Sampel Misi Change 5 China Menjungkirbalikkan Teori Vulkanisme Bulan
loading...
A
A
A
BEIJING - Analisis sampel Bulan yang dikembalikan oleh Misi Bulan Chang'e 5 China telah menghasilkan kemungkinan jawaban baru teori vulkanisme di akhir sejarah bulan. Sebab, sampel yang dikembalikan oleh Chang'e 5 pada akhir 2020, hanya berusia 2 miliar tahun.
Fakta ini berbeda dengan sampel Bulan yang dikembalikan oleh misi Apollo dan Luna sebelumnya, semuanya lebih tua dari sekitar 3 miliar tahun. Termasuk data kandungan air dan unsur radioaktif di bagian dalam Bulan.
Para ilmuwan sebelumnya berspekulasi bahwa kandungan air yang relatif tinggi atau keberadaan unsur radioaktif penghasil panas di interior atau lapisan dalam Bulan mungkin telah mendorong vulkanisme pada tahap akhir kehidupan Bulan di beberapa daerah. Namun, data Chang'e-5 baru diterbitkan di Nature tampaknya telah mengesampingkan hipotesis ini.
Para peneliti yang dipimpin oleh Chen Yi dari Institut Geologi dan Geofisika Akademi Ilmu Pengetahuan China (IGGCAS) menemukan bahwa titik leleh yang lebih rendah untuk sebagian mantel Bulan. Ini akibat adanya komponen yang dapat melebur dan mudah meleleh, yang mengarah ke usia Bulan yang lebih muda.
“Pencairan mantel bulan baru-baru ini dapat dicapai dengan menaikkan suhu atau menurunkan titik leleh. Untuk lebih memahami masalah ini, kita harus memperkirakan suhu dan tekanan di mana vulkanisme muda diciptakan,” kata Chen dalam sebuah pernyataan dikutip SINDOnews dari laman Space.com, Sabtu (22/10/2022).
Para peneliti melakukan serangkaian kristalisasi fraksional dan simulasi pencairan mantel Bulan untuk membandingkan 27 sampel klastik basal Chang'e 5 dengan basal Apollo. Mereka menemukan bahwa magma muda yang dikumpulkan oleh Chang'e 5 memiliki kandungan kalsium oksida dan titanium dioksida yang lebih tinggi daripada magma Apollo yang lebih tua.
Ini adalah kumulasi laut magma bulan tahap akhir yang kaya kalsium-titanium lebih mudah meleleh daripada akumulasi awal. “Ini adalah hasil yang menarik, menunjukkan kontribusi signifikan dari lautan magma bulan tahap akhir terakumulasi ke formasi vulkanik Chang'e 5,” kata Dr Su Bin, penulis pertama studi tersebut.
Penelitian ini menyajikan bukti untuk mekanisme pertama yang layak untuk menjelaskan vulkanisme muda di bulan yang kompatibel dengan sampel Chang'e 5 yang baru kembali dan dapat membantu memahami evolusi termal dan magmatik Bulan. Studi tersebut dipublikasikan dalam jurnal Science Advances pada Jumat (21/10/2022).
Lihat Juga: 5 Drama China Terpopuler pada November 2024, Rekomendasi Terbaik untuk Pecinta Serial Asia
Fakta ini berbeda dengan sampel Bulan yang dikembalikan oleh misi Apollo dan Luna sebelumnya, semuanya lebih tua dari sekitar 3 miliar tahun. Termasuk data kandungan air dan unsur radioaktif di bagian dalam Bulan.
Para ilmuwan sebelumnya berspekulasi bahwa kandungan air yang relatif tinggi atau keberadaan unsur radioaktif penghasil panas di interior atau lapisan dalam Bulan mungkin telah mendorong vulkanisme pada tahap akhir kehidupan Bulan di beberapa daerah. Namun, data Chang'e-5 baru diterbitkan di Nature tampaknya telah mengesampingkan hipotesis ini.
Para peneliti yang dipimpin oleh Chen Yi dari Institut Geologi dan Geofisika Akademi Ilmu Pengetahuan China (IGGCAS) menemukan bahwa titik leleh yang lebih rendah untuk sebagian mantel Bulan. Ini akibat adanya komponen yang dapat melebur dan mudah meleleh, yang mengarah ke usia Bulan yang lebih muda.
“Pencairan mantel bulan baru-baru ini dapat dicapai dengan menaikkan suhu atau menurunkan titik leleh. Untuk lebih memahami masalah ini, kita harus memperkirakan suhu dan tekanan di mana vulkanisme muda diciptakan,” kata Chen dalam sebuah pernyataan dikutip SINDOnews dari laman Space.com, Sabtu (22/10/2022).
Para peneliti melakukan serangkaian kristalisasi fraksional dan simulasi pencairan mantel Bulan untuk membandingkan 27 sampel klastik basal Chang'e 5 dengan basal Apollo. Mereka menemukan bahwa magma muda yang dikumpulkan oleh Chang'e 5 memiliki kandungan kalsium oksida dan titanium dioksida yang lebih tinggi daripada magma Apollo yang lebih tua.
Ini adalah kumulasi laut magma bulan tahap akhir yang kaya kalsium-titanium lebih mudah meleleh daripada akumulasi awal. “Ini adalah hasil yang menarik, menunjukkan kontribusi signifikan dari lautan magma bulan tahap akhir terakumulasi ke formasi vulkanik Chang'e 5,” kata Dr Su Bin, penulis pertama studi tersebut.
Penelitian ini menyajikan bukti untuk mekanisme pertama yang layak untuk menjelaskan vulkanisme muda di bulan yang kompatibel dengan sampel Chang'e 5 yang baru kembali dan dapat membantu memahami evolusi termal dan magmatik Bulan. Studi tersebut dipublikasikan dalam jurnal Science Advances pada Jumat (21/10/2022).
Lihat Juga: 5 Drama China Terpopuler pada November 2024, Rekomendasi Terbaik untuk Pecinta Serial Asia
(wib)