Gumpalan Batuan di Bawah Tanah Akan Picu Letusan Gunung Berapi Super
loading...
A
A
A
CAPE TOWN - Para ilmuwan telah mengungkap misteri dua gumpalan besar di bawah permukaan bumi yang belum dapat dijelaskan. Gumpalan itu diprediksi akan picu letusan gunung berapi super.
Seperti dilansir dari The Sun, Rabu (16/3/3022), gumpalan batu di bawah kerak bumi masing-masing seukuran benua dan 100 kali lebih tinggi dari Gunung Everest.
Salah satunya terletak di bawah Afrika, sementara yang lain dapat ditemukan di bawah Samudra Pasifik.
Seperti yang diduga sejak 1980-an, gumpalan di bawah Afrika jauh lebih tinggi.
Bahkan, tingginya dua kali lipat dari yang ada di belahan dunia lain, berukuran sekitar 997 kilometer lebih tinggi.
Tetapi yang lebih penting, para ilmuwan telah menemukan bahwa rumpun batuan Afrika juga kurang padat dan kurang stabil.
Tidak ada penjelasan khusus untuk situasi ini, tetapi itu bisa menjadi alasan mengapa benua itu memiliki lebih banyak letusan gunung berapi super selama ratusan juta tahun daripada gumpalan serupa di Samudra Pasifik.
"Ketidakstabilan ini bisa memiliki banyak implikasi untuk tektonik permukaan, serta gempa bumi dan letusan gunung berapi super," kata Qian Yuan, seorang peneliti dari University of Arizona.
Bahan termo-kimia ini secara resmi dikenal sebagai daerah kecepatan geser rendah besar (LLSVP) dan telah dipelajari dengan melihat data dari gelombang seismik dan menjalankan ratusan simulasi.
Meski kini para ilmuwan telah mendapat jawaban bahwa keduanya memiliki komposisi yang berbeda namun mereka masih belum mengetahui bagaimana pengaruhnya terhadap mantel yang terdapat di antara inti planet dan kerak bumi.
“Pekerjaan ini memiliki implikasi luas bagi para ilmuwan yang mencoba memahami status saat ini dan evolusi struktur mantel bagian dalam serta sifat konvektif mantel,” kata Yuan.
Seperti dilansir dari The Sun, Rabu (16/3/3022), gumpalan batu di bawah kerak bumi masing-masing seukuran benua dan 100 kali lebih tinggi dari Gunung Everest.
Salah satunya terletak di bawah Afrika, sementara yang lain dapat ditemukan di bawah Samudra Pasifik.
Seperti yang diduga sejak 1980-an, gumpalan di bawah Afrika jauh lebih tinggi.
Bahkan, tingginya dua kali lipat dari yang ada di belahan dunia lain, berukuran sekitar 997 kilometer lebih tinggi.
Tetapi yang lebih penting, para ilmuwan telah menemukan bahwa rumpun batuan Afrika juga kurang padat dan kurang stabil.
Tidak ada penjelasan khusus untuk situasi ini, tetapi itu bisa menjadi alasan mengapa benua itu memiliki lebih banyak letusan gunung berapi super selama ratusan juta tahun daripada gumpalan serupa di Samudra Pasifik.
"Ketidakstabilan ini bisa memiliki banyak implikasi untuk tektonik permukaan, serta gempa bumi dan letusan gunung berapi super," kata Qian Yuan, seorang peneliti dari University of Arizona.
Bahan termo-kimia ini secara resmi dikenal sebagai daerah kecepatan geser rendah besar (LLSVP) dan telah dipelajari dengan melihat data dari gelombang seismik dan menjalankan ratusan simulasi.
Meski kini para ilmuwan telah mendapat jawaban bahwa keduanya memiliki komposisi yang berbeda namun mereka masih belum mengetahui bagaimana pengaruhnya terhadap mantel yang terdapat di antara inti planet dan kerak bumi.
“Pekerjaan ini memiliki implikasi luas bagi para ilmuwan yang mencoba memahami status saat ini dan evolusi struktur mantel bagian dalam serta sifat konvektif mantel,” kata Yuan.
(wbs)