Harta Karun Laut Ungkap Rahasia Resep Anggur Romawi Kuno
loading...
A
A
A
MILAN - Harta Karun berupa guci kuno yang ditemukan di area pelabuhan San Felice Circeo, Italia membawa informasi luar biasa. Dari sana terungkap rahasia nikmatnya anggur Romawi.
Seperti dilansir dari Science Alert, Jumat (15/7/2022), sebanyak tiga buah guci atau amphora memberi para peneliti wawasan yang berguna tentang praktik produksi anggur di wilayah khusus ini pada abad 1-2 SM.
Informasi tersebut berhasil didapat dengan menggabungkan beberapa teknik analisis kimia terbaru dengan pendekatan lain yang digunakan dalam archaeobotani untuk melihat kandungan guci.
"Tiga guci yang diambil pada tahun 2018 menawarkan kesempatan langka untuk mengembangkan penelitian interdisipliner melalui analisis archaeobotanical dan kimia," tulis para peneliti dalam makalah mereka.
Salah satu teknik lab yang digunakan di sini adalah kombinasi kromatografi gas dan spektrometri massa, yagng merupakan cara berbeda untuk memisahkan dan mengidentifikasi penanda kimia dalam suatu bahan.
Dalam hal ini, dilatih pada residu organik yang tertinggal di dalam guci. Para peneliti juga mencari serbuk sari yang terperangkap di residu itu. Analisis semacam ini telah dilakukan sebelumnya, tetapi tidak pada guci anggur seperti ini.
Penelitian mengungkapkan bahwa guci digunakan untuk membuat anggur merah dan putih. Di dalamnya teridentifikasi tanaman lokal yang misterius yang belum jelas apakah tanaman ini dijinakkan dahulu atau tidak.
Terdapat juga jejal pinus yang digunakan untuk membuat guci tahan air dan mungkin juga untuk membumbui anggur. Namun tidak diketahui juga pinus jenis apa yang digunakan, tapi kemungkinan berasal dari Calabria atau Sisilia.
"Kehadiran serbuk sari dan residu memungkinkan pemahaman yang lebih baik, yang tidak mungkin dicapai melalui analisis residu organik saja," tulis para peneliti.
Seperti dilansir dari Science Alert, Jumat (15/7/2022), sebanyak tiga buah guci atau amphora memberi para peneliti wawasan yang berguna tentang praktik produksi anggur di wilayah khusus ini pada abad 1-2 SM.
Informasi tersebut berhasil didapat dengan menggabungkan beberapa teknik analisis kimia terbaru dengan pendekatan lain yang digunakan dalam archaeobotani untuk melihat kandungan guci.
"Tiga guci yang diambil pada tahun 2018 menawarkan kesempatan langka untuk mengembangkan penelitian interdisipliner melalui analisis archaeobotanical dan kimia," tulis para peneliti dalam makalah mereka.
Salah satu teknik lab yang digunakan di sini adalah kombinasi kromatografi gas dan spektrometri massa, yagng merupakan cara berbeda untuk memisahkan dan mengidentifikasi penanda kimia dalam suatu bahan.
Dalam hal ini, dilatih pada residu organik yang tertinggal di dalam guci. Para peneliti juga mencari serbuk sari yang terperangkap di residu itu. Analisis semacam ini telah dilakukan sebelumnya, tetapi tidak pada guci anggur seperti ini.
Penelitian mengungkapkan bahwa guci digunakan untuk membuat anggur merah dan putih. Di dalamnya teridentifikasi tanaman lokal yang misterius yang belum jelas apakah tanaman ini dijinakkan dahulu atau tidak.
Terdapat juga jejal pinus yang digunakan untuk membuat guci tahan air dan mungkin juga untuk membumbui anggur. Namun tidak diketahui juga pinus jenis apa yang digunakan, tapi kemungkinan berasal dari Calabria atau Sisilia.
"Kehadiran serbuk sari dan residu memungkinkan pemahaman yang lebih baik, yang tidak mungkin dicapai melalui analisis residu organik saja," tulis para peneliti.