Puing-Puing Roket Long March 5B China Ditemukan di Indonesia dan Malaysia
loading...
A
A
A
PONTIANAK - Beberapa potongan roket besar China, Long March 5B yang jatuh ke Bumi juga ditemukan di wilayah Indonesia dan Malaysia. Belum ada laporan korban cedera atau kerusakan yang disebabkan bongkahan sampah luar angkasa yang jatuh itu.
Di Indonesia, serpihan roket Long March 5B jatuh di ladang perkebunan sawit milik warga di Desa Pengadang, Kecamatan Sekayam, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat. Penemuan tersebut dilaporkan ke Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sanggau dan sudah diberi garis polisi.
“Jadi, puing-puing yang signifikan jatuh di Kalimantan, Indonesia dan (Sarawak), Malaysia (keduanya di Pulau Kalimantan). Tidak ada korban atau kerusakan properti yang dilaporkan, tetapi puing-puing berada di dekat desa,” kata astrofisikawan dan pelacak satelit Jonathan McDowell, dari Pusat Astrofisika Harvard-Smithsonian melalui Twitter 1 Agustus 2022 yang dikutip SINDOnews dari laman Space.com, Selasa (2/8/2022).
Diketahui badan roket tahap inti Long March 5B seberat 25 ton jatuh kembali ke Bumi tanpa kendali pada Sabtu 30 Juli 2022. Sebagian besar booster terbakar saat jatuh dan melintas atmosfer, tetapi sebagian besar sekitar 20% hingga 40% menurut perkiraan para ahli masih utuh saat jatuh ke Bumi.
Roket Long March 5B diluncurkan pada 24 Juli 2022 untuk mengirimkan modul baru stasiun luar angkasa Tiangong China yang sedang dibangun. Tahap inti roket sudah mencapai orbit, kemudian ditarik kembali ke Bumi oleh gaya gravitasi selama enam hari berikutnya.
Strategi pembuangan ini, tabrakan yang tidak terkendali dan sulit diprediksi dari orbit, cukup unik dan jarang dilakukan di antara roket-roket besar. Skenario Long March 5B kontroversial dan juga unik, mengingat potensi cedera dan kerusakan yang ditimbulkannya pada setiap peluncuran.
Memang, banyak komunitas antariksa mengkritik pejabat antariksa China karena membiarkan inti Long March 5B menjadi bongkahan besar sampah antariksa. Apalagi, pada misi sebelumnya hal serupa sudah pernah terjadi.
Pada misi Long March 5B pertama, Mei 2020, beberapa puing roket jatuh di Pantai Gading di Afrika Barat. Kedua, pada April 2021, sisa-sisa roket Long March 5B jatuh ke Samudera Hindia.
“Apa yang seharusnya terjadi adalah, ada beberapa bahan bakar yang tersisa di kapal agar saat masuk kembali ke Bumi tetap terkontrol. Itu akan menjadi hal yang bertanggung jawab untuk dilakukan,” kata Darren McKnight, ahli teknis senior dari LeoLabs yang berbasis di California.
Lihat Juga: Laksamana Amerika Ketir-ketir Rusia Bakal Bantu China Pangkas Dominasi Militer AS, Begini Caranya
Di Indonesia, serpihan roket Long March 5B jatuh di ladang perkebunan sawit milik warga di Desa Pengadang, Kecamatan Sekayam, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat. Penemuan tersebut dilaporkan ke Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sanggau dan sudah diberi garis polisi.
“Jadi, puing-puing yang signifikan jatuh di Kalimantan, Indonesia dan (Sarawak), Malaysia (keduanya di Pulau Kalimantan). Tidak ada korban atau kerusakan properti yang dilaporkan, tetapi puing-puing berada di dekat desa,” kata astrofisikawan dan pelacak satelit Jonathan McDowell, dari Pusat Astrofisika Harvard-Smithsonian melalui Twitter 1 Agustus 2022 yang dikutip SINDOnews dari laman Space.com, Selasa (2/8/2022).
Diketahui badan roket tahap inti Long March 5B seberat 25 ton jatuh kembali ke Bumi tanpa kendali pada Sabtu 30 Juli 2022. Sebagian besar booster terbakar saat jatuh dan melintas atmosfer, tetapi sebagian besar sekitar 20% hingga 40% menurut perkiraan para ahli masih utuh saat jatuh ke Bumi.
Roket Long March 5B diluncurkan pada 24 Juli 2022 untuk mengirimkan modul baru stasiun luar angkasa Tiangong China yang sedang dibangun. Tahap inti roket sudah mencapai orbit, kemudian ditarik kembali ke Bumi oleh gaya gravitasi selama enam hari berikutnya.
Strategi pembuangan ini, tabrakan yang tidak terkendali dan sulit diprediksi dari orbit, cukup unik dan jarang dilakukan di antara roket-roket besar. Skenario Long March 5B kontroversial dan juga unik, mengingat potensi cedera dan kerusakan yang ditimbulkannya pada setiap peluncuran.
Memang, banyak komunitas antariksa mengkritik pejabat antariksa China karena membiarkan inti Long March 5B menjadi bongkahan besar sampah antariksa. Apalagi, pada misi sebelumnya hal serupa sudah pernah terjadi.
Pada misi Long March 5B pertama, Mei 2020, beberapa puing roket jatuh di Pantai Gading di Afrika Barat. Kedua, pada April 2021, sisa-sisa roket Long March 5B jatuh ke Samudera Hindia.
“Apa yang seharusnya terjadi adalah, ada beberapa bahan bakar yang tersisa di kapal agar saat masuk kembali ke Bumi tetap terkontrol. Itu akan menjadi hal yang bertanggung jawab untuk dilakukan,” kata Darren McKnight, ahli teknis senior dari LeoLabs yang berbasis di California.
Lihat Juga: Laksamana Amerika Ketir-ketir Rusia Bakal Bantu China Pangkas Dominasi Militer AS, Begini Caranya
(wib)