3 Penemu Asal Indonesia yang Namanya Mendunia, Karyanya Tak Kalah Hebat
loading...
A
A
A
JAKARTA - Penemu asal Indonesia sejatinya tidak kalah hebat dari ilmuwan atau penemu mancanegara. Tercatat sedikitnya ada 3 penemu Indonesia yang namanya mendunia berkat temuannya.
Dalam hal ini, temuan mereka telah diakui oleh dunia serta terbukti memberikan manfaat kepada kehidupan manusia secara umum. Lantas, siapa sajakah mereka?.
Baca juga : Cerita Mbah Moedjair, Penemu Ikan Mujair asal Blitar
Berikut beberapa penemu asal Indonesia yang namanya mendunia berkat temuan dan karyanya :
1. BJ Habibie
Bacharuddin Jusuf Habibie merupakan mantan presiden Indonesia yang ketiga. Dalam riwayat pendidikannya, Habibie pernah belajar di Rheinisch Westfalische Technische Hochschule, Jerman.
Setelah lulus, Habibie pernah bekerja di sebuah perusahaan penerbangan Jerman bernama Messerschmitt-Bolkow-Blohm. Di bidang teknologi, Habibie memiliki julukan sebagai ‘Mr Crack’.
Dikutip dari Ys Journal, dalam salah satu penemuannya, Habibie pernah mengembangkan teori yang mencegah pesawat hancur saat melakukan penerbangan. Pada awal 1960-an, kecelakaan pesawat kerap terjadi karena masalah pada konstruksinya.
Habibie mengembangkan teori perambatan retak sebagai solusinya. Dari teori ini, titik retak bisa diprediksi lebih awal. Sehingga bisa menghasilkan pesawat yang lebih aman. Dengan titik retak tertentu, konstruksi pesawat juga menjadi lebih cepat karena pengujian dapat dilakukan dengan singkat.
Baca juga : Jabir Ibn Hayyan, Ilmuwan Muslim Penemu Air Keras
2. Josaphat Tetuko Sri Sumantyo
Selain BJ Habibie, Josaphat Tetuko Sri Sumantyo atau biasa dikenal Prof Josh juga memiliki sejumlah penemuan luar biasa. Pria kelahiran 25 Juni 1970 ini diketahui sebagai penemu radar satelit, alat pengamatan bumi berbasis microwave remote sensing, hingga penemu mobile satellite communications.
Dikutip dari pemberitaan Sindonews sebelumnya, selain beberapa temuannya tadi, Prof Josh juga berhasil menemukan Circularly Polarized Synthetic Aperture Radar, sebuah sensor yang bisa dipasang pada pesawat berawak, tanpa awak, hingga microsatellite.
Sensor buatannya ini diketahui bisa menembus kabut, awan, serta tidak terpengaruh Faraday Rotation di lapisan ionosfer dan perubahan posisi platform satelit. Penemuannya ini bahkan sudah diakui oleh Jepang yang dikenal sebagai negara dengan perkembangan teknologinya yang mumpuni.
3. Warsito Purwo Taruno
Dalam sejarahnya, Warsito Taruno juga memiliki penemuan yang mendunia. Namanya adalah Electrical Capacitance Volume Tomography (ECVT).
Dikutip dari situs Badan Kepegawaian Negara (BKN), Pria kelahiran 15 Mei 1967 ini menyelesaikan studi S1 dan S2 di Jurusan Teknik Kimia Shizuoka University serta S3 jurusan Teknik Elektro di Perguruan Tinggi yang sama.
Penemuannya ini diketahui bisa melacak partikel bergerak secara simultan berkecepatan tinggi dalam mesin reaktor. Tak sampai disitu, di dunia medis, ECVT ini bisa menjadi alternatif sistem pemindaian bebas radiasi, deteksi kelainan fisiologis dalam payudara dan otak yang disebabkan tumor, epilepsy, serta disfungsi otak lainnya.
Atas penemuannya ini, Warsito Purwo Taruno mendapat penghargaan BJ Habibie Technology Award (BJHTA) pada tahun 2015.
Dalam hal ini, temuan mereka telah diakui oleh dunia serta terbukti memberikan manfaat kepada kehidupan manusia secara umum. Lantas, siapa sajakah mereka?.
Baca juga : Cerita Mbah Moedjair, Penemu Ikan Mujair asal Blitar
Berikut beberapa penemu asal Indonesia yang namanya mendunia berkat temuan dan karyanya :
1. BJ Habibie
Bacharuddin Jusuf Habibie merupakan mantan presiden Indonesia yang ketiga. Dalam riwayat pendidikannya, Habibie pernah belajar di Rheinisch Westfalische Technische Hochschule, Jerman.
Setelah lulus, Habibie pernah bekerja di sebuah perusahaan penerbangan Jerman bernama Messerschmitt-Bolkow-Blohm. Di bidang teknologi, Habibie memiliki julukan sebagai ‘Mr Crack’.
Dikutip dari Ys Journal, dalam salah satu penemuannya, Habibie pernah mengembangkan teori yang mencegah pesawat hancur saat melakukan penerbangan. Pada awal 1960-an, kecelakaan pesawat kerap terjadi karena masalah pada konstruksinya.
Habibie mengembangkan teori perambatan retak sebagai solusinya. Dari teori ini, titik retak bisa diprediksi lebih awal. Sehingga bisa menghasilkan pesawat yang lebih aman. Dengan titik retak tertentu, konstruksi pesawat juga menjadi lebih cepat karena pengujian dapat dilakukan dengan singkat.
Baca juga : Jabir Ibn Hayyan, Ilmuwan Muslim Penemu Air Keras
2. Josaphat Tetuko Sri Sumantyo
Selain BJ Habibie, Josaphat Tetuko Sri Sumantyo atau biasa dikenal Prof Josh juga memiliki sejumlah penemuan luar biasa. Pria kelahiran 25 Juni 1970 ini diketahui sebagai penemu radar satelit, alat pengamatan bumi berbasis microwave remote sensing, hingga penemu mobile satellite communications.
Dikutip dari pemberitaan Sindonews sebelumnya, selain beberapa temuannya tadi, Prof Josh juga berhasil menemukan Circularly Polarized Synthetic Aperture Radar, sebuah sensor yang bisa dipasang pada pesawat berawak, tanpa awak, hingga microsatellite.
Sensor buatannya ini diketahui bisa menembus kabut, awan, serta tidak terpengaruh Faraday Rotation di lapisan ionosfer dan perubahan posisi platform satelit. Penemuannya ini bahkan sudah diakui oleh Jepang yang dikenal sebagai negara dengan perkembangan teknologinya yang mumpuni.
3. Warsito Purwo Taruno
Dalam sejarahnya, Warsito Taruno juga memiliki penemuan yang mendunia. Namanya adalah Electrical Capacitance Volume Tomography (ECVT).
Dikutip dari situs Badan Kepegawaian Negara (BKN), Pria kelahiran 15 Mei 1967 ini menyelesaikan studi S1 dan S2 di Jurusan Teknik Kimia Shizuoka University serta S3 jurusan Teknik Elektro di Perguruan Tinggi yang sama.
Penemuannya ini diketahui bisa melacak partikel bergerak secara simultan berkecepatan tinggi dalam mesin reaktor. Tak sampai disitu, di dunia medis, ECVT ini bisa menjadi alternatif sistem pemindaian bebas radiasi, deteksi kelainan fisiologis dalam payudara dan otak yang disebabkan tumor, epilepsy, serta disfungsi otak lainnya.
Atas penemuannya ini, Warsito Purwo Taruno mendapat penghargaan BJ Habibie Technology Award (BJHTA) pada tahun 2015.
(bim)