Semburan Sinar Gamma yang Sangat Kuat Menyapu Bumi
loading...
A
A
A
FLORIDA - Para astronom mendeteksi ledakan sinar gamma yang paling kuat menyapu Bumi pada akhir pekan lalu. Ledakan Sinar Gamma atau Gamma ray bursts (GRB) adalah salah satu ledakan paling energik sejak Big Bang.
Ledakan sinar gamma pekan lalu diperkirakan mengeluarkan seberkas radiasi berenergi tinggi hingga 18 kali lebih kuat dari rekor sebelumnya. Sinyal tersebut, yang diberi nama GRB 221009A, terdeteksi pada 9 Oktober, meskipun ledakan itu terjadi 1,9 miliar tahun yang lalu.
Ledakan itu datang dari arah konstelasi Sagitta, dan terlihat oleh teleskop selama lebih dari 10 jam, menjadikannya salah satu GRB paling lama yang terdeteksi. Bukan hanya itu keanehannya, GRB 221009A ternyata menghasilkan energi tertinggi dari semua GRB yang pernah terdeteksi.
Energi dari peristiwa ini biasanya diukur dalam giga-elektronvolt (GeV), tetapi beberapa telah dicatat dengan energi sekitar 1 tera-elektronvolt (TeV). Peristiwa GRB baru ini mungkin telah mencapai rekor 18 TeV, menandai deteksi pertama GRB dengan energi di atas 10 TeV.
Setidaknya, itu data menurut observatorium China yang disebut Large High Altitude Air Shower Observatory (LHAASO). Peralatan ini dirancang untuk mendeteksi sinar gamma dan sinar kosmik dengan mengukur kaskade partikel yang mereka keluarkan di atmosfer bumi.
Data ini perlu diverifikasi oleh tim lain sebelum GRB 221009A dicatat dalam buku rekor. Terlepas dari itu, ledakan sinar gamma ini tetap menjadi salah satu yang paling energik dan paling terang yang pernah terdeteksi, terutama karena jaraknya yang relatif dekat.
“Ledakan ini jauh lebih dekat daripada GRB biasa, yang menarik karena memungkinkan kami mendeteksi banyak detail yang jika tidak terlalu samar untuk dilihat,” kata Roberta Pillera, astronom yang memimpin komunikasi pertama tentang ledakan tersebut dikutip SINDOnews dari laman Newatlas, Senin (14/11/2022).
Meskipun masih belum pasti persis apa yang menyebabkan GRB, tersangka utama adalah bintang besar yang runtuh ke dalam lubang hitam di akhir hidupnya. Proses ini mengeluarkan pancaran partikel yang kuat ke luar angkasa, memancarkan sinar-X dan sinar gamma.
“Tapi itu juga salah satu ledakan paling energik dan bercahaya yang pernah terlihat terlepas dari jarak, membuatnya menjadi dua kali lipat menarik,” tutur Pillera. Perlu dicatat bahwa terlepas dari intensitas dan kedekatannya, GRB ini tidak berbahaya bagi Bumi.
Diperkirakan bahwa salah satu GRB yang meledak di dalam Bima Sakti dan pancarannya secara kebetulan mengarah langsung ke Bumi, dapat menyebabkan kepunahan massal. Untungnya, GRB dianggap sebagai peristiwa yang relatif langka, dengan hanya beberapa terjadi per galaksi per juta tahun.
Ledakan sinar gamma pekan lalu diperkirakan mengeluarkan seberkas radiasi berenergi tinggi hingga 18 kali lebih kuat dari rekor sebelumnya. Sinyal tersebut, yang diberi nama GRB 221009A, terdeteksi pada 9 Oktober, meskipun ledakan itu terjadi 1,9 miliar tahun yang lalu.
Ledakan itu datang dari arah konstelasi Sagitta, dan terlihat oleh teleskop selama lebih dari 10 jam, menjadikannya salah satu GRB paling lama yang terdeteksi. Bukan hanya itu keanehannya, GRB 221009A ternyata menghasilkan energi tertinggi dari semua GRB yang pernah terdeteksi.
Energi dari peristiwa ini biasanya diukur dalam giga-elektronvolt (GeV), tetapi beberapa telah dicatat dengan energi sekitar 1 tera-elektronvolt (TeV). Peristiwa GRB baru ini mungkin telah mencapai rekor 18 TeV, menandai deteksi pertama GRB dengan energi di atas 10 TeV.
Setidaknya, itu data menurut observatorium China yang disebut Large High Altitude Air Shower Observatory (LHAASO). Peralatan ini dirancang untuk mendeteksi sinar gamma dan sinar kosmik dengan mengukur kaskade partikel yang mereka keluarkan di atmosfer bumi.
Data ini perlu diverifikasi oleh tim lain sebelum GRB 221009A dicatat dalam buku rekor. Terlepas dari itu, ledakan sinar gamma ini tetap menjadi salah satu yang paling energik dan paling terang yang pernah terdeteksi, terutama karena jaraknya yang relatif dekat.
“Ledakan ini jauh lebih dekat daripada GRB biasa, yang menarik karena memungkinkan kami mendeteksi banyak detail yang jika tidak terlalu samar untuk dilihat,” kata Roberta Pillera, astronom yang memimpin komunikasi pertama tentang ledakan tersebut dikutip SINDOnews dari laman Newatlas, Senin (14/11/2022).
Meskipun masih belum pasti persis apa yang menyebabkan GRB, tersangka utama adalah bintang besar yang runtuh ke dalam lubang hitam di akhir hidupnya. Proses ini mengeluarkan pancaran partikel yang kuat ke luar angkasa, memancarkan sinar-X dan sinar gamma.
“Tapi itu juga salah satu ledakan paling energik dan bercahaya yang pernah terlihat terlepas dari jarak, membuatnya menjadi dua kali lipat menarik,” tutur Pillera. Perlu dicatat bahwa terlepas dari intensitas dan kedekatannya, GRB ini tidak berbahaya bagi Bumi.
Diperkirakan bahwa salah satu GRB yang meledak di dalam Bima Sakti dan pancarannya secara kebetulan mengarah langsung ke Bumi, dapat menyebabkan kepunahan massal. Untungnya, GRB dianggap sebagai peristiwa yang relatif langka, dengan hanya beberapa terjadi per galaksi per juta tahun.
(wib)