Autopsi 3D Tak Perlu Hadirkan Jenazah Asli di Meja Bedah
loading...
A
A
A
JAKARTA - Polri memastikan proses autopsi ulang atau ekshumasi jasad Brigadir Nopryansah Yosua Hutabarat atau Brigadir J dilakukan secepatnya. Tapi tahukah Anda ternyata dalam ilmu forensik ternyata autopsi 3D kerap digunakan dalam mengungkap sebuah kasus krimnal.
Karena berbagai alasan seperti alasan keagamaan, pribadi, atau lainnya, pasangan atau keluarga korban terkadang tidak ingin orang yang mereka cintai untuk diotopsi, pasca berbagai kasus kriminal seperti perampokan atau pembunuhan berencana. Bahkan, mereka tetap menolak meski otopsi bisa membuka tabir misteri soal kasus yang menimpa keluarganya.
Namun di masa depan, otopsi fisik tak akan lagi dibutuhkan karena pengembangan otopsi virtual. Otopsi virtual bersifat non-invasif, tidak merusak tubuh, dan tidak juga merusak bukti forensik. Sebagai gantinya, digunakan model 3D.
Hal ini bisa dicontohkan dengan misal ada bekas gigitan, hasil pemindaian bekas gigitan tersebut akan dicocokkan ke tersangka.
Untuk saat ini, prosedurnya tidak banyak digunakan karena pengembangan alatnya sangat mahal.
Universitas Flinders bahkan pernah memperkenalkan 4 meja perangkat pembedahan tubuh virtual seperti ini dan akan ditempatkan di kampus mereka di Adelaide, Mount Gambier, Darwin dan Renmark, dilengkapi dengan teknologi konferensi video yang saling terhubung diantara ke-4 lokasi ini maka memungkinkan prosedur pembedahan dilakukan di 4 kampus.
Tubuh wanita dan laki-laki ditampilkan di meja anatomi virtual didasarkan pada ukuran manusia sebenarnya - yakni wanita berusia 26 tahun yang meninggal karena kanker perut, dan jenazah seorang pria berusia 33 tahun yang meninggal karena leukaemia, tubuh kedua jenazah ini dibedah dengan cara yang rumit dan direplikasi dengan pandangan 3 dimensi.
Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Flinders, Paul Worley mengatakan teknologi baru ini akan memberikan mahasiswa kedokteran pemahaman yang lebih terintegrasi mengenai anatomi manusia.
Menurutnya teknologi ini terutama sekali akan sangat menguntungkan mahasiwa kedokteran di kawasan regional, yang dapat segera berpartisipasi dalam pelajaran pembedahan yang dilakukan oleh pakar di kota.
"Dalam rangka melahirkan dokter-dokter terbaik, klinik dipedesaan perlu memiliki akses informasi yang terbaik juga dan kehadiran meja anatomi virtual ini memungkinkan mereka akses terbaik mengenai anatomi ditangan merekai," kata Professor Worley.
Karena berbagai alasan seperti alasan keagamaan, pribadi, atau lainnya, pasangan atau keluarga korban terkadang tidak ingin orang yang mereka cintai untuk diotopsi, pasca berbagai kasus kriminal seperti perampokan atau pembunuhan berencana. Bahkan, mereka tetap menolak meski otopsi bisa membuka tabir misteri soal kasus yang menimpa keluarganya.
Namun di masa depan, otopsi fisik tak akan lagi dibutuhkan karena pengembangan otopsi virtual. Otopsi virtual bersifat non-invasif, tidak merusak tubuh, dan tidak juga merusak bukti forensik. Sebagai gantinya, digunakan model 3D.
Hal ini bisa dicontohkan dengan misal ada bekas gigitan, hasil pemindaian bekas gigitan tersebut akan dicocokkan ke tersangka.
Untuk saat ini, prosedurnya tidak banyak digunakan karena pengembangan alatnya sangat mahal.
Universitas Flinders bahkan pernah memperkenalkan 4 meja perangkat pembedahan tubuh virtual seperti ini dan akan ditempatkan di kampus mereka di Adelaide, Mount Gambier, Darwin dan Renmark, dilengkapi dengan teknologi konferensi video yang saling terhubung diantara ke-4 lokasi ini maka memungkinkan prosedur pembedahan dilakukan di 4 kampus.
Tubuh wanita dan laki-laki ditampilkan di meja anatomi virtual didasarkan pada ukuran manusia sebenarnya - yakni wanita berusia 26 tahun yang meninggal karena kanker perut, dan jenazah seorang pria berusia 33 tahun yang meninggal karena leukaemia, tubuh kedua jenazah ini dibedah dengan cara yang rumit dan direplikasi dengan pandangan 3 dimensi.
Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Flinders, Paul Worley mengatakan teknologi baru ini akan memberikan mahasiswa kedokteran pemahaman yang lebih terintegrasi mengenai anatomi manusia.
Menurutnya teknologi ini terutama sekali akan sangat menguntungkan mahasiwa kedokteran di kawasan regional, yang dapat segera berpartisipasi dalam pelajaran pembedahan yang dilakukan oleh pakar di kota.
"Dalam rangka melahirkan dokter-dokter terbaik, klinik dipedesaan perlu memiliki akses informasi yang terbaik juga dan kehadiran meja anatomi virtual ini memungkinkan mereka akses terbaik mengenai anatomi ditangan merekai," kata Professor Worley.
(wbs)