Alasan Ilmiah FIFA Melarang Gas Air Mata Berada di Pertandingan Sepak Bola

Minggu, 02 Oktober 2022 - 08:50 WIB
loading...
Alasan Ilmiah FIFA Melarang Gas Air Mata Berada di Pertandingan Sepak Bola
Gas air mata digunakan saat kerusuhan suporter di Stadion Kanjuruhan meletus, Sabtu (1/10/2022)/ FOTO/ IST
A A A
MALANG - Gas air mata disebut-sebut sebagai alasan utama banyaknya korban berjatuhan di Stadion Kanjuruhan, Malang, dalam laga Arema FC vs Persebaya Surabaya. Padahal, gas air mata sangat diharamkan di dunia sepakbola lantaran FIFA sudah melarang penggunaan benda tersebut.

Federasi Sepak Bola Dunia (FIFA) punya aturan tentang penggunaan gas air mata dan senjata api saat pertandingan, pasalnya tensi emosi saat berlaga tak mampu dibaca, dan hal ini bisa memicu emosi aparat yang jaga.

Penggunaan gas air mata yang dilakukan petugas keamanan jelas telah melanggar aturan FIFA. Dalam aturan FIFA soal pengamanan dan keamanan stadion alias FIFA Stadium Safety and Security Regulations, tertuang poin penggunaan gas air mata dilarang , tertulis bahwa gas air mata tidak boleh dipakai.



“Senjata api atau gas pengendali massa (gas air mata) tidak diboleh dibawa atau digunakan,” bunyi pasal 19 b di aturan FIFA soal pengamanan dan keamanan stadion, Minggu (2/10/2022).

Mengutip Daily Mail, para peneliti telah mengaitkan sains di balik perilaku-perilaku para suporter bola, salah satunya adalah menyanyi bersama.

Department of Cognitive, Perceptual and Brain sciences di University College London, Daniel Richardson memberikan penjelasan ilmiahnya. Ia mengatakan nyanyian merupakan salah satu cara untuk mengubah identitas sosial mereka.

"Ketika menonton di stadion sepak bola, kita bernyanyi atau berpakaian sama, kita akan memutar tombol pada bagian identitas diri sendiri yang terhubung dengan kelompok yang lebih besar," ungkapnya kepada Naked Scientists.

Ketika bernyanyi bersama, suasana hatimu membaik, dan detak jantungmu akan tersinkronasi di dalam kelompok, sehingga memperkuat ikatan dalam kelompok. Hal ini juga berlaku bagi mereka yang suka memukul drum bersama-sama.

"Bernyanyi dan memukul drum dengan berirama adalah tentang menciptakan ikatan dalam komunitas, apalagi jika dilakukan dengan sinkron," ungkap antropolog Inggris di University of Oxford, Robin Dunbar.


Kegiatan-kegiatan ini mampu "menendang" sistem endorfin di dalam otak, sehingga membuat kita merasakan efek bagaikan mengonsumsi morfin. Efeknya kamu akan merasa terikat kepada orang yang melakukan tindakan sama. Musik bisa menjadi social lubricant yang mencairkan suasana, termasuk di stadion Wembley yang berisikan 50 ribu penggemar.

Selain bentuk pengekspresian diri bahagia, kesedihan juga menimpa mereka yang mendukung tim kalah. Meski begitu, ada juga sisi baiknya dari kekalahan ini. Menurut sebuah studi yang dipublikasikan oleh British Journal of Social Psychology, laki-laki lebih nyaman untuk mengekspresikan kesedihannya melalui olahraga.

Kericuhan terjadi dalam laga Arema vs Persebaya yang berakhir dengan skor 2-3 untuk kekalahan tuan rumah di pekan ke-11 Liga 1 2022-2023, Sabtu 1 Oktober 2022 malam WIB. Semua berawal dari penonton Arema yang mencoba masuk ke lapangan karena kecewa timnya tumbang.

Petugas keamanan berusaha untuk mengontrol situasi yang tidak kondusif itu. Gas air mata pun mereka lontarkan ke arah tribun penonton.

Lalu, imbas dari lemparan gas air mata itu pun membuat para penonton di tribun menjadi panik karena membuat mata perih. Situasi pun semakin kacau karena mereka berusaha untuk mencari jalan keluar dengan berdesak-desakan.
(wbs)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1986 seconds (0.1#10.140)