Permudah Disabilitas Ungkap Penyakitnya, Say Pan Digaungkan

Selasa, 31 Mei 2022 - 12:15 WIB
loading...
Permudah Disabilitas Ungkap Penyakitnya, Say Pan Digaungkan
Daewoong Pharmaceutical memproduksi buku bergambar Augmentative and Alternative Communication (AAC) yang membantu anak lamban belajar mengungkapkan gejala penyakit . FOTO/ IST
A A A
JAKARTA - Daewoong Pharmaceutical Company Indonesia baru ini menghadirkan kegiatan kontribusi social (CSR), “Say Pain!” untuk meningkatkan kualitas hidup penyandang disabilitas perkembangan di Indonesia.



"Say Pain!" adalah kampanye CSR di Korea yang diadakan oleh Daewoong Pharmaceutical sejak 2019. Ini merupakan proyek kontribusi sosial yang mendidik dan mendukung peserta didik yang lamban belajar, termasuk penyandang disabilitas perkembangan, untuk menerima layanan medis yang diperlukan dengan mengekspresikan gejala mereka sendiri.

CEO Daewoong Pharmaceutical Seng Ho Jeon menjelaskan, tujuan utama diadakannya proyek ini yakni fokus pada memberikan bantuan kepada para penyandang disabilitas yang membutuhkan.

“Tujuan utama dari diselenggarakannya proyek “Say Pain” adalah, untuk membantu orang dengan disabilitas perkembangan mendapatkan layanan medis yang layak melalui komunikasi yang lancar, ketika mereka mengalami kesulitan mengekspresikan gejala atau rasa sakitnya,” jelas Seng Ho Jeon dalam keterangan secara virtual Senin (31/5/2022).

Program duta mahasiswa Daewoong Social Impactor kali ini akan mengajak mahasiswa untuk turut aktif berkontribusi dalam persoalan penanganan disabilitas perkembangan di Indonesia.

Penyandang disabilitas perkembangan sering kali tidak dapat menerima layanan medis tepat waktu karena kesulitan mereka mengungkapkan gejala sakitnya, hal ini menjadi catatan Daewoong Pharmaceutical dalam memulai kampanye "Say Pain!".

Daewoong Pharmaceutical memproduksi buku bergambar Augmentative and Alternative Communication (AAC) yang membantu anak lamban belajar mengungkapkan gejala penyakit secara akurat kepada staf medis atau pendampingnya, dan mendistribusikannya secara gratis.

Psikolog Tri Puspitarini menjelaskan bahwa penyandang disabilitas kerap kali mengalami gangguan sebelum menginjak umur dewasa.

Penyandang disabilita s mendapatkan banyak label dan stigma dari masyarakat. Disabilitas perkembangan adalah kondisi yang ditandai adanya gangguan pada fisik dan kognitif yang biasanya muncul sebelum usia 22 tahun maka dari itu disebut masa perkembangan. Biasanya gangguan ini menghambat fungsi-fungsi hidup pada kegiatan sehari-hari,” jelas Tri.

Menurutnya perlu adanya kesabaran dan rasa tekun bagi orang tua yang memiliki anak penyandang disabilitas perkembangan, yang sayangnya akan dialami seumur hidup.
(wbs)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2114 seconds (0.1#10.140)