Hadapi Ancaman Rudal Hipersonik dan Balistik, AS Bentuk Komando Sistem Luar Angkasa
loading...
A
A
A
WASHINGTON - Menghadapi ancaman rudal hipersonik dan balistik, Amerika Serikat (AS) membentuk kantor program baru dan pengadaan satelit yang lebih canggih. Komando Sistem Luar Angkasa (Space Systems Command/SSC) mengoordinasikan pengadaan satelit yang berbeda untuk mendeteksi rudal balistik dan hipersonik.
Kantor program baru ini merupakan gabungan antara Komando Sistem Luar Angkasa, Badan Pengembangan Luar Angkasa (Space Development Agency/SDA), dan Badan Pertahanan Rudal (Missile Defense Agency/MDA). SSC yang merupakan bagian pengadaan Angkatan Luar Angkasa AS, mengumumkan penataan kembali pada 15 September 2022.
“Kantor program gabungan membangun kemitraan resmi terkait peringatan rudal, pelacakan rudal, dan organisasi akuisisi pertahanan rudal untuk pengiriman yang lebih besar dari kemampuan sensor-ke-penembak yang terintegrasi dan tangguh,” kata Kolonel Brian Denaro, pejabat eksekutif program penginderaan ruang angkasa SSC dikutip SINDOnews dari laman SpaceNews, Sabtu (17/9/2022).
Perwakilan dari tiga lembaga akan mengoordinasikan apa yang digambarkan sebagai arsitektur multilayer dari satelit pertahanan rudal di orbit geostasioner Bumi. Setiap lembaga ini diberikan tugas sesuai dengan spesialisasinya. “Musuh kami terus mengembangkan teknologi rudal yang lebih cepat, redup, dan lebih bermanuver,” kata Denaro.
Badan Pertahanan Rudal (MDA) selama beberapa dekade telah bertugas menyebarkan sensor dan pencegat untuk melindungi AS dan sekutunya dari rudal balistik. Angkatan Luar Angkasa (Space Force) ketika didirikan pada Desember 2019 mengambil alih perang Angkatan Udara dalam pengembangan dan pengadaan satelit peringatan rudal geostasioner.
Departemen Pertahanan AS (DoD) atau yang popular disebut Pentagon, dalam Tinjauan Pertahanan Rudal 2019 menambahkan lapisan satelit baru ke dalam campuran dan memutuskan untuk berinvestasi dalam jaringan sensor ruang orbit Bumi yang rendah untuk melacak rudal hipersonik Rusia dan China.
DoD juga menciptakan Badan Pengembangan Luar Angkasa pada tahun 2019 untuk menempatkan jaringan pelacak rudal menggunakan sejumlah besar satelit yang lebih kecil dan lebih murah di orbit yang lebih rendah. SDA bulan depan akan menjadi bagian dari Space Force.
Sementara itu, MDA mendapatkan peran utama untuk mengembangkan pertahanan terhadap senjata hipersonik. Badan tersebut memulai sistem satelit orbit rendah Bumi yang disebut Hypersonic and Ballistic Tracking Space Sensor (HBTSS).
Seorang juru bicara SDA mengatakan kantor gabungan itu akan memungkinkan pengembangan dan penerjunan kemampuan yang terkoordinasi. “Kolaborasi erat antara SDA, SSC, dan MDA akan memastikan bahwa kami mampu mengalahkan ancaman ini,” kata Walter Chai, direktur sensor ruang angkasa di MDA.
Secara terpisah, Angkatan Luar Angkasa sedang mengembangkan lapisan satelit sensor lain untuk melacak rudal hipersonik dari orbit Bumi menengah. Dengan pertahanan yang terkoordinasi diharapkan AS mampu mengatasi ancaman rudal hipersonik dan balistik musuh.
Kantor program baru ini merupakan gabungan antara Komando Sistem Luar Angkasa, Badan Pengembangan Luar Angkasa (Space Development Agency/SDA), dan Badan Pertahanan Rudal (Missile Defense Agency/MDA). SSC yang merupakan bagian pengadaan Angkatan Luar Angkasa AS, mengumumkan penataan kembali pada 15 September 2022.
“Kantor program gabungan membangun kemitraan resmi terkait peringatan rudal, pelacakan rudal, dan organisasi akuisisi pertahanan rudal untuk pengiriman yang lebih besar dari kemampuan sensor-ke-penembak yang terintegrasi dan tangguh,” kata Kolonel Brian Denaro, pejabat eksekutif program penginderaan ruang angkasa SSC dikutip SINDOnews dari laman SpaceNews, Sabtu (17/9/2022).
Perwakilan dari tiga lembaga akan mengoordinasikan apa yang digambarkan sebagai arsitektur multilayer dari satelit pertahanan rudal di orbit geostasioner Bumi. Setiap lembaga ini diberikan tugas sesuai dengan spesialisasinya. “Musuh kami terus mengembangkan teknologi rudal yang lebih cepat, redup, dan lebih bermanuver,” kata Denaro.
Badan Pertahanan Rudal (MDA) selama beberapa dekade telah bertugas menyebarkan sensor dan pencegat untuk melindungi AS dan sekutunya dari rudal balistik. Angkatan Luar Angkasa (Space Force) ketika didirikan pada Desember 2019 mengambil alih perang Angkatan Udara dalam pengembangan dan pengadaan satelit peringatan rudal geostasioner.
Departemen Pertahanan AS (DoD) atau yang popular disebut Pentagon, dalam Tinjauan Pertahanan Rudal 2019 menambahkan lapisan satelit baru ke dalam campuran dan memutuskan untuk berinvestasi dalam jaringan sensor ruang orbit Bumi yang rendah untuk melacak rudal hipersonik Rusia dan China.
DoD juga menciptakan Badan Pengembangan Luar Angkasa pada tahun 2019 untuk menempatkan jaringan pelacak rudal menggunakan sejumlah besar satelit yang lebih kecil dan lebih murah di orbit yang lebih rendah. SDA bulan depan akan menjadi bagian dari Space Force.
Baca Juga
Sementara itu, MDA mendapatkan peran utama untuk mengembangkan pertahanan terhadap senjata hipersonik. Badan tersebut memulai sistem satelit orbit rendah Bumi yang disebut Hypersonic and Ballistic Tracking Space Sensor (HBTSS).
Seorang juru bicara SDA mengatakan kantor gabungan itu akan memungkinkan pengembangan dan penerjunan kemampuan yang terkoordinasi. “Kolaborasi erat antara SDA, SSC, dan MDA akan memastikan bahwa kami mampu mengalahkan ancaman ini,” kata Walter Chai, direktur sensor ruang angkasa di MDA.
Secara terpisah, Angkatan Luar Angkasa sedang mengembangkan lapisan satelit sensor lain untuk melacak rudal hipersonik dari orbit Bumi menengah. Dengan pertahanan yang terkoordinasi diharapkan AS mampu mengatasi ancaman rudal hipersonik dan balistik musuh.
(wib)