Ngeri, Astronot Terancam Kehilangan Massa Tulang hingga Tak Tersisa saat di Luar Angkasa
loading...
A
A
A
JAKARTA - Bahaya mengancam para astronot yang bekerja di luar angkasa. Studi menyimpulkan mereka kehilangan massa tulang dalam jumlah besar saat berada di sana.
Bahkan ketika mereka balik ke bumi, massa tulang tersebut kemungkinan besar tidak akan kembali seperti semula. Hal itu justru disebutkan The Guardian akan jadi masalah serius untuk masa depan misi luar angkasa seperti penjelajahan di planet Mars.
Kehilangan massa tulang ini sebenarnya sudah diketahui oleh berbagai badan luar angkasa dunia. Dalam studi sebelumnya diperlihatkan para astronot yang bekerja di luar angkasa mengalami pengurangan massa tulang sebesar 1 persen hingga 2 persen. Hal itu terjadi karena ketiadaan gravitasi mengurangi tekanan pada kaki mereka ketika harus berdiri dan berjalan.
Beberapa waktu lalu studi baru telah dilakukan untuk mengetahui dampak akibat pengurangan kepadatan tulang itu. Terutama saat para astronot kembali ke bumi dan mulai berjalan normal lagi.
Studi itu melibatkan 17 astronot yang bertugas di International Space Station (ISS) atau Stasiun Luar Angkasa Internasional. Sebelum berangkat ke ISS, belasan astronot itu dipindai pergelangan tangan dan pergelangan kaki.
Setelah setahun berada di ISS, belasan astronot itu kembali ke bumi dan kembali melakukan pemindaian di bagian yang sama. Hasilnya menurut Dr Steven Boyd, dari Universitas Calgary Kanada dan Direktur Institut McCaig untuk Kesehatan Tulang dan Sendi sangat mengejutkan karena kepadatan tulang berkurang drastis sama seperti halnya sepuluh tahun berada di bumi.
Padahal para astronot itu hanya berada di luar angkasa selama satu tahun. Para peneliti bahkan menemukan bahwa kepadatan tulang kering dari sembilan astronot belum sepenuhnya pulih setelah satu tahun di bumi. Mereka malah masih kekurangan massa tulang sekitar satu dekade untuk kembali seperti kondisi semula sebelum berangkat ke luar angkasa.
Astronot yang lebih lama berada di luar angkasa bahkan diyakini paling lama untuk pulih. "Semakin lama Anda berada di luar angkasa, semakin banyak tulang yang hilang. Apakah akan terus memburuk dari waktu ke waktu atau tidak? Kami tidak tahu,” kata Dr Steven Boyd.
Bahkan ketika mereka balik ke bumi, massa tulang tersebut kemungkinan besar tidak akan kembali seperti semula. Hal itu justru disebutkan The Guardian akan jadi masalah serius untuk masa depan misi luar angkasa seperti penjelajahan di planet Mars.
Kehilangan massa tulang ini sebenarnya sudah diketahui oleh berbagai badan luar angkasa dunia. Dalam studi sebelumnya diperlihatkan para astronot yang bekerja di luar angkasa mengalami pengurangan massa tulang sebesar 1 persen hingga 2 persen. Hal itu terjadi karena ketiadaan gravitasi mengurangi tekanan pada kaki mereka ketika harus berdiri dan berjalan.
Beberapa waktu lalu studi baru telah dilakukan untuk mengetahui dampak akibat pengurangan kepadatan tulang itu. Terutama saat para astronot kembali ke bumi dan mulai berjalan normal lagi.
Studi itu melibatkan 17 astronot yang bertugas di International Space Station (ISS) atau Stasiun Luar Angkasa Internasional. Sebelum berangkat ke ISS, belasan astronot itu dipindai pergelangan tangan dan pergelangan kaki.
Setelah setahun berada di ISS, belasan astronot itu kembali ke bumi dan kembali melakukan pemindaian di bagian yang sama. Hasilnya menurut Dr Steven Boyd, dari Universitas Calgary Kanada dan Direktur Institut McCaig untuk Kesehatan Tulang dan Sendi sangat mengejutkan karena kepadatan tulang berkurang drastis sama seperti halnya sepuluh tahun berada di bumi.
Padahal para astronot itu hanya berada di luar angkasa selama satu tahun. Para peneliti bahkan menemukan bahwa kepadatan tulang kering dari sembilan astronot belum sepenuhnya pulih setelah satu tahun di bumi. Mereka malah masih kekurangan massa tulang sekitar satu dekade untuk kembali seperti kondisi semula sebelum berangkat ke luar angkasa.
Astronot yang lebih lama berada di luar angkasa bahkan diyakini paling lama untuk pulih. "Semakin lama Anda berada di luar angkasa, semakin banyak tulang yang hilang. Apakah akan terus memburuk dari waktu ke waktu atau tidak? Kami tidak tahu,” kata Dr Steven Boyd.