Terjadi 20.000 Kali Gempa Bumi Setahun, Ancaman Nyata yang Sering Diabaikan

Rabu, 19 Oktober 2022 - 13:22 WIB
loading...
Terjadi 20.000 Kali Gempa Bumi Setahun, Ancaman Nyata yang Sering Diabaikan
Gempa bumi salah satu bencana alam paling mematikan karena terjadi tanpa ada peringatan apa pun. Foto/Pixabay/Gamatechno/Space
A A A
WASHINGTON - Gempa bumi salah satu bencana alam paling mematikan karena terjadi tanpa ada peringatan apa pun. Dahsyatnya, menurut Survei Geologi Amerika Serikat (USGS), sehari rata-rata terjadi 55 kali atau 20.000 kali gempa bumi dalam setahun.

Untungnya, sebagian besar gempa bumi tidak diperhatikan karena terlalu lemah sehingga tidak menyebabkan kerusakan. Para ilmuwan mengantisipasi sekitar 16 gempa bumi besar setiap tahun dengan magnitude 7 ke atas, setelah mempelajari catatan panjang dari sekitar tahun 1900.

Menurut USGS, dalam 40 hingga 50 tahun terakhir telah melampaui angka ini sekitar 12 kali, dan pada tahun 2010 saja mengalami 23 gempa bumi besar. Namun, tetap saja manusia belum mampu memprediksi kapan dan di mana gempa bumi terjadi.



Alih-alih menginvestasikan waktu dan energi ke dalam tindakan pencegahan yang sia-sia. Manusia telah belajar bahwa kesiapan dan infrastruktur yang tepat adalah kunci pencegahan terjadi kerusakan dan korban. Seperti kata pepatah terkenal "gempa bumi tidak membunuh orang, bangunanlah yang membunuh."

Banyak daerah yang rawan gempa telah menerapkan peraturan bangunan yang ketat untuk membantu memastikan bahwa bangunan baru atau penyesuaian bangunan lama dilakukan dengan mempertimbangkan ketahanan gempa. Ada banyak contoh perbaikan bangunan, mulai dari peredam kejut karet di fondasi untuk membantu menyerap getaran hingga rangka baja khusus yang dirancang untuk bergoyang tanpa mempengaruhi integritas struktural bangunan.
Terjadi 20.000 Kali Gempa Bumi Setahun, Ancaman Nyata yang Sering Diabaikan


Hebatnya, gedung pencakar langit besar juga dapat dibangun untuk menahan guncangan tanah yang cukup besar. Beberapa dibangun berisi bola stabilisasi besar yang dikenal sebagai "peredam" yang pada dasarnya bertindak sebagai pendulum raksasa, bergerak maju mundur untuk melawan setiap gerakan bangunan itu sendiri.

“Peredam ini membantu menstabilkan bangunan selama angin kencang, atau aktivitas seismik. Anda dapat melihat sendiri salah satu peredam ini dari dek observasi di gedung Taipei 101 yang terkenal di Taiwan,” tulis laman Space.com yang dikutip SINDOnews, Rabu (19/10/2022)



Ini Penyebab Gempa Bumi
Gempa bumi dipicu oleh berbagai proses termasuk letusan gunung berapi, tanah longsor dan bahkan hantaman meteor dari luar angkasa. Tetapi penyebab paling umum dari gempa bumi berada jauh di bawah Bumi dalam bentuk lempeng tektonik.

Di lapisan atas mantel Bumi dikenal astenosfer yang terletak di lapisan terluar Bumi, litosfer. Lapisan ini terdiri dari banyak potongan, atau piring, yang berdesak-desakan di atas astenosfer seperti teka-teki jigsaw yang energik.

Suhu di astenosfer sekitar 1.300 derajat Celcius hingga 1.700 derajat Celcius dan kedalamannya antara 100 km hingga 250 km di bawah permukaan bumi. Suhu tinggi mengakibatkan lapisan astenosfer memiliki elastisitas yang cukup untuk "mengalir" meskipun padat.

Menurut situs web pendidikan Study.com, lapisan ulet ini dapat mengalir perlahan di bawah konveksi panas dan membantu memindahkan magma dan batuan melalui Bumi. Aktivitas ini berkontribusi pada pergerakan lempeng tektonik.
Terjadi 20.000 Kali Gempa Bumi Setahun, Ancaman Nyata yang Sering Diabaikan


Akhirnya, lapisan batuan itu tergelincir, melepaskan sejumlah besar energi dalam gelombang yang berjalan melalui interior bumi ke permukaan dan menghasilkan getaran yang kita rasakan selama gempa bumi. Titik di permukaan bumi yang terletak tepat di atas fokus atau hiposenter gempa dikenal sebagai episentrum.



Menurut USGS, gempa bumi dapat muncul di mana saja antara permukaan bumi hingga kedalaman sekitar 700 kilometer. Mereka lazim terjadi di sepanjang tepi batas lempeng dan menurut Survei Geologi Inggris, lebih dari 80% terjadi di sekitar tepi Samudra Pasifik, di daerah yang dikenal sebagai "Cincin Api."
(wib)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1442 seconds (0.1#10.140)