Cegah Kemusnahan Massal, CIA Suntikkan Modal ke Teknologi Pembangkit Kematian
loading...
A
A
A
JAKARTA - Badan intelijen Amerika Serikat, CIA menyuntikkan modal ke perusahan riset Colossal Biosciences guna mengembangkan metode resureksi DNA yang bisa membangkitkan makhluk hidup dari kematian. Campur tangan Central Intelligence Agency ke Colossal Biosciences diyakini pada fakta bahwa dunia semakin dekat dengan bencana iklim.
Selain itu kegiatan harian manusia juga terus berdampak buruk pada lingkungan. Mulai dari mencemari lautan, dan memompa gas rumah kaca ke atmosfer. Hal itu diperkirakan memmbuat spesies di bumi akan punah dengan kecepatan tinggi. Keadaan itu sendiri coba diatasi para ilmuwan dengan mengembangkan teknik atau metode De-Extinction atau mencegah kepunahan.
De-Extinction berupaya menghidupkan kembali hewan yang telah punah melalui rekayasa transgenik. Upaya ini bukan isapan jempol belaka karena para ilmuwan dalam waktu dekat akan menghidupkan kembali harimau Tasmania yang sudah punah.
Potensi itulah yang membuat CIA berinvestasi pada Colossal Biosciences. Pasalnya Colossal Biosciences memiliki hal yang berbeda dalam melakukan De-Extinction.
Alih-alih mencoba membangkitkan kembali hewan-hewan kecil dari kematian. Perusahaan riset yang berbasis di St Austin, Texas, Amerika Serikat itu justru ingin membangkitkan lagi gajah purba, mammoth atau mamut.
Disebutkan The Intercept, Colossal Biosciences berupaya membangkitkan mamut dari kematian dengan melakukan pengeditan gen CRISPR atau Clustered Regularly Interspaced Short Palindromic Repeats. Teknologi itu adalah suatu produk bioteknologi modern yang mampu menjadikan proses rekayasa genetika organisme semakin presisi, semakin mudah dan semakin murah.
“CRISPR adalah penggunaan gunting genetik. Anda akan masuk ke DNA, yang merupakan rantai sepanjang 3 miliar molekul, dan memotong sebagian dan menggantinya. Anda dapat memotong mutasi yang buruk dan memasukkan gen yang baik, tetapi gunting pengeditan ini juga dapat mengeluarkan terlalu banyak,” jelas Robert Klitzman, seorang ahli bioetika di Universitas Columbia.
Menurut Colossal Biosciences, hasil akhirnya secara teknis tidak akan benar-benar jadi gajah purba, mamut. Hewan yang dibangkitkan nanti akan tampil dalam bentuk gajah yang punya kemampuan lebih yakni tahan dinggin seperti mamut.
Kemampuan membangkitkan hewan dari kematian itulah yang ternyata berhasil membuat CIA tertarik. Lalu pertanyaannya apa yang diinginkan CIA dari teknologi itu?
Pendiri Colossal Biosciences Ben Lamm kepada Intercept mengatakan teknologi yang dikembangkan perusahaannya sangat penting buat perkembangan bioteknologi dan bioekonomi. Jadi wajar jika CIA tertarik dengan apa yang mereka lakukan.
"Sangat penting buat lembaga pemerintahan, apa pun itu fokus kerjanya, untuk mengembangkan dan memahami apa saja yang memungkinkan untuk mencegah pemusnahan massak," jelas Ben Lamm.
Sementara perusahaan ventura Amerika Serikat, In-Q-Tel menyebutkan ketertarikan CIA pada Colossal Biosciences sangat normal. Kemampuan menguasai teknologi itu justru akan membuat Amerika berada dalam posisi yang sangat penting di dunia.
"Dukungan mereka akan membuat Amerika Serikat bisa membaca, menulis, dan mengedit materi genetik. Yang terpenting hal itu bisa membuat Amerika mengendalikan persaingan antar bangsa. Di saat yang bersama memungkinkan mereka menetapkan n standar etika, serta teknologi penggunaannya," tulis In-Q-Tel.
Selain itu kegiatan harian manusia juga terus berdampak buruk pada lingkungan. Mulai dari mencemari lautan, dan memompa gas rumah kaca ke atmosfer. Hal itu diperkirakan memmbuat spesies di bumi akan punah dengan kecepatan tinggi. Keadaan itu sendiri coba diatasi para ilmuwan dengan mengembangkan teknik atau metode De-Extinction atau mencegah kepunahan.
De-Extinction berupaya menghidupkan kembali hewan yang telah punah melalui rekayasa transgenik. Upaya ini bukan isapan jempol belaka karena para ilmuwan dalam waktu dekat akan menghidupkan kembali harimau Tasmania yang sudah punah.
Potensi itulah yang membuat CIA berinvestasi pada Colossal Biosciences. Pasalnya Colossal Biosciences memiliki hal yang berbeda dalam melakukan De-Extinction.
Alih-alih mencoba membangkitkan kembali hewan-hewan kecil dari kematian. Perusahaan riset yang berbasis di St Austin, Texas, Amerika Serikat itu justru ingin membangkitkan lagi gajah purba, mammoth atau mamut.
Disebutkan The Intercept, Colossal Biosciences berupaya membangkitkan mamut dari kematian dengan melakukan pengeditan gen CRISPR atau Clustered Regularly Interspaced Short Palindromic Repeats. Teknologi itu adalah suatu produk bioteknologi modern yang mampu menjadikan proses rekayasa genetika organisme semakin presisi, semakin mudah dan semakin murah.
“CRISPR adalah penggunaan gunting genetik. Anda akan masuk ke DNA, yang merupakan rantai sepanjang 3 miliar molekul, dan memotong sebagian dan menggantinya. Anda dapat memotong mutasi yang buruk dan memasukkan gen yang baik, tetapi gunting pengeditan ini juga dapat mengeluarkan terlalu banyak,” jelas Robert Klitzman, seorang ahli bioetika di Universitas Columbia.
Menurut Colossal Biosciences, hasil akhirnya secara teknis tidak akan benar-benar jadi gajah purba, mamut. Hewan yang dibangkitkan nanti akan tampil dalam bentuk gajah yang punya kemampuan lebih yakni tahan dinggin seperti mamut.
Kemampuan membangkitkan hewan dari kematian itulah yang ternyata berhasil membuat CIA tertarik. Lalu pertanyaannya apa yang diinginkan CIA dari teknologi itu?
Pendiri Colossal Biosciences Ben Lamm kepada Intercept mengatakan teknologi yang dikembangkan perusahaannya sangat penting buat perkembangan bioteknologi dan bioekonomi. Jadi wajar jika CIA tertarik dengan apa yang mereka lakukan.
"Sangat penting buat lembaga pemerintahan, apa pun itu fokus kerjanya, untuk mengembangkan dan memahami apa saja yang memungkinkan untuk mencegah pemusnahan massak," jelas Ben Lamm.
Sementara perusahaan ventura Amerika Serikat, In-Q-Tel menyebutkan ketertarikan CIA pada Colossal Biosciences sangat normal. Kemampuan menguasai teknologi itu justru akan membuat Amerika berada dalam posisi yang sangat penting di dunia.
"Dukungan mereka akan membuat Amerika Serikat bisa membaca, menulis, dan mengedit materi genetik. Yang terpenting hal itu bisa membuat Amerika mengendalikan persaingan antar bangsa. Di saat yang bersama memungkinkan mereka menetapkan n standar etika, serta teknologi penggunaannya," tulis In-Q-Tel.
(wsb)