dragon berisi dua astronaut NASA berhasil meluncur ke antariksa. Roket ini akan membawa misi menuju International Space Station (ISS).
Sebelumnya pada 2018, SpaceX berhasil meluncurkan roket terkuat di dunia Falcon Heavy. Falcon Heavy juga membawa mobil elektrik Tesla dan berencana mencapai orbit terdekat Mars. (Baca juga: Usai Kirim Astronot, SpaceX Bakal Luncurkan Satelit ke Luar Angkasa )
2. Orbital ATK
Orbital ATK adalah perusahaan dari Amerika Serikat yang memiliki spesialisasi dalam mendesain dan membangun roket kecil dan sedang untuk keperluan komersial, militer, maupun untuk pemerintah. Orbital ATK yang sebelumnya bernama Orbital Science Corporation, didirikan oleh David W. Thompson, Bruce Ferguson, dan Scott Webster pada 1982.
Pada 2014, Orbital mengumumkan perusahaannya melakukan merger dengan Alliant TechSystems dan menjadi perusahaan bernama Orbital ATK, Inc. Orbital ATK menjadi salah satu dari dua perusahaan yang memiliki kontrak dengan NASA sejak 1983. Roket Pegasus yang mereka kembangkan dapat membawa beban hingga seberat 443 kilogram sehingga Pegasus digunakan untuk mengorbitkan satelit kecil. (Baca juga: Miliki Teleskop Terbesar, China 'Buru' Peradaban di Luar Angkasa )
Pada 2013, perusahaan ini menerbangkan kargo ke ISS dengan menggunakan roket kargo tanpa awak, Cygnus. Roket ini membawa berbagai suplai untuk penghuni ISS dan bisa membawa beban hingga lebih dari 3 ton.
3. Blue Origin
Blue Origin adalah perusahaan pembuat roket yang dididirikan oleh Jeff Bezos, pendiri Amazon pada Desember 2000. Salah satu fokus perusahaan ini adalah mengembangkan teknologi vertical take-off and vertical landing pada roket.
Pada 23 November 2015, roket New Shepard milik Blue Origin berhasil menjadi roket pertama yang melakukan soft landing secara vertikal setelah terbang hingga ketinggian 100,5 kilometer. Setelah 2015, roket New Shepard kemudian diterbangkan kembali ke luar angkasa hingga beberapa kali. Pada 12 Desember 2017, New Shepard diterbangkan lagi ke luar angkasa untuk ketujuh kalinya.
4. Bigelow Aerospace
Bigelow Aerospace didirikan pada 1999 di Las Vegas, Nevada, AS oleh Robert Bigelow, seorang pengusaha dan pemilik jaringan hotel Budget Suites of America. Bila perusahaan lainnya berfokus pada kendaraan untuk membawa manusia ke luar angkasa, Bigelow memiliki fokus lain, yaitu pada membangun tempat tinggal manusia di luar angkasa.
Awalnya, Bigelow membangun inflatable space modules yang sejak 2016 digunakan oleh NASA untuk ISS. Bigelow memiliki rencana meluncurkan dua buah space module yang dapat digunakan untuk komersial pada 2021.
5. SpaceDev
SpaceDev dibangun pada 1997 di Poway, California, AS. Pada 2008, SpaceDev menjadi anak perusahaan dari Sierra Nevada Corp. Perusahaan ini tercatat pernah mengembangkan pesawat luar angkasa Dream Chaser yang merupakan kerja sama dengan NASA. Pada 1 Februari 2010, perusahaan ini juga mendapat pendanaan dari NASA sebesar USD20 juta untuk mengembangkan pesawat luar angkasa yang dapat membawa penumpang.
6. Virgin Galactic
Anak perusahaan dari Virgin Group ini didirikan oleh Richard Branson pada 2004 dan memiliki misi mempermudah wisata ke luar angkasa. Pada 1 Mei 2017, SpaceShip Two, pesawat luar angkasa milik Virgin Galactic mengudara untuk uji coba di Mojave, California.
Pesawat tersebut rencananya akan menjadi pesawat yang membawa turis ke luar angkasa. Untuk berwisata ke luar angkasa bersama Virgin Galactic, rencananya tiket akan dijual seharga USD250 ribu (sekitar Rp3,5 miliar) per kursinya.
7. Roscosmos
Roscosmos pada dasarnya bukan perusahaan komersil, melainkan lembaga antariksa negara milik Rusia. Namun sepertinya bisnis pariwisata membuat mereka tergiur untuk mengajak dan mengedukasi masyarakat tentang luar angkasa. (Baca juga: Roscomos Siap Bantu NASA Selamatkan Bumi dari Ancaman Asteroid )
Sejauh ini Roscosmos telah memberangkatkan 7 wisatawan miliarder ke ISS. Masing-masing dari mereka telah membayar sebesar USD20 juta untuk paket pulang dan pergi, serta penginapan dua minggu. Akan tetapi paket wisata yang dikelola Roscosmos ini akhirnya ditutup karena ketidaksanggupan Roscosmos dalam mengelola SDA dan fasilitas untuk para wisatawan.
Bagi pelaku industri, luar angkasa tengah menjadi ladang menggiurkan mengeruk pundi-pundi dengan menjadikannya sebagai destinasi wisata . Lalu perusahaan apa saja yang kini merambah bisnis perjalanan ke antariksa? Berikut di antaranya.
1. Space Exploration Technologies (SpaceX)
SpaceX adalah perusahaan swasta yang dibangun oleh Elon Musk pada 2002. SpaceX dibangun dengan tujuan ambisius, yaitu membawa manusia tinggal di Mars. Pada 28 September 2008, Falcon 1 menjadi roket berbahan bakar cair pertama yang didanai dan dikembangkan oleh pihak swasta dan berhasil mengorbit mengelilingi Bumi. (Baca juga: Elon Musk Fokus Garap Roket yang Bisa Angkut Banyak Orang )
Baru-baru ini SpaceX kembali menjadi bahan berita. Pada dini hari 31 Mei 2020 roket SpaceX Falcon 9 yang membawa pesawat Crew Dragon berisi dua astronaut NASA berhasil meluncur ke antariksa. Roket ini akan membawa misi menuju International Space Station (ISS).
Sebelumnya pada 2018, SpaceX berhasil meluncurkan roket terkuat di dunia Falcon Heavy. Falcon Heavy juga membawa mobil elektrik Tesla dan berencana mencapai orbit terdekat Mars. (Baca juga: Usai Kirim Astronot, SpaceX Bakal Luncurkan Satelit ke Luar Angkasa )
2. Orbital ATK
Orbital ATK adalah perusahaan dari Amerika Serikat yang memiliki spesialisasi dalam mendesain dan membangun roket kecil dan sedang untuk keperluan komersial, militer, maupun untuk pemerintah. Orbital ATK yang sebelumnya bernama Orbital Science Corporation, didirikan oleh David W. Thompson, Bruce Ferguson, dan Scott Webster pada 1982.
Pada 2014, Orbital mengumumkan perusahaannya melakukan merger dengan Alliant TechSystems dan menjadi perusahaan bernama Orbital ATK, Inc. Orbital ATK menjadi salah satu dari dua perusahaan yang memiliki kontrak dengan NASA sejak 1983. Roket Pegasus yang mereka kembangkan dapat membawa beban hingga seberat 443 kilogram sehingga Pegasus digunakan untuk mengorbitkan satelit kecil. (Baca juga: Miliki Teleskop Terbesar, China 'Buru' Peradaban di Luar Angkasa )
Pada 2013, perusahaan ini menerbangkan kargo ke ISS dengan menggunakan roket kargo tanpa awak, Cygnus. Roket ini membawa berbagai suplai untuk penghuni ISS dan bisa membawa beban hingga lebih dari 3 ton.
3. Blue Origin
Blue Origin adalah perusahaan pembuat roket yang dididirikan oleh Jeff Bezos, pendiri Amazon pada Desember 2000. Salah satu fokus perusahaan ini adalah mengembangkan teknologi vertical take-off and vertical landing pada roket.
Pada 23 November 2015, roket New Shepard milik Blue Origin berhasil menjadi roket pertama yang melakukan soft landing secara vertikal setelah terbang hingga ketinggian 100,5 kilometer. Setelah 2015, roket New Shepard kemudian diterbangkan kembali ke luar angkasa hingga beberapa kali. Pada 12 Desember 2017, New Shepard diterbangkan lagi ke luar angkasa untuk ketujuh kalinya.
4. Bigelow Aerospace
Bigelow Aerospace didirikan pada 1999 di Las Vegas, Nevada, AS oleh Robert Bigelow, seorang pengusaha dan pemilik jaringan hotel Budget Suites of America. Bila perusahaan lainnya berfokus pada kendaraan untuk membawa manusia ke luar angkasa, Bigelow memiliki fokus lain, yaitu pada membangun tempat tinggal manusia di luar angkasa.
Awalnya, Bigelow membangun inflatable space modules yang sejak 2016 digunakan oleh NASA untuk ISS. Bigelow memiliki rencana meluncurkan dua buah space module yang dapat digunakan untuk komersial pada 2021.
5. SpaceDev
SpaceDev dibangun pada 1997 di Poway, California, AS. Pada 2008, SpaceDev menjadi anak perusahaan dari Sierra Nevada Corp. Perusahaan ini tercatat pernah mengembangkan pesawat luar angkasa Dream Chaser yang merupakan kerja sama dengan NASA. Pada 1 Februari 2010, perusahaan ini juga mendapat pendanaan dari NASA sebesar USD20 juta untuk mengembangkan pesawat luar angkasa yang dapat membawa penumpang.
6. Virgin Galactic
Anak perusahaan dari Virgin Group ini didirikan oleh Richard Branson pada 2004 dan memiliki misi mempermudah wisata ke luar angkasa. Pada 1 Mei 2017, SpaceShip Two, pesawat luar angkasa milik Virgin Galactic mengudara untuk uji coba di Mojave, California.
Pesawat tersebut rencananya akan menjadi pesawat yang membawa turis ke luar angkasa. Untuk berwisata ke luar angkasa bersama Virgin Galactic, rencananya tiket akan dijual seharga USD250 ribu (sekitar Rp3,5 miliar) per kursinya.
7. Roscosmos
Roscosmos pada dasarnya bukan perusahaan komersil, melainkan lembaga antariksa negara milik Rusia. Namun sepertinya bisnis pariwisata membuat mereka tergiur untuk mengajak dan mengedukasi masyarakat tentang luar angkasa. (Baca juga: Roscomos Siap Bantu NASA Selamatkan Bumi dari Ancaman Asteroid )
Sejauh ini Roscosmos telah memberangkatkan 7 wisatawan miliarder ke ISS. Masing-masing dari mereka telah membayar sebesar USD20 juta untuk paket pulang dan pergi, serta penginapan dua minggu. Akan tetapi paket wisata yang dikelola Roscosmos ini akhirnya ditutup karena ketidaksanggupan Roscosmos dalam mengelola SDA dan fasilitas untuk para wisatawan.
(poe)