Jarak Bumi dan Matahari Semakin Menjauh, Dampaknya Bikin Khawatir

Senin, 08 Agustus 2022 - 08:45 WIB
loading...
Jarak Bumi dan Matahari Semakin Menjauh, Dampaknya Bikin Khawatir
Matahari dan Bumi bergerak dengan cara yang dapat diprediksi dan memiliki hubungan yang saling mempengaruhi. Salah satu faktanya, jarak rata-rata antara Bumi dan matahari tidak statis dari tahun ke tahun. Foto/Live Science
A A A
FLORIDA - Matahari dan Bumi bergerak dengan cara yang dapat diprediksi dan memiliki hubungan yang saling mempengaruhi. Salah satu faktanya, jarak rata-rata antara Bumi dan matahari tidak statis dari tahun ke tahun.

Rata-rata, Bumi berjarak sekitar 150 juta kilometer dari Matahari. Namun, menurut NASA orbitnya tidak melingkar sempurna, sedikit elips atau berbentuk oval, ini berarti jarak Bumi dari matahari dapat sekitar 91,4 juta hingga 94,5 juta mil.

Pergerakan Matahari dan Bumi dari waktu ke waktu ternyata mempengaruhi jarak keduanya. Dampaknya, rata-rata bentangan antara Bumi dan matahari perlahan bertambah seiring waktu.



Jarak yang semakin jauh ini memiliki dua penyebab utama. Salah satunya adalah bahwa matahari kehilangan massa (menyusut) dan ini menyebabkan pasang surut di Bumi.

Matahari terus-menerus menghasilkan energi, sehingga terus kehilangan massanya. Selama sisa masa hidup matahari, diperkirakan sekitar 5 miliar tahun lagi, NASA memprediksi Matahari akan kehilangan sekitar 0,1% dari total massanya dari waktu ke waktu sebelum mulai benar-benar mati.

“Meskipun 0,1% mungkin terdengar tidak banyak, faktanya ini massa yang banyak. Massanya (0,1%) kira-kira sama dengan massa Jupiter. Sedangkan Jupiter diperkirakan sekitar 318 kali massa Bumi,” kata Brian DiGiorgio, astronom University of California di Santa Cruz kepada Live Science, Senin (8/8/2022).



Aktivitas Matahari juga mempengaruhi pasang surut di Bumi, sama seperti tarikan gravitasi bulan. Namun, gaya pasang surut ini memiliki efek yang sangat lemah pada orbit Bumi, diperkirakan menyebabkan Bumi bergerak sekitar 0,0003 cm dari matahari setiap tahun.

Kekuatan tarikan gravitasi suatu benda sebanding dengan besarnya massa yang dimiliki. Karena matahari kehilangan massa, tarikannya ke Bumi melemah, menyebabkan planet kita menjauh dari sekitar 6 sentimeter per tahun. “Ini cukup diabaikan, terutama dibandingkan dengan variasi normal dalam jarak orbit Bumi yang sedikit elips, sekitar 3%,” kata DiGiorgio.

DiGiorgio menjelaskan, saat Bumi menjauh dari matahari, cahayanya akan menjadi lebih redup. Mengingat jarak Bumi dari Matahari dapat tumbuh sebesar 0,2% selama 5 miliar tahun ke depan, peredupan ini diperkirakan sekitar 0,4% energi matahari yang mengenai permukaan bumi.

“Ini relatif kecil dibandingkan dengan variasi normal dalam kecerahan matahari yang terjadi karena orbit elips Bumi, jadi tidak perlu terlalu dikhawatirkan. Hal yang lebih besar untuk dikhawatirkan adalah bahwa ketika matahari berevolusi selama 5 miliar tahun ke depan,” tutur DiGiorgio.


Jarak Bumi dan Matahari Semakin Menjauh, Dampaknya Bikin Khawatir


Model evolusi bintang memprediksi bahwa Matahari akan meningkatkan kecerahannya sekitar 6% setiap 1 miliar tahun. Kondisi ini, perlahan-lahan meningkatkan suhu Bumi dan mendidihkan lautan. “Ini akan membuat Bumi tidak dapat dihuni manusia jauh sebelum matahari berpotensi menelannya,” ujar DiGiorgio.

Dalam waktu sekitar 5 miliar tahun, Matahari diperkirakan akan kehabisan bahan bakar hidrogennya, yang diartikan sebagai kematian Matahari. Sebelum kematiannya tiba, Matahari akan mulai membengkak, menjadi bintang raksasa merah.

Saat ini ada beberapa ketidaksepakatan tentang seberapa besar matahari akan membengkak selama fase raksasa merahnya. Dengan asumsi Bumi terus berjalan menjauhi Matahari tanpa gangguan, berarti planet kita dapat bertahan dan terus mengorbit karena jauh dari matahari yang sekarat.

“Namun, jika Bumi bertahan, tidak ada kemungkinan manusia bisa bertahan. Panas dan radiasi dari Matahari yang mengganggu tidak hanya akan mendidihkan lautan dan atmosfer, tetapi mungkin akan mendidihkan Bumi itu sendiri. Manusia harus meninggalkan bola lava yang menyala jauh sebelum menelan Bumi,” kata DiGiorgio.
(wib)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2055 seconds (0.1#10.140)