Lebih Dahsyat dari Torpedo, Bom Pintar Quicksink Mampu Membanting dan Membelah Kapal Perang
loading...
A
A
A
WASHINGTON - Kedahsyatan torpedo dalam menenggelamkan kapal perang musuh begitu mengerikan karena memiliki ledakan yang dikenal dengan bubble jet effect. Namun, bom pintar Quicksink lebih dahsyat dari torpedo karena mampu membanting dan memotong kapal perang musuh hingga tenggelam lebih cepat.
Apalagi bom pintar Quicksink diluncurkan dari pesawat tempur, yang berarti mampu bergerak lebih cepat dan efektif digunakan. Berbeda dengan torpedo yang harus ditembakan dari kapal selam, sebab tidak semua kapal perang mampu menembakan torpedo.
Bom pintar Quicksink merupakan senjata terbaru milik Amerika Serikat yang dikembangkan Laboratorium Penelitian Angkatan Udara (Air Force Research Laboratory/AFRL). Bom pintar Quicksink yang masuk dalam Program Demonstrasi Teknologi Kemampuan Bersama atau Joint Capability Technology Demonstration ini sukses diuji coba.
Angkatan Udara AS (USAF) pada 28 April 2022 merilis video penembakan bom pintar Quicksink dari pesawat tempur F-15E Strike Eagle terhadap sasaran kapal target di Teluk Meksiko. Sekilas bom berpemandu ini mirip bom GBU-31/B Joint Direct Attack Munition atau JDAM kelas 2.000 pon (907 kg) yang dimodifikasi.
Selama tes kedua ini, F-15E Strike Eagle mampu melenyapkan kapal target dalam skala penuh dengan sekali tembak menggunakan Quicksink. Dalam video terlihat ledakan bom Quicksink menyebabkan badan kapal terangkat hingga lunasnya patah menjadi dua.
Kemudian badan kapal terbanting ke permukaan laut dan dengan cepat tenggelam. Efek ledakan bom Quicksink ini mengingatkan pada kapal yang kena tembak torpedo kelas berat, seperti Mk 48 buatan AS. Biasanya disebut dengan bubble jet effect atau efek gelembung jet.
Efek gelembung jet terjadi ketika torpedo (bom) meledak di air tidak jauh dari kapal yang dituju. Ledakan tersebut menciptakan gelembung di dalam air karena perbedaan tekanan.
Ketika hulu ledak diledakkan dari jarak dekat di bawah kapal, kekosongan uap mengangkat kapal ke atas dari tengah. Hal ini melemahkan lunas kapal, kemudian jatuh seperti dibanting ke permukaan air sehingga lunas pecah karena berat kapal itu sendiri.
Belum ada keterangan detail tentang struktur bom pintar Quicksink dan modifikasi tambahan apa saja yang disematkan pada hulu ledaknya untuk mengoptimalkan peran anti-kapal. Mengingat bom Quicksink merupakan modifikasi dari bom GBU-31/B JDAM, salah satu kemampuannya adalah operasi fuzing untuk menunda peledakan bom sampai menembus lambung kapal sehingga menciptakan efek 'angkat dan hancurkan' seperti yang terlihat dalam video pengujian.
“Keuntungan utama menggunakan kemampuan (bom) baru ini adalah dapat dengan cepat memberikan efek langsung pada target maritim yang diam atau bergerak dengan biaya minimal,” keterangan AFRL dikutip dari laman autoevolution, Sabtu (7/5/2022).
Dari apa yang dilihat dalam video pengujian, bom pintar Quicksink -seperti bom GBU-31/B JDAM- menggabungkan paket pemandu sistem navigasi inersia (INS) dengan GPS di bagian ekor serta seeker baru di bagian hidung. Ini merupakan sistem "pencari maritim segala cuaca," yang didesain multi-mode sehingga senjata ini mampu mencari dan mengunci targetnya di fase terminal penerbangannya.
Bom pertama kali diarahkan ke target umum melalui platform peluncuran atau sensor off-board. Video yang dihasilkan komputer di bawah ini menunjukkan profil serangan nosional lengkap yang menggunakan senjata ini. Tentu ini menjadi senjata yang mematikan dan berbiaya rendah dibandingkan dengan rudal anti-kapal yang diluncurkan dari udara.
Apalagi bom pintar Quicksink diluncurkan dari pesawat tempur, yang berarti mampu bergerak lebih cepat dan efektif digunakan. Berbeda dengan torpedo yang harus ditembakan dari kapal selam, sebab tidak semua kapal perang mampu menembakan torpedo.
Bom pintar Quicksink merupakan senjata terbaru milik Amerika Serikat yang dikembangkan Laboratorium Penelitian Angkatan Udara (Air Force Research Laboratory/AFRL). Bom pintar Quicksink yang masuk dalam Program Demonstrasi Teknologi Kemampuan Bersama atau Joint Capability Technology Demonstration ini sukses diuji coba.
Angkatan Udara AS (USAF) pada 28 April 2022 merilis video penembakan bom pintar Quicksink dari pesawat tempur F-15E Strike Eagle terhadap sasaran kapal target di Teluk Meksiko. Sekilas bom berpemandu ini mirip bom GBU-31/B Joint Direct Attack Munition atau JDAM kelas 2.000 pon (907 kg) yang dimodifikasi.
Selama tes kedua ini, F-15E Strike Eagle mampu melenyapkan kapal target dalam skala penuh dengan sekali tembak menggunakan Quicksink. Dalam video terlihat ledakan bom Quicksink menyebabkan badan kapal terangkat hingga lunasnya patah menjadi dua.
Kemudian badan kapal terbanting ke permukaan laut dan dengan cepat tenggelam. Efek ledakan bom Quicksink ini mengingatkan pada kapal yang kena tembak torpedo kelas berat, seperti Mk 48 buatan AS. Biasanya disebut dengan bubble jet effect atau efek gelembung jet.
Efek gelembung jet terjadi ketika torpedo (bom) meledak di air tidak jauh dari kapal yang dituju. Ledakan tersebut menciptakan gelembung di dalam air karena perbedaan tekanan.
Ketika hulu ledak diledakkan dari jarak dekat di bawah kapal, kekosongan uap mengangkat kapal ke atas dari tengah. Hal ini melemahkan lunas kapal, kemudian jatuh seperti dibanting ke permukaan air sehingga lunas pecah karena berat kapal itu sendiri.
Belum ada keterangan detail tentang struktur bom pintar Quicksink dan modifikasi tambahan apa saja yang disematkan pada hulu ledaknya untuk mengoptimalkan peran anti-kapal. Mengingat bom Quicksink merupakan modifikasi dari bom GBU-31/B JDAM, salah satu kemampuannya adalah operasi fuzing untuk menunda peledakan bom sampai menembus lambung kapal sehingga menciptakan efek 'angkat dan hancurkan' seperti yang terlihat dalam video pengujian.
“Keuntungan utama menggunakan kemampuan (bom) baru ini adalah dapat dengan cepat memberikan efek langsung pada target maritim yang diam atau bergerak dengan biaya minimal,” keterangan AFRL dikutip dari laman autoevolution, Sabtu (7/5/2022).
Dari apa yang dilihat dalam video pengujian, bom pintar Quicksink -seperti bom GBU-31/B JDAM- menggabungkan paket pemandu sistem navigasi inersia (INS) dengan GPS di bagian ekor serta seeker baru di bagian hidung. Ini merupakan sistem "pencari maritim segala cuaca," yang didesain multi-mode sehingga senjata ini mampu mencari dan mengunci targetnya di fase terminal penerbangannya.
Bom pertama kali diarahkan ke target umum melalui platform peluncuran atau sensor off-board. Video yang dihasilkan komputer di bawah ini menunjukkan profil serangan nosional lengkap yang menggunakan senjata ini. Tentu ini menjadi senjata yang mematikan dan berbiaya rendah dibandingkan dengan rudal anti-kapal yang diluncurkan dari udara.
(wib)