Makam Pembuat Tembok Ratapan Ditemukan, Yahudi Percaya Kemunculan Dajjal Semakin Dekat
loading...
A
A
A
JERUSALEM - Arkeolog Israel mengumumkan bahwa mereka telah menemukan makam Raja Herodes dam terus memburu setiap peninggalannya. Raja Herodes sendiri menurut kepercayaan Yahudi adalah orang yang membangun Tembok Ratapan tempat suci dalam tradisi Yahudi.
Menariknya makam tersebut berdiri sebuah kompleks besar yang dibangun oleh Herodes di sebuah bukit berbentuk kerucut di padang pasir di luar Yerusalem. Bangsa Yahudi percaya penemuan semua peninggalan Raja Herodes akan mempercepat kemunculan sang Agung (Dajjal).
Arkeolog Ehud Netzer mengumumkan ia telah menemukan tempat peristirahatan terakhir raja. Makam itu adalah bangunan berukuran (10x10 meter) dengan atap runcing dan tiga peti mati.
Salah satu peti mati ini, batu merah berukir, diduga menjadi makamnya. Sebuah pameran besar tentang makam saat ini dipajang Oktober ini di Museum Israel. Netzer meninggal pada 2010 karena terjatuh tidak jauh dari lokasi penggalian.
Sekarang, Patrich dan rekannya Benjamin Arubas, juga dari Universitas Ibrani Yerusalem, mengklaim makam itu bukan makam Herodes Agung. Strukturnya terlalu kecil untuk ahli bangunan yang memiliki visi untuk dirinya sendiri. Dan, perencanaan dan desain yang buruk juga tidak menjadi ciri khasnya, kata Patrich dan Arubas.
Misalnya, bangunan ini lebih kecil dibandingkan dengan makam keluarga kerajaan pada masa yang sama.
“Bangunan ini dari sisi dimensi terlalu moderat jika Anda mengira ini makam raja Herodes Agung,” kata Patrich seperti dilansir dari Jerusalem Post.
Tembok Ratapan, yang juga dikenal sebagai Tembok Barat, adalah bagian tembok kuno yang tingginya 56 meter yang dibangun oleh Raja Herodes Agung sebagai dinding penahan pada komplek Bait Allah. Tembok Rapatan ada pada sisi barat Bait di bagian kota tua Yerusalem.
Herodes Agung membangun lapisan tertua tembok ini pada tahun 20 S.M. dan 19 S.M. ketika bait Yahudi kedua sedang didirikan. Tembok ini panjangnya 487 meter, namun karena tertutup oleh rumah penduduk maka tidak terlihat secara utuh.
Pada zaman ini bagian Tembok Ratapan yang tampak menghadap sebuah plaza di Wilayah Yahudi kota Yerusalem dan menjadi tempat ziarah dan tempat berdoa bagi umat Yahudi sejak abad ke-16. Perlu ditekankan bahwa orang Yahudi tidak menggunakan istilah Tembok Ratapan, melainkan Tembok Barat atau Ha-Kotel ("Tembok").
Setidaknya tujuh belas lapis Tembok Ratapan duduknya lebih rendah dari jalanan, namun batu-batu raksasa yang berada di bawah lokasi Tembok yang tampak, yang dijuluki ashlar, telah ada dari zaman Herodes.
Batu-batuan raksasa ini yang masing-masing berbobot antara satu hingga delapan ton, dan dioleh dengan presisi sehingga terpasang dengan rapat tanpa plester semen. Ada beberapa bagian pojok yang mengalami erosi dan lubangnya diisi dengan kertas bertuliskan doa oleh penganut Yahudi Ortodoks.
Menariknya makam tersebut berdiri sebuah kompleks besar yang dibangun oleh Herodes di sebuah bukit berbentuk kerucut di padang pasir di luar Yerusalem. Bangsa Yahudi percaya penemuan semua peninggalan Raja Herodes akan mempercepat kemunculan sang Agung (Dajjal).
Arkeolog Ehud Netzer mengumumkan ia telah menemukan tempat peristirahatan terakhir raja. Makam itu adalah bangunan berukuran (10x10 meter) dengan atap runcing dan tiga peti mati.
Salah satu peti mati ini, batu merah berukir, diduga menjadi makamnya. Sebuah pameran besar tentang makam saat ini dipajang Oktober ini di Museum Israel. Netzer meninggal pada 2010 karena terjatuh tidak jauh dari lokasi penggalian.
Sekarang, Patrich dan rekannya Benjamin Arubas, juga dari Universitas Ibrani Yerusalem, mengklaim makam itu bukan makam Herodes Agung. Strukturnya terlalu kecil untuk ahli bangunan yang memiliki visi untuk dirinya sendiri. Dan, perencanaan dan desain yang buruk juga tidak menjadi ciri khasnya, kata Patrich dan Arubas.
Misalnya, bangunan ini lebih kecil dibandingkan dengan makam keluarga kerajaan pada masa yang sama.
“Bangunan ini dari sisi dimensi terlalu moderat jika Anda mengira ini makam raja Herodes Agung,” kata Patrich seperti dilansir dari Jerusalem Post.
Tembok Ratapan, yang juga dikenal sebagai Tembok Barat, adalah bagian tembok kuno yang tingginya 56 meter yang dibangun oleh Raja Herodes Agung sebagai dinding penahan pada komplek Bait Allah. Tembok Rapatan ada pada sisi barat Bait di bagian kota tua Yerusalem.
Herodes Agung membangun lapisan tertua tembok ini pada tahun 20 S.M. dan 19 S.M. ketika bait Yahudi kedua sedang didirikan. Tembok ini panjangnya 487 meter, namun karena tertutup oleh rumah penduduk maka tidak terlihat secara utuh.
Pada zaman ini bagian Tembok Ratapan yang tampak menghadap sebuah plaza di Wilayah Yahudi kota Yerusalem dan menjadi tempat ziarah dan tempat berdoa bagi umat Yahudi sejak abad ke-16. Perlu ditekankan bahwa orang Yahudi tidak menggunakan istilah Tembok Ratapan, melainkan Tembok Barat atau Ha-Kotel ("Tembok").
Setidaknya tujuh belas lapis Tembok Ratapan duduknya lebih rendah dari jalanan, namun batu-batu raksasa yang berada di bawah lokasi Tembok yang tampak, yang dijuluki ashlar, telah ada dari zaman Herodes.
Batu-batuan raksasa ini yang masing-masing berbobot antara satu hingga delapan ton, dan dioleh dengan presisi sehingga terpasang dengan rapat tanpa plester semen. Ada beberapa bagian pojok yang mengalami erosi dan lubangnya diisi dengan kertas bertuliskan doa oleh penganut Yahudi Ortodoks.
(wbs)