Ilmuwan NASA Beri Peringatan Setelah Lapisan Es Seluas Kota Roma di Antartika Runtuh
loading...
A
A
A
FLORIDA - Data satelit menunjukkan seluruh lapisan es Conger di Antartika telah runtuh akibat kenaikan suhu luar biasa beberapa hari sebelumnya. Para ilmuwan NASA mengatakan runtuhnya lapisan es sebesar Kota Roma akibat kenaikan suhu tinggi adalah tanda akan ada ancaman lain yang terjadi.
Lapisan es seukuran Roma telah benar-benar runtuh di Antartika Timur dalam beberapa hari setelah rekor suhu tinggi. Lapisan es Conger, yang memiliki luas permukaan sekitar 1.200 km persegi, runtuh sekitar 15 Maret 2022.
Antartika Timur mengalami suhu yang sangat tinggi minggu lalu, stasiun Concordia mencatat rekor suhu minus 11,8 derajat Celcius pada 18 Maret 2022. Suhu itu 40 derajat Celcius lebih hangat daripada temperatur normal musiman.
Rekor suhu tertinggi ini akibat hasil dari aliran atmosfer yang memerangkap panas di atas benua. Meskipun lapisan es Conger relatif kecil, namun keruntuhan lapisan es ini adalah yang paling signifikan yang terjadi di Antartika sejak tahun 2000-an.
“Ini adalah salah satu peristiwa keruntuhan paling signifikan di Antartika sejak awal 2000-an ketika Larsen B lapisan es hancur. Keruntuhan itu kemungkinan tidak akan memiliki efek besar, tapi itu pertanda (peringatan) apa yang mungkin akan terjadi selanjutnya," kata Dr Catherine Colello Walker, seorang ilmuwan bumi dan planet di NASA dan Lembaga Oseanografi Woods Hole dikutip SINDOnews dari laman The Guardian, Jumat (25/3/2022).
Walker menuturukan, lapisan es yang mengapung di atas lautan, memainkan peran penting dalam menahan es di lapisan paling dalam. Tanpa mereka, es mengalir lebih cepat ke laut, mengakibatkan kenaikan permukaan laut.
Lapisan es Conger telah menyusut sejak pertengahan 2000-an, tetapi hanya secara bertahap hingga awal 2020. Pada 4 Maret tahun ini, lapisan es tampaknya telah kehilangan lebih dari setengah luas permukaannya dibandingkan dengan pengukuran Januari sekitar 1.200 km persegi.
Peter Neff, seorang ahli glasiologi dan asisten profesor penelitian di University of Minnesota, mengatakan bahwa melihat runtuhnya lapisan es kecil di Antartika Timur adalah sebuah kejutan.
“Kami masih memperlakukan Antartika Timur seperti es batu yang masif, tinggi, kering, dingin, dan tak tergoyahkan ini. Keruntuhan ini, terutama jika dikaitkan dengan panas ekstrem, akan mendorong penelitian lebih dalam di wilayah tersebut,” katanya.
Data satelit dari misi Copernicus Sentinel-1 menunjukkan bahwa pergerakan lapisan es dimulai antara 5 dan 7 Maret 2022. Helen Amanda Fricker, seorang profesor glasiologi di Scripps Polar Center, mengatakan sebenarnya ada tiga peristiwa bongkahan es pecah dari tepi gletser di Antartika Timur pada bulan Maret. Selain runtuhnya lapisan es Conger, ada peristiwa pelepasan yang lebih kecil dari gletser Totten dan lapisan es Glenzer.
"Sebagian besar Antartika Timur dibatasi oleh lapisan es yang penyangga, jadi kita perlu mengawasi semua lapisan es di sana," kata Fricker dalam sebuah tweet.
Lapisan es seukuran Roma telah benar-benar runtuh di Antartika Timur dalam beberapa hari setelah rekor suhu tinggi. Lapisan es Conger, yang memiliki luas permukaan sekitar 1.200 km persegi, runtuh sekitar 15 Maret 2022.
Antartika Timur mengalami suhu yang sangat tinggi minggu lalu, stasiun Concordia mencatat rekor suhu minus 11,8 derajat Celcius pada 18 Maret 2022. Suhu itu 40 derajat Celcius lebih hangat daripada temperatur normal musiman.
Rekor suhu tertinggi ini akibat hasil dari aliran atmosfer yang memerangkap panas di atas benua. Meskipun lapisan es Conger relatif kecil, namun keruntuhan lapisan es ini adalah yang paling signifikan yang terjadi di Antartika sejak tahun 2000-an.
“Ini adalah salah satu peristiwa keruntuhan paling signifikan di Antartika sejak awal 2000-an ketika Larsen B lapisan es hancur. Keruntuhan itu kemungkinan tidak akan memiliki efek besar, tapi itu pertanda (peringatan) apa yang mungkin akan terjadi selanjutnya," kata Dr Catherine Colello Walker, seorang ilmuwan bumi dan planet di NASA dan Lembaga Oseanografi Woods Hole dikutip SINDOnews dari laman The Guardian, Jumat (25/3/2022).
Walker menuturukan, lapisan es yang mengapung di atas lautan, memainkan peran penting dalam menahan es di lapisan paling dalam. Tanpa mereka, es mengalir lebih cepat ke laut, mengakibatkan kenaikan permukaan laut.
Lapisan es Conger telah menyusut sejak pertengahan 2000-an, tetapi hanya secara bertahap hingga awal 2020. Pada 4 Maret tahun ini, lapisan es tampaknya telah kehilangan lebih dari setengah luas permukaannya dibandingkan dengan pengukuran Januari sekitar 1.200 km persegi.
Peter Neff, seorang ahli glasiologi dan asisten profesor penelitian di University of Minnesota, mengatakan bahwa melihat runtuhnya lapisan es kecil di Antartika Timur adalah sebuah kejutan.
“Kami masih memperlakukan Antartika Timur seperti es batu yang masif, tinggi, kering, dingin, dan tak tergoyahkan ini. Keruntuhan ini, terutama jika dikaitkan dengan panas ekstrem, akan mendorong penelitian lebih dalam di wilayah tersebut,” katanya.
Data satelit dari misi Copernicus Sentinel-1 menunjukkan bahwa pergerakan lapisan es dimulai antara 5 dan 7 Maret 2022. Helen Amanda Fricker, seorang profesor glasiologi di Scripps Polar Center, mengatakan sebenarnya ada tiga peristiwa bongkahan es pecah dari tepi gletser di Antartika Timur pada bulan Maret. Selain runtuhnya lapisan es Conger, ada peristiwa pelepasan yang lebih kecil dari gletser Totten dan lapisan es Glenzer.
"Sebagian besar Antartika Timur dibatasi oleh lapisan es yang penyangga, jadi kita perlu mengawasi semua lapisan es di sana," kata Fricker dalam sebuah tweet.
(wib)